Rabu, 30 Maret 2016

Kurcaci Cantik Milik Indonesia part 2

Kurcaci cantik milik Indonesia part 2
karya Ema Widiya 


Australia
Day 01
Setelah sampai di sisi Bandara Tullamarine di Melbourne, rasanya Jenny ingin berteriak kegirangan. Euphoria yang Jenny rasakan sepertinya benar-benar lebih dari bayangannya. Ia turun dan segera mengambil koper nya ke bagian bagasi.
Dena, Calista dan Jenny kini berada di Australia, tempat dimana mereka akan tinggal sekarang. Hari ini adalah hari min 3 penutupan pendaftaran ulang universitas yang mereka tuju. Dena sudah menghubungi pamannya yang kebetulan pernah tinggal di Australia, dan Dena sudah mendapatkan taxi menuju apartement tempat mereka akan tinggal.
Cukup Dekat jarak apartement mereka dengan kampus, mungkin hanya berjarak 1Km jika ditempuh dengan jalan kaki. Dena cukup kaget saat pemilik apartemen memberitahukan kepada mereka bahwa dalam satu apartemen terdapat 5 kamar dan dua kamar mandi, jadi mereka mengharuskan mencari dua orang teman lagi untuk bisa menempati apartemen tersebut.
Di bagian depan tepatnya di lantai dasar tempat sang pemilik, sedang ramai turis yang ternyata juga berkuliah di Universitas yang sama dengan mereka. Beberapa ada orang China, Korea sampai Vietnam.
“Hello Mrs, I need a room for me. Can you help me?” Tanya seorang gadis berparas China ini.
“Oh,  did you want some room? We have two” Jawab Dena dengan sigap
“Okay thankyou Mrs…”
“Dena, My name is dena, and this is Jenny and Calista. Our roommates” Dena langsung memperkenalkan Jenny dan Calista yang sibuk menjaga koper
“Hello, My name is May Li Chang” tawa Jenny dan Calista hampir pecah seketika mendengar May menyebutkan nama nya
“Ok may, do you have any friend?” Tanya Dena
“hmm.. I think I have, she is Korean Girls” sambil mencari May mencolek seorang gadis dengan paras yang tak beda jauh darinya. Seorang cewek asal Korea dengan style nya selayaknya anggota girlband.
“Hello, My Name is Kang Hye Mi.” Ucapnya dengan logat korea
“Ok, udah full nih. Kita langsung aja yuk” ajak Dena
Jenny, Calista, Dena, May dan juga Hye Mi segera naik ke lantai dua untuk menempati apartemen mereka. Satu buah ruang tamu, satu buah dapur, dua buah kamar mandi dan lima buah kamar tidur sudah tertata rapi. Mereka hanya perlu merapikan pakaian mereka, bahkan televisi sebesar 21inch sudah siap di hidupkan di ruang tamu. Tiga kamar di sebelah kanan dan dua kamar disebelah kiri.
Kamar mereka bersebrangan dan di tengah-tengah ada ruang tamu dan tungku api penghangat badan terletak di deretan belakang kursi yang ada di ruang tamu. Ukuran yang lumayan untuk sebuah apartemen mahasiswa.
Sebuah kulkas sudah siap mereka pakai untuk menyimpan bekal makanan. Dua buah kompor gas dan satu buah lemari untuk menempatkan peralatan makan sudah siap disana. Ada wastafel dan juga tempat mencuci peralatan makan. Benar-benar seperti di rumah sendiri. Rapi dan nyaman rasa nya.
“Gue kamar satu” ucap Calista menyambar kunci kamar, diikuti Jenny dengan kamar 2, Dena kamar 3 dan May kar 4 lalu Hye Mi kamar 5.
“Oke, Have a good time girls.. lets make’s our private rooms” Ujar Jenny yang menarik kopernya masuk ke kamar diiringi suara pintu kamar yang lain.
Jenny mulai merapikan pakaiannya ke lemari, buku bacaan ia letakkan di atas meja belajar di dekat tas make up miliknya. Ia mulai merebahkan badannya di atas kasur sesaat setelah merapikan semua barang-barang miliknya.
“Akhirnya “ Gumamnya sambil menarik tangannya ke depan seakan pemanasan olahraga.
Jenny merogoh tas nya dan menemukan ponselnya, cepat ia membuka sebuah pesan dari adiknya yang menanyakan keadaannya.
“Dasar bocah, kadang ngeselin kadang ngangenin” ucapnya dalam hati
Jenny langsung membalas pesan adiknya itu, yang untungnya pesan tersebut dikirim via whatsapp. Biaya provider beda negara akan lebih mahal dibandingkan dengan biaya provider beda provinsi hahaha.

Australia
Day 02
H-2 untuk pendaftaran ulang, Jenny, Dena dan Calista pagi ini memilih untuk berjalan kaki menuju Universitas tempat mereka akan meneruskan pendidikan nya. Sambil membawa sebuah map dengan isi formulir pendaftaran ulang, Jenny terkagum dengan Kampus barunya ini. Suasana musim dingin seperti di film-film yang sering ia tonton. Jaket tebal, Syal dan sepatu yang ia pakai bahkan membuatnya tampak bahagia.
“Gue berasa main film barat nih” Ujar Jenny sambil memeluk map miliknya
“Jeeeen please deh, jangan bikin gue kegirangan juga” Ucap Dena yang sebenarnya sudah sering jalan-jalan ke luar negeri
“Dena, lu kan sering ke luar negeri kenapa ikutan girang ?” celetuk Calista sambil membenarkan syalnya
“Yaah beda Ta, sekarang kan sama kalian. Biasanya sama keluarga gue” Ucap Dena yang ikut-ikutan kegirangan
“Udah-udah, yuk masuk ke sana ikutan ngantri” Jenny menarik tangan kedua temannya itu dan segera ke tempat informasi untuk mengajukan pendaftaran ulang.
Antrian masih saja ramai, padahal sudah H-2 yang mungkin seharusnya lebih sepi pikir Jenny. Tapi ternyata antrian disini lebih rapi dibandingkan ya kalian pasti tahu lah. Hahaha
“Excusme.. duh ribet amat dah” kata seorang cowok yang numpang lewat
“Eh Indonesia tuh” Tunjuk Calista
“Mana-mana?” sembur Dena maju ke dekat Calista
“Yaah ilang deh cogan nya” Umpat Calista
“Lu telat” Sembur Dena sambil maju menuruti antrian
Akhirnya giliran Dena, Jenny dan Calista yang mengajukan berkas. Mereka menunjukkan bukti score macam-macam jenis TOEFL mereka. Menunjukkan ijazah dan Trnskip nilai S1 mereka dan juga memberikan fotokopi Visa dan Paspor.
Tak begitu lama untuk menyelesaikan pendaftaran ulang, mungkin hanya 15 menit saja bagi Dena, Jenny dan Calista untuk selesai dengan urusan mereka. Dan sekarang saatnya menjelajahi kampus tercinta.
Banyak sekali Turis yang merka lihat dari berbagai negara dan yang pasti calista sangat bahagia saat melihat para bule Australia mulai berkeliaran di jalan.
“Lu bayangin deh itu penjaga mini market gantengnya Masyaallah banget Jen, betah gue betah deh beneran Jen” Celoteh Calista saat mereka melewati mini market kampus
“Iya yah, ganteng tinggi gitu. Gak Malu juga kerja di mini market.” Jenny mengakui memang bule Australia disini ganteng kayak di tv-tv. Dan lebih mencengangkan mereka gak jaim sama pekerjaan mereka.
“Lu bakalan lebih meleleh kalau liat cowok-cowok  bule ini di musim panas deh, oh my god badannya yang six pack girls. Gak kuat gue meleleh” Ucap Dena yang mulai mempengaruhi kami untuk melihat cowok bule.
“Gue harus tahan godaan Bule” Ucap Calista sambil memegangi tangan Dena dan Jenny yang sontak menbuat keduanya tertawa lepas

Day 04
Setelah uring-uringan di kamar dan melakukan aktivitas merehatkan diri, Jenny, Dena dan Calista hari ini harus memulai perkuliahan mereka. Jika hari sehari sebelumnya mereka sibuk memperkenalkan diri dengan tetangga apartemen mereka yang ternyata ada satu keluarga aseli Indonesia dan juga banyak pelajar yang ternyata satu jurusan dengan mereka. Berbeda dengan May dan Hye Mi, mereka berdua sama-sama berada di bidang seni. Hye Mi yang mengambil jurusan Perfilman dan May mengambil Jurisan seni Lukis.
“Hye Mi, May I help you??” Tanya Jenny yang melihat Hye Mi sedikit kesulitan menutup pintu kamarnya
“Yess Please” Ucap nya sambil menarik pintu kamarnya
“Duh keset nih pintu, kayaknya perlu di tarik agak kuat deh” Gumam nya
“Whats wrong Jenn?” tanya Hye Mi bingung melihat Jenni
“Oh no problem Hye Mi, its done” Jenny menutup pintu kamar Hye Mi dan memberikan kuncinya.
Masing-masing orang memegang satu buah kunci pintu utama apartemen mereka. Jadi mereka tidak perlu ribet untuk menitipkan kunci di receptsionis.
Pagi ini Jenny mengenakan Jaket merah dengan syal berwarna abu-abu dan diikuti sneaker nike miliknya, ransel berukuran sedang yang berisi buku dan juga alat tulis kini bertengger di belakang punggungnya.
Jenny segera menyergap kedua temannya yang sedang merapikan buku milik mereka di meja. Dan saling melirik mengisyaratkan “Duduk sini gih”
“Eh gugup gak?” tanya Jenny
“Banget” Jawab Calista sambil meniupi telapak tangannya
“Duh kayaknya rame deh mahasiswa nya”Celetuk Jenny
“Pasti lah Jen, secara Internasional” Bisik Dena
Mereka sibuk melirik kesana-kemari memperhatikan berbagai macam Ras yang ada di ruangan kelas ini. Ada Jerman, Belanda, China, Australia,Indonesia, Korea, Jepang, bahkan Jawa-Ambon?????  Mata Dena, Jenny dan Calista terbelalak setelah melihat sesosok lelaki bertubuh besar ras ambon dengan logat jawa. Lucu saat ia berbicara dengan logat jawa nya. Dena yang juga keturunan jawa sontak terkikik lucu mendengar logak toto jawa nya.
“Duh, Iki piye toh. Aku duduk dimana yo?” ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang mungkin tidak gatal.
“Eh mas, sini toh ada  kursi kosong” Dena melambaikan tangannya
“Sopo jeneng’e?” tanya Dena
“Aku Boni mbak, mbak sopo jeneng’e?” Tanya Boni
“Aku Dena, iki dua neng gelis Jenny sama Calista” Dena menunjuk Jenny dan Calista dengan ibujari miliknya
“Eh mbak gelis pisan euy” Ucapnya yang membuat Jenny dan Calista tertawa kecil
“Mbak, disini aku punya temen lho tiga orang lagi dari Indonesia” ucap Boni yang mudah akrab dengan orang.
“Mana orangnya?” tanya Jenny membaur
“Mana toh ya.. eeh itu lho si jangkung sama dua temennya” tunjuk Boni yang membuat Jenny sontak kaget.
Jenny mungkin memang tak mengenal dua cowok ganteng yang berada di dekat si jangkung,tapi Jenny kenal siapa si Jangkung itu. Haris , cowok yang ia kenal di dalam pesawat yang menjadi olokan Calista dan Dena.
“Ris, Haris sini toh” Boni melambaikan tangannya
“Eh Bon, udah dapet cewek cakep aja” ujar Haris
“Eh neng gelis, iki temenku lho ini Haris, Fadly sama Ray” ketiga lelaki berwajah tampan itu menyunggingkan senyuman mereka
Diantara mereka berempat memang Haris yang paling menonjol, dengan hidung mancung dan kulit sawo matang nya itu. Indonesia-arab banget kayak kaya Dena dan Calista yang kali ini muncul di benak Jenny.
Tidak seperti yang diharapkan Calista, hari pertama mereka sudah mempelajari satu materi dari dua mata kuliah hari ini. Membuat Calista malas mendengarkan celotehan sang dosen dengan aksen inggrisnya.
“Any Question?” penutupan di akhir penjelasan materi, ada-ada saja yang pasti bertanya membuat Fadly dan Ray mengantuk sehingga mereka menguap bersamaan.
“Ok, thank you for attention. Good afternoon”sang dosen akhirnya keluar kelas dengan membawa buku dan laptop miliknya, Calista tak kuat menahan rasa bosannya segera menyambar dua sahabatnya.
“Makan yuuk?” ajak Calista
“Kemana nih?” tanya Jenny
“Eh McD aja” ajak Fadly
“Ris, gabung yuk?” ajak Ray yang begitu antusias
Haris hanya mengangguk diiringi dengan Boni yang berjalan di belakang mereka. Bisa dibilang mereka adalah turis dari Indonesia. Haris, Fadly, Ray, Boni, Dena,Calista dan Jenny sudah sampai di McD. Memilih tempat duduk yang nyaman, saat Jenny ingin pergi memesan, Ray mencegah Jenny dan menyuruhnya untuk tetap duduk.
“Bon, dari kemarin kita udah belanja. Sekarang giliran lu yang pesen?” ucap Ray santai
“Kalian mau yang mana?” tanya Boni
“Itu lho yg gede, gue laper banget” ucap Ray jahil
“Yang gadis mau makan apa?” tanya Boni sambil manggut-manggut
“Nanti aja, bareng gue mereka pesennya ucap Haris yang sudah tahu kejahilan Ray
Boni maju untuk memesan makanan yang disebutkan Ray, sontak saja Ray dan Fadli menyuruh Dena, Jenny dan Calista untuk memperhatikan Boni.
“May I help you sir?” tanya sang pelayan
“Yess, yess Iam” jawab Boni yang memang masih belajar bahasa inggris
“What Do you want?”
“Iam Want, that aaaa hmm that is – ehm.. bread, eh meat , tomato, cheese, bread, tomato meat cheese and bread again” ucap Boni yang membuat sang pelayan bingung dan membuat Ray tertawa diiringi Dena, Calista dan Jenny yang tak kuat menahan tawa mereka oleh gelagat Boni.
“Big Macc” Ucap Haris mengisyaratkan kepada pelayan
“Oh Big Macc? You want?”
“No, no Big Mac. But bread, eh meat , tomato, cheese, bread, tomato meat cheese and bread again” Boni mempraktekkan seakan tangannya adalah Roti.
“Yess, Three Big Macc” Haris menyahut di belakang Boni tak kuasa menahan tawanya dan kasihan melihat Boni yang sudah berusaha
“No Haris” Boni ingin protes
“This is Big Macc Sir” sang pelayan menunjuk gambar pesanan Ray yang Boni maksud
“Oh big mac, but that is bread?” Boni menggaruk kepalanya dan kembali ke kursinya dan selanjutnya Haris yang memesankan makanan.
Kali ini Jenny benar-benar terhibur oleh gelagat Boni, mereka menceritakan bagaimana beruntungnya Boni mendapat score IBT yang pas-pasan agar bisa ikut beasiswa ini dan masih banyak perbincangan mereka yang tidak akan dihabiskan hari ini saja.



Tunggu kelanjutannya besok J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar