Selasa, 29 Maret 2016

Kurcaci cantik milik Indonesia

Kurcaci cantik milik Indonesia
Karya Ema widiya :)

Jakarta
Cuaca di Jakarta kali ini sedang bersahabat, koper berisi pakaian, make up dan beberapa buku bacaan sudah siap di atas kasur. Tak lupa beberapa buah jaket tebal untuk menghadapi musim dingin di negeri orang kali ini. Perjalanan terjauh yang pernah ia lakukan, kali ini demi meneruskan pendidikannya di Melbourne.
“Jeeennnnn, sarapan dulu sebelum berangkat” Sebuah suara membuyarkan semua persiapan Jenny untuk ke Melbourne.
“Iya Ma, bentar, lagi checklist barang-barang nih” Sahut Jenny sambil merapikan kembali isi Kopernya.
“Yaudah, cepetan ke bawah ya” Ucap Mama nya
Segera setelah membereskan barang-barangnya, Jenny menarik kopernya untuk di bawa ke bawah agar mudah saat ia akan berangkat nanti. Dengan senyuman yang mengembang di wajahnya, Jenny tak sabar untuk menyambut negeri kangguru itu.
“Waaah anak Papa  bakalan jauh nih dari papa nanti” Ucap papa sambil membaca Koran hariannya.
“Ah papa bisa aja, doain dong anaknya ini biar cepet kelar ngejer S2 nya” Jenny mencomot roti gandum yang sudah di panggang oleh mamanya
“Papa sama Mama pasti bakalan doain kamu Jen” Ucap mama lembut sambil memberikan segelas susu hangat kesukaanku.
“Ma, jangan bikin aku gak tega ninggalin papa sama mama deh” Jenny memutar bola matanya sambil sedikit menghembuskan nafasnya.
“Kak, kalo ada cewek cakep bagi gue ya” Celetuk Gani yang masih kusut, sepertinya dia baru bangun dari tidurnya
“Kakak disana mau sekolah, bukan buat buka biro jodoh” Upat Jenny
“Yaelah kak, kan siapa tau ada anak SMA Melbourne yang mulus buat gue” Kali ini Gani sudah duduk di meja makan tanpa mencuci mukanya
“HEEEYYY Al Afgani Kaisar, cuci muka sana!! Bauk tauk!!” Jenny menjambak rambut adiknya yang berantakan itu.
“Awawawaw!! Sakit!! Iya kak iya, gue cuci muka ni” segera Gani menuju wastafel dan mencuci muka hingga menggosok giginya.
“Nah itu baru adik gue”
Gani Cuma mendengus kesal melihat kakak nya yang satu ini. Jenny Karenianisa adalah kakak satu-satunya bagi Gani. Jarak umur mereka yang cukup jauh membuat mereka sering beradu mulut. Jenny yang lahir 4 tahun lebih tua dibandingkan Gani sekarang akan meneruskan pendidikan S2 nya di salah satu universitas di Melbourne dengan modal beasiswa. Sedangkan Gani masih harus belajar untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional nya di bangku SMA.
Setelah menghabiskan sarapannya, Jenny langsung mengambil ranselnya. Di periksanya isi tasnya.
“Visa, Paspor, Tiket, Dollar, Dokumen pendaftaran ulang… oke lengkap” Jenny menabsen barang yang sangat penting yang harus ia bawa ke Melbourne.
Dengan bermodalkan IBT , TOEFL dan TOIEC serta latar belakang studi yang membanggakan, kini Jenny bisa mengambil S2 jurusan Manajemen Bisnis di negeri orang. Dengan umurnya yang sekarang mungkin Jenny belum mau memikirkan hal-hal mengenai menantu buat kedua orang tua nya.
“Lagi pula, gue masih 22tahun, masih muda banget” Gumam Jenny sambil memasukkan barang bawakannya ke bagasi mobil.
Kedua orang tua nya sudah siap untuk mengantarnya ke bandara, jam masih menunjukkan pukul 07:00 WIB, masih terlalu pagi. Tapi keadaan Jakarta pasti sudah sangat ramai.
“Kak, udah mau berangkat nih?” tanya Gani yang masih acak-acakan
“Iya lah, ntar pasti macet. Dan pesawatnya gak mungkin delay kalo pagi Gan” Jelas Jenny sambil menutup bagasi mobil.
“Gue mandi bentar, bentaaaaaarrr aja” Gani segera berlari ke kamar mandi dan secepat kilat ia mengganti pakaiannya.
Rambutnya yang berantakan, dibiarkannya begitu saja. Namun kali ini dengan sedikit tambahan gel rambut, Kaos putih dengan lapisan kemeja berlengan dan juga jeans selutut menjadi style Gani selama ini. Diakhiri dengan sneakers yang ia banggakan.
“Kereeen, tapi sayangnya Lu mandi bebek” Gumam Jenny sambil mengacak rambut adiknya itu
“Tetep gue adalah cowok terganteng dan terkece kak” gani merapikan kembali rambutnya sambil duduk di depan kemudi.
“Siap nih semua?” Tanya Gani yang sudah menghidupkan mesin mobil.
“Siap dong” Ucap papanya santai sambil memasang sit belt di sebelahnya.
“Oke bos, tancaaaaappp!!!!” Gani mulai melajukan mobil ke jalan  raya diiringi dengan musik yang sedang mengalun.
Butuh waktu setengah Jam untuk sampai di bandara, dan sekarang Jenny harus mengikuti prosedur. Menukarkan kode pembelian tiketnya, lalu mulai memasukan barang ke bagian bagasi dan masuk ke area tunggu.
“Jennnnnyyyyyyyyy!!!!!” Teriak dua orang Gadis yang terlihat bahagia di tempat tunggu
“Dena!! Calistaaa!!!! Udah disini aja” Ucap Jenny sambil memeluk dua sahabatnya itu
“Eh tante om” Dena dan Calista sedikit menunduk sambil tersenyum ke kedua orang tua Jenny
“Iya nih, tadi mau sms sih, tapi kan kita udah tau bakal berangkat bareng” Ucap Dena yang masih kegirangan
“Kakak-kakak yang cantik, ntar bawain oleh-oleh ya” Sahut Gani sambil merangkul Dena dan Calista
“Enak aja, belajar yang rajin dulu sana” Celetuk Calista sambil menyikut Gani
“Yaelah kak, pelit amat hahaha” Gani manyun sambil tertawa lepas
“Iiih ganjen banget sih” Ucap Jenny sambil menarik tangan adiknya itu
“Apaan sih kak, cemburu nih liat adiknya akur sama sahabatnya?” Gani merangkul kakaknya sambil sedikit berjongkok.
“Kagaaaak” Ucap Jenny sambil mencibirkan lidahnya diiringi tawa kedua orang tua nya.
Tak lama menunggu, akhirnya panggilan yang ditujukan untuk penumpang ke negeri kangguru terdengar juga. Jenny, Dena dan Calista segera mengambil ransel dan Jaket mereka untuk memasuki pesawat. Tak lupa mereka memeluk orang tua masing-masing sebelum berangkat.
“Ma, pa doain ya” Ucap Jenny yang hampir saja meneteskan air mata
“Jen, pokoknya fokus belajar ya, biar cepet balik” Ucap mamanya sambil mengelus rambut Jenny
“Kak, oleh-oleh “ Bisik Gani yang selalu berhasil membuat Jenny kesal dan tak jadi menangis
“Sana, ngantrinya panjang lho” Ucap papa sambil memberikan pelukannya ke Jenny
“Aku pergi ya Ma, Pa, Dek. Assalammualaikum” Jenny berlari kecil mengejar Dena dan Calista yang sudah mengantri untuknya.
Kali ini sepertinya Jenny benar-benar kesal atau mungkin akan menangis, karena tempat duduk Dena dan Calista bersebelahan, tapi tempat duduk Jenny harus berbeda dua kursi dari kedua sahabatnya itu. Benar-benar hal yang tidak Jenny perhitungkan sebelum menukarkan tiket miliknya tadi. Sembari mencari tempat duduk, Jenny berusaha meminta bertukar kursi dengan Dena atau Calista. Tapi hasilnya nihil, kedua sahabatnya ini benar-benar berhasil membuatnya geram.
“Ntar kalo bapak-bapak gimana Jen? Kan males banget” Ucap Dena
“Terus gue diem aja? Ya bosen dong Jen” Ucap Calista yang emang suka ngobrol
“Jadi gak ada yang mau tukerannih?” Tanya Jenny sedikit memelas
“Gak!!” Jawab kedua sahabatnya serentak
“Gila, Lu berduaa bener-bener sahabat gue yang paaaaliiiing baik” bisik Jenny sambil sedikit menggeram
Dena dan Calista hanya tertawa kecil melihat reaksi Jenny yang sudah pasti bisa mereka tebak itu.  Sambil melihat boarding pass miliknya, Jenny tersenyum tipis telah menemukan tempat duduknya.
“Deket  jendela lumayan lah buat pengalihan biar gak ngobrol” Ucap Jenny dalam hati
Tak lama ia duduk di kursinya seseorang dengan postur tubuh yang tinggi dan mempunyai dada bidang serta bahu yang lebar mampu menutupi badan mungilnya ini.
“Ini orang makan apa ya?” Gumamnya sambil menatap lelaki yang berdiri di sampingnya memasukkan ransel ke kabin.
“Kenapa ya?” Jenny dikejutkan oleh pertanyaan dari cowok yang baru saja ia perhatikan.
“Eh anu, gak apa” Jenny langsung mengalihkan perhatian matanya ke luar jendela dan tak lama terdengar suara pramugari memperingatkan penumpang untuk memasang sabuk pengaman dan memberikanb peringatan bahwa mereka akan segera berangkat.
Seperti pramugari di pesawat lainnya, selalu ada petunjuk yang tidak berbeda jauh. Hanya saja kali ini peringatannya ada tambahan, yaitu perjalanan yang mereka tempuh di udara adalah selama tujuh jam. Dan itu membuat Jenny agak sedikit gugup, karena ia belum pernah berada di atas awan selama itu.
“Mau ke Australia buat traveling ya?” Sebuah sura membangunkan Jenny dari lamunannya
“Eh, Gue? “
“Iya lah, masa’ ibu-ibu sebelah” sambarnya sambil menunjuk seorang ibu-ibu yang sibuk membaca buku panduan
“Eh iya, eeh nggak ding. Maksud gue, gue gak traveling. Iya gitu” Jenny sedikit linglung, karena ia memang jarang ngobrol dengan orang yang tidak ia kenal
“Oh, terus ngapain?” Tanyanya lagi
“Nih orang kepo banget deh, gak usah ngajak gue ngobrol deh” Gumam Jenny
“Sekolah lagi” Jawab Jenny singkat
Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada pesan masuk dari multichat miliknya, Dena dan Calista. Seperti yang sudah-sudah, Dena langsung mengirimi Jenny pesan.
“Asyik tuh duduk disebelah Arab ganteng”
“Gila Jen, Gue mau tuker kursi. Sueeerr”
Dua pesan dari Dena dan Calista yang hanya ia jawab dengan emoticon sinis miliknya membuat Dena dan Calista tertawa kecil
“Sekolah? S1? Atau S2?” Tanyanya lagi
“S2” Dan sekaranglah jurus Pura-pura tidur Jenny keluarkan agar tak banya pertanyaan.
Sekali lagi getaran dari ponselnya lebih ramai, sepertinya Dena dan Calista benar-benar ingin minta dipukul.
Dena : “ Jen, beneran nih tuh Arab maul u diemin?”
Calista : “ Ih iya nih Jenny kebiasaan males ngobrol”
Dena : “ Jen, gak usah pura-pura tidur kenapa?” :p
Calista :” Gila, jurus itu lagi Jen? Udah deh, sini tuker kursi ama gue”
“Gila nih anak” Gumam Jenny
Jenny melirik sebentar ke pemilik kursi disebelahnya, seorang lelaki yang mempunyai hidung mancung dan paras keturunan arab. Tau kan gimana paras cowok turki atau kearab-arab-an gitu. Ganteng sih, macho juga iya kelihatan dari body nya. Tapi Jenny emang gak bisa ngobrol banyak sama orang asing.
“Ambil nih “ Jenny menggetikkan sebuah pesan ke multichat mereka
Lelaki disebelahnya itu sontak melirik Jenny yang masih sibuk membaca beberapa pesan godaan dari sahabatnya itu. Membuat Jenny sedikit cekikikan.
“Jen, kenalan gih. Siapa tau cocok buat gue” Dena dan calista mengirim isi pesan yang sama
“Gila ya nih dua anak” Gumam Jenny
“Haris” Gumam Lelaki yang sedang mengamati ponsel milik Jenny itu
“Eh apa?!” Jenny sontak kaget
“Iya, nama gue Haris, Lu?”Jawab cowok yang bernama Haris itu
“Eh, Lu baca chattingan gue?” Jenny mengangkat sebelah alis miliknya
“Eh nggak kok, Cuma yang terakhir keliatan dikit” ucapnya ragu
“Oh” Jenny menghembuskan nafasnya lega
“Ngomong-ngomong, nama?” tanya Haris sembari menatap Jenny menunggu Jenny menyebutkan nama nya.
“Jenny Karenianisa, Lu ?” Jenny menyebutkan nama lengkapnya
“Haris Arthafami” Haris menyebutkan nama lengkapnya, kemudian hening seketika
“Jurusan apa Jen?” Belum sempat Jenny menjawab pertanyaan Haris ia langsung menepok jidatnya
“Ya ampun seharusnya ponsel gue harus Airplane mode” Gumamnya yang langsung mengganti mode ponselnya setelah ia mengirimi pesan yang memperingatkan kedua temannya untuk mengubah mode ponsel mereka.
“Eh kenapa Ris?” Tanya Jenny sesaat setelah memasukkan ponselnya ke ransel
“Baru inget kalo hanphone lu masih aktif sinyal?”
“Iya nih, sorry lupa. Gue suka teledor banget sih.” Gerutu Jenny sambil mengacak poni miliknya
“Hahaha Lucu juga”
“Eh?” Jenny menatap Haris dengan muka polos penuh tanya miliknya.
“Permisi Mas, Mbak kami menawarkan produk….” Dan blab la bla seperti biasa, Pramugari akan menawarkan beberapa produk sampai akhirnya pesawat bakalan turun dan member peringatan tetap memakai sabuk pengaman.
Dan sampailah gue di sisi Bandara Tullamarine di Melbourne. Euphoria yang Jenny rasakan sepertinya benar-benar lebih dari bayangannya. Ia turun dan segera mengambil koper nya ke bagian bagasi.
Dena., Calista dan Jenny kini berada di Australia, tempat dimana mereka akan tinggal sekarang. Hari ini adalah hari min 3 penutupan pendaftaran ulang universitas yang mereka tuju. Dena sudah menghubungi pamannya yang kebetulan pernah tinggal di Australia, dan Dena sudah mendapatkan taxi menuju apartement tempat mereka akan tinggal.
Bagaimana kelanjutan kehidupan Jenny,Dena dan Calista di negeri orang ini? Kelanjutannya ditunggu ya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar