Kurcaci cantik milik Indonesia
Karya Ema widiya :)
Jakarta
Karya Ema widiya :)
Jakarta
Cuaca di Jakarta
kali ini sedang bersahabat, koper berisi pakaian, make up dan beberapa buku
bacaan sudah siap di atas kasur. Tak lupa beberapa buah jaket tebal untuk
menghadapi musim dingin di negeri orang kali ini. Perjalanan terjauh yang
pernah ia lakukan, kali ini demi meneruskan pendidikannya di Melbourne.
“Jeeennnnn,
sarapan dulu sebelum berangkat” Sebuah suara membuyarkan semua persiapan Jenny
untuk ke Melbourne.
“Iya Ma, bentar,
lagi checklist barang-barang nih” Sahut Jenny sambil merapikan kembali isi
Kopernya.
“Yaudah, cepetan
ke bawah ya” Ucap Mama nya
Segera setelah
membereskan barang-barangnya, Jenny menarik kopernya untuk di bawa ke bawah
agar mudah saat ia akan berangkat nanti. Dengan senyuman yang mengembang di
wajahnya, Jenny tak sabar untuk menyambut negeri kangguru itu.
“Waaah anak
Papa bakalan jauh nih dari papa nanti”
Ucap papa sambil membaca Koran hariannya.
“Ah papa bisa
aja, doain dong anaknya ini biar cepet kelar ngejer S2 nya” Jenny mencomot roti
gandum yang sudah di panggang oleh mamanya
“Papa sama Mama
pasti bakalan doain kamu Jen” Ucap mama lembut sambil memberikan segelas susu
hangat kesukaanku.
“Ma, jangan
bikin aku gak tega ninggalin papa sama mama deh” Jenny memutar bola matanya
sambil sedikit menghembuskan nafasnya.
“Kak, kalo ada
cewek cakep bagi gue ya” Celetuk Gani yang masih kusut, sepertinya dia baru
bangun dari tidurnya
“Kakak disana
mau sekolah, bukan buat buka biro jodoh” Upat Jenny
“Yaelah kak, kan
siapa tau ada anak SMA Melbourne yang mulus buat gue” Kali ini Gani sudah duduk
di meja makan tanpa mencuci mukanya
“HEEEYYY Al Afgani
Kaisar, cuci muka sana!! Bauk tauk!!” Jenny menjambak rambut adiknya yang
berantakan itu.
“Awawawaw!! Sakit!!
Iya kak iya, gue cuci muka ni” segera Gani menuju wastafel dan mencuci muka
hingga menggosok giginya.
“Nah itu baru
adik gue”
Gani Cuma mendengus
kesal melihat kakak nya yang satu ini. Jenny Karenianisa adalah kakak
satu-satunya bagi Gani. Jarak umur mereka yang cukup jauh membuat mereka sering
beradu mulut. Jenny yang lahir 4 tahun lebih tua dibandingkan Gani sekarang
akan meneruskan pendidikan S2 nya di salah satu universitas di Melbourne dengan
modal beasiswa. Sedangkan Gani masih harus belajar untuk menghadapi Ujian Akhir
Nasional nya di bangku SMA.
Setelah
menghabiskan sarapannya, Jenny langsung mengambil ranselnya. Di periksanya isi
tasnya.
“Visa, Paspor,
Tiket, Dollar, Dokumen pendaftaran ulang… oke lengkap” Jenny menabsen barang
yang sangat penting yang harus ia bawa ke Melbourne.
Dengan bermodalkan
IBT , TOEFL dan TOIEC serta latar belakang studi yang membanggakan, kini Jenny
bisa mengambil S2 jurusan Manajemen Bisnis di negeri orang. Dengan umurnya yang
sekarang mungkin Jenny belum mau memikirkan hal-hal mengenai menantu buat kedua
orang tua nya.
“Lagi pula, gue
masih 22tahun, masih muda banget” Gumam Jenny sambil memasukkan barang
bawakannya ke bagasi mobil.
Kedua orang tua
nya sudah siap untuk mengantarnya ke bandara, jam masih menunjukkan pukul 07:00
WIB, masih terlalu pagi. Tapi keadaan Jakarta pasti sudah sangat ramai.
“Kak, udah mau
berangkat nih?” tanya Gani yang masih acak-acakan
“Iya lah, ntar
pasti macet. Dan pesawatnya gak mungkin delay kalo pagi Gan” Jelas Jenny sambil
menutup bagasi mobil.
“Gue mandi
bentar, bentaaaaaarrr aja” Gani segera berlari ke kamar mandi dan secepat kilat
ia mengganti pakaiannya.
Rambutnya yang
berantakan, dibiarkannya begitu saja. Namun kali ini dengan sedikit tambahan
gel rambut, Kaos putih dengan lapisan kemeja berlengan dan juga jeans selutut
menjadi style Gani selama ini. Diakhiri dengan sneakers yang ia banggakan.
“Kereeen, tapi
sayangnya Lu mandi bebek” Gumam Jenny sambil mengacak rambut adiknya itu
“Tetep gue
adalah cowok terganteng dan terkece kak” gani merapikan kembali rambutnya
sambil duduk di depan kemudi.
“Siap nih semua?”
Tanya Gani yang sudah menghidupkan mesin mobil.
“Siap dong” Ucap
papanya santai sambil memasang sit belt di sebelahnya.
“Oke bos,
tancaaaaappp!!!!” Gani mulai melajukan mobil ke jalan raya diiringi dengan musik yang sedang
mengalun.
Butuh waktu
setengah Jam untuk sampai di bandara, dan sekarang Jenny harus mengikuti
prosedur. Menukarkan kode pembelian tiketnya, lalu mulai memasukan barang ke
bagian bagasi dan masuk ke area tunggu.
“Jennnnnyyyyyyyyy!!!!!”
Teriak dua orang Gadis yang terlihat bahagia di tempat tunggu
“Dena!!
Calistaaa!!!! Udah disini aja” Ucap Jenny sambil memeluk dua sahabatnya itu
“Eh tante om”
Dena dan Calista sedikit menunduk sambil tersenyum ke kedua orang tua Jenny
“Iya nih, tadi
mau sms sih, tapi kan kita udah tau bakal berangkat bareng” Ucap Dena yang
masih kegirangan
“Kakak-kakak
yang cantik, ntar bawain oleh-oleh ya” Sahut Gani sambil merangkul Dena dan
Calista
“Enak aja,
belajar yang rajin dulu sana” Celetuk Calista sambil menyikut Gani
“Yaelah kak,
pelit amat hahaha” Gani manyun sambil tertawa lepas
“Iiih ganjen
banget sih” Ucap Jenny sambil menarik tangan adiknya itu
“Apaan sih kak,
cemburu nih liat adiknya akur sama sahabatnya?” Gani merangkul kakaknya sambil
sedikit berjongkok.
“Kagaaaak” Ucap
Jenny sambil mencibirkan lidahnya diiringi tawa kedua orang tua nya.
Tak lama
menunggu, akhirnya panggilan yang ditujukan untuk penumpang ke negeri kangguru
terdengar juga. Jenny, Dena dan Calista segera mengambil ransel dan Jaket
mereka untuk memasuki pesawat. Tak lupa mereka memeluk orang tua masing-masing
sebelum berangkat.
“Ma, pa doain ya”
Ucap Jenny yang hampir saja meneteskan air mata
“Jen, pokoknya
fokus belajar ya, biar cepet balik” Ucap mamanya sambil mengelus rambut Jenny
“Kak, oleh-oleh “
Bisik Gani yang selalu berhasil membuat Jenny kesal dan tak jadi menangis
“Sana,
ngantrinya panjang lho” Ucap papa sambil memberikan pelukannya ke Jenny
“Aku pergi ya
Ma, Pa, Dek. Assalammualaikum” Jenny berlari kecil mengejar Dena dan Calista
yang sudah mengantri untuknya.
Kali ini
sepertinya Jenny benar-benar kesal atau mungkin akan menangis, karena tempat
duduk Dena dan Calista bersebelahan, tapi tempat duduk Jenny harus berbeda dua
kursi dari kedua sahabatnya itu. Benar-benar hal yang tidak Jenny perhitungkan
sebelum menukarkan tiket miliknya tadi. Sembari mencari tempat duduk, Jenny
berusaha meminta bertukar kursi dengan Dena atau Calista. Tapi hasilnya nihil,
kedua sahabatnya ini benar-benar berhasil membuatnya geram.
“Ntar kalo
bapak-bapak gimana Jen? Kan males banget” Ucap Dena
“Terus gue diem
aja? Ya bosen dong Jen” Ucap Calista yang emang suka ngobrol
“Jadi gak ada
yang mau tukerannih?” Tanya Jenny sedikit memelas
“Gak!!” Jawab
kedua sahabatnya serentak
“Gila, Lu
berduaa bener-bener sahabat gue yang paaaaliiiing baik” bisik Jenny sambil
sedikit menggeram
Dena dan Calista
hanya tertawa kecil melihat reaksi Jenny yang sudah pasti bisa mereka tebak
itu. Sambil melihat boarding pass
miliknya, Jenny tersenyum tipis telah menemukan tempat duduknya.
“Deket jendela lumayan lah buat pengalihan biar gak
ngobrol” Ucap Jenny dalam hati
Tak lama ia
duduk di kursinya seseorang dengan postur tubuh yang tinggi dan mempunyai dada
bidang serta bahu yang lebar mampu menutupi badan mungilnya ini.
“Ini orang makan
apa ya?” Gumamnya sambil menatap lelaki yang berdiri di sampingnya memasukkan
ransel ke kabin.
“Kenapa ya?”
Jenny dikejutkan oleh pertanyaan dari cowok yang baru saja ia perhatikan.
“Eh anu, gak apa”
Jenny langsung mengalihkan perhatian matanya ke luar jendela dan tak lama
terdengar suara pramugari memperingatkan penumpang untuk memasang sabuk
pengaman dan memberikanb peringatan bahwa mereka akan segera berangkat.
Seperti pramugari
di pesawat lainnya, selalu ada petunjuk yang tidak berbeda jauh. Hanya saja
kali ini peringatannya ada tambahan, yaitu perjalanan yang mereka tempuh di
udara adalah selama tujuh jam. Dan itu membuat Jenny agak sedikit gugup, karena
ia belum pernah berada di atas awan selama itu.
“Mau ke
Australia buat traveling ya?” Sebuah sura membangunkan Jenny dari lamunannya
“Eh, Gue? “
“Iya lah, masa’
ibu-ibu sebelah” sambarnya sambil menunjuk seorang ibu-ibu yang sibuk membaca
buku panduan
“Eh iya, eeh nggak
ding. Maksud gue, gue gak traveling. Iya gitu” Jenny sedikit linglung, karena
ia memang jarang ngobrol dengan orang yang tidak ia kenal
“Oh, terus
ngapain?” Tanyanya lagi
“Nih orang kepo
banget deh, gak usah ngajak gue ngobrol deh” Gumam Jenny
“Sekolah lagi”
Jawab Jenny singkat
Tiba-tiba
ponselnya bergetar, ada pesan masuk dari multichat miliknya, Dena dan Calista. Seperti
yang sudah-sudah, Dena langsung mengirimi Jenny pesan.
“Asyik tuh duduk
disebelah Arab ganteng”
“Gila Jen, Gue
mau tuker kursi. Sueeerr”
Dua pesan dari
Dena dan Calista yang hanya ia jawab dengan emoticon sinis miliknya membuat
Dena dan Calista tertawa kecil
“Sekolah? S1?
Atau S2?” Tanyanya lagi
“S2” Dan
sekaranglah jurus Pura-pura tidur Jenny keluarkan agar tak banya pertanyaan.
Sekali lagi
getaran dari ponselnya lebih ramai, sepertinya Dena dan Calista benar-benar
ingin minta dipukul.
Dena : “ Jen,
beneran nih tuh Arab maul u diemin?”
Calista : “ Ih
iya nih Jenny kebiasaan males ngobrol”
Dena : “ Jen,
gak usah pura-pura tidur kenapa?” :p
Calista :” Gila,
jurus itu lagi Jen? Udah deh, sini tuker kursi ama gue”
“Gila nih anak”
Gumam Jenny
Jenny melirik
sebentar ke pemilik kursi disebelahnya, seorang lelaki yang mempunyai hidung
mancung dan paras keturunan arab. Tau kan gimana paras cowok turki atau
kearab-arab-an gitu. Ganteng sih, macho juga iya kelihatan dari body nya. Tapi Jenny
emang gak bisa ngobrol banyak sama orang asing.
“Ambil nih “
Jenny menggetikkan sebuah pesan ke multichat mereka
Lelaki
disebelahnya itu sontak melirik Jenny yang masih sibuk membaca beberapa pesan
godaan dari sahabatnya itu. Membuat Jenny sedikit cekikikan.
“Jen, kenalan
gih. Siapa tau cocok buat gue” Dena dan calista mengirim isi pesan yang sama
“Gila ya nih dua
anak” Gumam Jenny
“Haris” Gumam
Lelaki yang sedang mengamati ponsel milik Jenny itu
“Eh apa?!” Jenny
sontak kaget
“Iya, nama gue
Haris, Lu?”Jawab cowok yang bernama Haris itu
“Eh, Lu baca
chattingan gue?” Jenny mengangkat sebelah alis miliknya
“Eh nggak kok, Cuma
yang terakhir keliatan dikit” ucapnya ragu
“Oh” Jenny
menghembuskan nafasnya lega
“Ngomong-ngomong,
nama?” tanya Haris sembari menatap Jenny menunggu Jenny menyebutkan nama nya.
“Jenny Karenianisa, Lu ?” Jenny menyebutkan nama lengkapnya
“Haris Arthafami”
Haris menyebutkan nama lengkapnya, kemudian hening seketika
“Jurusan apa
Jen?” Belum sempat Jenny menjawab pertanyaan Haris ia langsung menepok jidatnya
“Ya ampun
seharusnya ponsel gue harus Airplane mode” Gumamnya yang langsung mengganti
mode ponselnya setelah ia mengirimi pesan yang memperingatkan kedua temannya
untuk mengubah mode ponsel mereka.
“Eh kenapa Ris?”
Tanya Jenny sesaat setelah memasukkan ponselnya ke ransel
“Baru inget kalo
hanphone lu masih aktif sinyal?”
“Iya nih, sorry
lupa. Gue suka teledor banget sih.” Gerutu Jenny sambil mengacak poni miliknya
“Hahaha Lucu
juga”
“Eh?” Jenny
menatap Haris dengan muka polos penuh tanya miliknya.
“Permisi Mas,
Mbak kami menawarkan produk….” Dan blab la bla seperti biasa, Pramugari akan
menawarkan beberapa produk sampai akhirnya pesawat bakalan turun dan member peringatan
tetap memakai sabuk pengaman.
Dan sampailah
gue di sisi Bandara Tullamarine di Melbourne. Euphoria yang Jenny rasakan
sepertinya benar-benar lebih dari bayangannya. Ia turun dan segera mengambil
koper nya ke bagian bagasi.
Dena., Calista
dan Jenny kini berada di Australia, tempat dimana mereka akan tinggal sekarang.
Hari ini adalah hari min 3 penutupan pendaftaran ulang universitas yang mereka
tuju. Dena sudah menghubungi pamannya yang kebetulan pernah tinggal di
Australia, dan Dena sudah mendapatkan taxi menuju apartement tempat mereka akan
tinggal.
Bagaimana
kelanjutan kehidupan Jenny,Dena dan Calista di negeri orang ini? Kelanjutannya
ditunggu ya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar