Teruntuk Nur, Cahaya ku
by : Ema Widiya
Deru motor disiang bolong itu mengagetkan Anti yang sedang asyik
memainkan game tahu bulat di teras depan rumah. Imam sepertinya sengaja membuat
adik perempuannya itu kaget.
“Mas, kalau pulang gak usah rusuh toh” Umpat Anti yang masih asyik
dengan gadget nya
“Gue punya kabar baik nih, mana ibuk?” Imam langsung meluncur masuk
kedalam rumah dan menemui ibunya di ruang keluarga
“Buk, buk Imam minta duit dong buk?” Bujuk Imam
“Assalamualaikum dulu toh Le’ kalau pulang, langsung minta duit aja”
Sambar Bapaknya yang sedang menonton pertandingan badminton di televisi.
“Hehe iya pak Walaikumsalam…”
“Kamu ini, nyaut aja. Kenapa mam? Buat apa minta uang siang-siang begini?”
tanya Ibunya
“Imam mau Seminar Propsal buk , lusa nanti” Imam melebarkan kedua tangan
nya ke atas sambil tersenyum lebar
“Dosenmu ndak sakit toh? Atau kamu ancem?”
“Bapak kok gitu, Imam kan udah bilang pak, Imam bakalan lulus tahun ini.
Bapak siap-siap pokoknya”
“Alhamdulillah nak kalau udah ada kemajuan, jadi buat seminar nanti
butuh duit berapa?” Tanya Ibunya
“ehm… sekitar empat ratus buk…”
“Banyak amat Le’ buat opo wae?”
“Buat sekalian beli rokok pak, hahaha”
“Kamu itu yo, bapak mu udah berenti ngerokok. Eh malah kamu jadi
perokok, gak ada rokok lagi lah pokoknya”
“Justru itu pak, sebagai anak bapak yang baik nih. Imam bakalan
ngelanjutin pengalaman merokok bapak selama ini” Imam membusungkan dadanya
sambil mengepal tangan kanan nya yang dilipatkan nya ke depan dada.
“Ini anak ndak bisa di omongin yo, bukan itu maksud bapak !!” kali ini
Imam tertawa cekikikan mendengar ocehan bapaknya.
“Udah-udah, kamu juga Le’ jangan merokok yo nak. Nanti ibu kasih uangnya”
“Makasih ibuk ku tersayang” Imam segera bergegas ke kamarnya, ia sudah
tak sabar menunggu hari dimana ia akan sempro.
Sambil mengamati skripsinya, Imam sebetulnya sangat menunggu balasan
surat dari Dillah, padahal baru beberapa jam yang lalu ia memberikan surat itu.
“Hayo, senyum-senyum sendiri kenapa toh mas? Dapat duit sekarung toh?”
Goda Anti sambil menyodorkan pakaian Imam yang sudah disetrika
“Belum dek, gue lagi nunggu tuh duit kagak muncul-muncul”
“Ngawur wae toh mas, tilawah sana biar adem pikiranmu”
“Huuh, dasar lu ceramah doang bisa nya” Imam menutup pintu kamarnya dan
kembali menatap layar laptopnya.
--~o~o~o~--
Imam meretangkan kedua tangannya ia terlihat lebih rileks dari jam
sebelumnya, wajahnya berseri seakan mendapatkan jackpot yang cukup bagus untuk
di bagikan.
“Udah kelar lu?” Tanya Reza yang menunggu Imam keluar dari ruangan
“Kelar bro, gue beneran berasa udah mau wisuda nih” Imam menepuk pundak
Reza
“Lebay lu, baru tahap awal juga. Puasa Mam?”
“Iya lah, gue puasa terus dong”
“Gimana kabar Nur lu?”
“Belum di bales bro, lama juga nih. Eh iya, lu mau beli rokok gue gak? Masih
setengah nih, lima belas ribu aja deh”
“Lu mau ngibulin gue ya? Mahal amat lu jual, tapi ngomong-ngomong kenapa
lu mau jual rokok? Udah insyaf?”
“Demi Nuradillah bro, dia alergi asap rokok. Gue harus berjuang nih”
“Gilee, keren lu Mam keren abis.” Reza menggelengkan kepalanya takjub
dengan kata-kata Imam.
“Gue itu lagi usaha maksimal Za, lu support gue lah”
“Gue support lu Mam kalau lu beneran berubah, tapi inget yo. Berubahnya karena
Allah, perantaranya ya itu Dek Nur”
--~o~o~o~--
“Mas, tolong ambilin toples kue dong di belakang”
“Yang mana dek?”
“Dekat lemari piring itu lho mas, buruan deh”
“Iya ini lagi gue ambil juga’ bawel lu”
“Le’ kamu gak ikut takbiran di masjid?” Tanya Ibunya yang sibuk memotong
kue untuk lebaran.
“Boleh nih Buk?”
“Ya boleh lah Le’ kamu toh kalau
ke masjid bakalan bapak izinin” sambung bapaknya
“Eh, kalau gitu Imam ajak bang Farhan sekalian juga ya pak” Imam segera
mengambil kunci motor nya dan bergegas menuju rumah Farhan.
Diperjalanan menuju rumah Farhan kini Imam berharap ia dapat bertemu
Dillah, dan ingin menanyakan kenapa suratnya tak kunjung dibalas.
“Assalamualaikum, bang… oii bang takbiran yuuk”
“Assalamualaikum, bang Farhan” Imam mengetuk pintu pagar tiga kali namun
belum ada tanda-tanda orang rumah untuk membuka nya.
“Pulang kampung kali ya?!?” Batin Imam
“Walaikumsalam, maaf mas mau cari bang Farhan ya?”
Seketika Imam terdiam dibuat oleh sapaan suara lembut yang ia
tunggu-tunggu, Dillah keluar dan menyapa nya. Imam terdiam sesaat membuat
Dillah yang sudah membukakan pintu pagar merasa aneh melihatnya.
“Cahaya gue nih…”
“maaf mas ini mas Imam ya?”
“Eh iya sorry sorry, Iya gue Imam. By the way gue boleh masuk?”
“Oh iya, silahkan mas. Dillah panggil bang Farhan dulu”
“Bentar-bentar, lu eh maksud gue. Kamu terima surat dari mas kan?” Tanya
Imam hati-hati. Dillah hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah, Imam menggaruk
kepalanya, ia bingung kenapa Dilla tidak menjawab pertanyaannya.
“Dia denger gak ya pertanyaan gue tadi?” gumam Imam
“Mas, maaf nunggu agak lama. Dillah ragu dan bingung sebenarnya mau
ngasih surat nya ke mas Imam gimana lagian Dillah juaa…”
“Imam, maaf toh nunggu lama. Abis beresin kamar sama nyetrika baju kokoh
buah besok” Farhan mengagetkan Dillah dan Imam yang sedang berbicara.
“Eh iya bang ayok kita takbiran. Pake motor gue ya” Imam buru-buru
menyelipkan surat yang diberikan oleh Dillah.
“Dek, abang pergi dulu ya. Assalamualaikum”
“Walaikumsalam”
--~o~o~o~--
Tak sabar imam untuk segera membuka surat dari Dillah, selesai takbiran
pun ia mengantar Farhan pulang dan langsung bergegas untuk kembali kerumah agar
ia bisa membaca surat balasan dari Dillah , yang telah ia tunggu sudah hampir
satu minggu ini.
“Surat nya aja bercahaya ini, apa lagi isinya. Bisa menyilaukan mata”
gumam Imam sesampainya di rumah
“Opo itu mas?” Anti melirik secarik kertas yang dipegang oleh Imam
“Ora opo-opo “ Imam berlari masuk ke kamar nya ia tak sabar untuk
membaca surat dari Dillah.
Imam terdiam
menatap balasan surat dari Dillah, ia tersenyum sambil memeluk bantal nya. Tak lama
kemudian ia histeris kegirangan sambil bernyanyi entah lagu apa yang ia
nyanyikan.
“Besok gue
silaturahmi terus gue lamar anaknya pakde Sabar” Ucap Imam sambil memlilih baju
kokoh yang akan ia pakai besok.
--~o~o~o~--
“Pak buruan
pak, keburu kelar ntar orang sholat Ied nya” teriak Imam
“Tumben kamu
semangat banget Le’ “ tanya bapaknya heran
“Udah bapak
buruan gonceng ibuk sana, kita ke masjid bareng-bareng” Ajak Imam
Hari itu adalah
hari yang paling Imam tunggu, selain datangnya hari raya Idul Fitri, Imam juga
tak sabar untuk berkunjung ke rumah Dillah dan bicara dengan orang tua nya.
Selesai Sholat Ied berjamaah dan bersalam-salaman meminta maaf dengan para
tetangga dekat, Imam dan ekluarga nya kembali ke rumah.
“Maafin Anti ya
buk,pak, anti banyak salah sm ibuk sama bapak”
“Kamu toh nduk,
baik-baik yo di sekolah” Sambil mengusap kepala Anti, Ibunya tersenyum melihat
kedua anaknya yang sedang akur.
“Maafin Imam
juga buk, Imam bakal kasih ibuk sama bapak menantu ideal deh”
“Ngawur lagi ,
ngawur lagi Le’. Selesain kuliah mu dulu” Ujar Bapaknya sambil menyesap the hangat
yang sudah disediakan di meja makan.
“Pak, sore ini kita ke rumahnya pak Sabar
yo? Udah lama gak silaturahmi kesana. Ibu sudah siapin opor ayam buat di anter
kesana nanti”
“Yaudah, Imam sama Anti nanti siap-siap. Bapak
mau keliling dulu sama bapak-bapak disini” Ujar bapaknya lalu melaksanakan
kebiasaan di lingkungan sekitar saling silaturahmi dan mendoakan dengan
tetangga sekitar.
Imam memoles rambutnya dengan gel, serapi
mungkin ia ingin penampilannya benar-benar meyakinkan di depan Abi nya Dillah. Beruntung
sore ini Ibunya juga ingin kesana, jadi tak ada alasan Imam untuk mengajak
mereka berkunjung.
“Dantya Sari, Imam Al-Kahfi, udah pada siap
belum nak?” Panggil Ibunya
“Udah bu, Anti udah siap”
“Imam siap banget buk” Ujar Imam
“Yaudah, ayo pergi. Kalau udah siap semua”
Ajak Bapaknya, lalu mereka pun melaju ke rumah Dillah dengan membawa Opor dan
juga ketupat yang sudah Ibunya siapkan.
“Assalamualaikum… Bu Rini, Pak Sabar”
“Walaikumsalam, eh ada ibu Mei. Masuk buk”
Imam dan keluarga nya disambut hangat di hari yang Fitri itu
“Ini Imam kan? Udah besar ya, dulu waktu
kecil ngikutin Farhan terus kemana-mana” Ujar Umi nya Dillah
“Buk, Pak” Farhan dan Dillah gantian
bersalaman dengan Ibu dan Bapak Imam. Mereka pun berkumpul di ruang keluarga
dan mulai bernostalgia saat mereka menjadi tetangga dekat dulu.
“Imam gimana kabarnya?” tanya Pak Sabar
“Alhamdulillah sehat Bi, Imam bermaksud
untuk langsung saja ya Bi…”
“Ngawur meneh mam, opo toh” Sambar bapaknya
“Begini, Imam mau ta’aruf bi dengan Dillah. Kalau
diperbolehkan Imam…”
“Imam!!!!” Gerutu bapaknya
“Maaf Pak , dan nak Imam. Maksud nak Imam
sangatlah baik ada nya, tapi untuk masalah itu, abi ingin Dillah langsung yang
bicara”
“Maafin Imam yo bu, pak” Ucap Ibu nya Imam
sambil menepuk bahu Imam, yang di tepuk bahunya malah senyum-senyum tidak
jelas.
“Abi, Umi, kalau untuk Dillah sendiri itu ya
Dillah gak keberatan, tapi saat ini Dillah masih kuliah dan apa tidak terlalu
lama jangka waktu ta’aruf jika Dillah dan mas Imam melakukan ta’arufnya
sekarang?”
“Kamu benar juga dek, abang juga setuju sama
Dillah Bi. Lagian Dillah masih semester enam, lagi sibuk mau nyusun skripsi nya”
Jelas Farhabn
“Jadi gimana itu bang? Gue ditolak nih?”
“Hus, diem dulu mas, dengerin dulu Abinya
mbak Dillah” Sembur Anti
“Maaf, biar Dillah saja yang bicara bi. Boleh?”
tanya Dillah
“Boleh nak, silahkan”
“Mas, begini. Dillah dan mas Imam sama-sama
masih kuliah, untuk ta’aruf pun jangka nya maksimal tiga bulan saja. Jadi menurut
Dillah mungkin lebih baik kita mendekatkan diri sama Allah saja dulu, kalau
memang mas yakin ingin mengkhitbah Dillah suatu hari nanti, Insyaallah Dillah
juga yakin akan menerima mas Imam” Selama bicara Dillah pun tak kuasa menahan
malu karena Imam terus memandanginya.
“Mas, denger tuh kata mbak Dillah nya” Ujar
Anti
“Kamu ada-ada aja juga toh Mas, mau ta’aruf
sama anak orang. Kuliah aja belum kelar, mau khitbah pakai duit bapak mu
opo?!?!?” Sahut bapaknya yang lalu tertawa keras diiringi tawa abi dan umi
Dillah
“Nama nya juga anak muda jatuh cinta pak,
ayo dimakan” ajak Pak Sabar
Mereka pun kembali menikmati kue dan
beberapa dodol buatan Umi nya Dillah. Setelah selesai mendengar pernyataan
Dillah, kini Imam bertekad akan selalu menjaga perasaannya yang Insyaallah akan
diridhoi Allah S.W.T, dan jika mereka berjodoh tentunya mereka akan
dipertemukan lagi.
TAMAT ~~~