Kurcaci Cantik Milik Indonesia (END)
Karya Ema Widiya
Jakarta
Rahma membereskan barang-barang
yang harus ia bawa bersamanya dan juga menarik koper yang sudah berisi
barang-barang milik Cleo. Rahma melihat sebuah foto yang ia taruh di kamar
kecilnya itu, Cleo sudah menjadi sahabatnya hampir 12 tahun ini. Cleo yang juga
membantunya keluar dari jeratan broken home yang pernah ia alami semasa SMP
nya. Rahma pergi dari rumahnya dan ia lebih memilih tinggal di tempat
teman-temannya, namun tidak setiap orang tua dari teman-temannya akan menerima
Rahma dengan senang hati, bahkan Rahma pernah diusir dan harus tidur di tempat
makan yang buka selama 24 jam.
“Rahma” Panggil Cleo sambil
menjalankan kursi roda nya
“Lho C, kok lu ke kamar gue.
Kan bisa gue yang kesana ntar” Rahma langsung berdiri dan mendekati Cleo
“Gue bosen di kamar, pengen
jalan-jalan aja” Cleo tersenyum seperti biasa
“ya udah , gue beres-beres
bentar ya. Baru kita ke taman depan” Ajak Rahma sambil mengunci koper miliknya.
Rahma membawa Cleo untuk
sekedar berkeliling di taman di depan rumah Cleo, sambil mengingat masa-masa
mereka masih menjadi tim cheerleader dan tim modern dance di SMA dan di kampus.
Bagaimana usaha Cleo agar bisa menjadi tim modern dance sekaligus ketua tim cheerleader saat
duduk di bangku sekolah menengah. Akhirnya pembicaraan mereka merujuk ke
saat-saat dimana Haris mulai mendekati Cleo yang saat itu sedang sibuk berlatih
dengan tim nya untuk mengikuti lomba modern dance antar universitas, Haris yang
saat itu sedang berlatih basket diujung lapangan menyipitkan mata nya untuk
memastikan wanita cantik yang ia lihat bukan lah ilusi. Cleo yang menyadari ia
sedang di perhatikan malah berhenti berlatih dan membalikkan badan menatap
lapangan basket. Disanalah terjadi saling ejek antar anak semester satu dengan
jurusan berbeda. Cleo yang sudah tidak mau ambil pusing dengan kata-kata Haris
segera memilih untuk pindah tempat latihan, itu yang membuat Haris terus
mengganggu cewek secuek Cleo. Sampai akhirnya Cleo diluluhkan oleh Haris yang
membantunya saat kaki kirinya terkhilir, Haris yang sudah biasa dengan hal
seperti itu dengan sigap mengompres serta memijat pergelangan kaki Cleo. Cleo
masih mengingat kata-kata Haris yang biasa namun membuatnya terlihat berbeda.
“Semangat itu boleh, tapi
jangan lupa hati-hati. Mau bertopang sama apaan lu kalo kaki udah kesakitan
buat berdiri” Cleo sadar saat itu Haris adalah seseorang yang sangat perhatian
walau ia sering jahil dan terlihat tidak pernah serius.
Kali ini Cleo masih terduduk di
kursi roda, nbamun pandangannya lebih jernih dan benar adanya ia mengakui bahwa
ia masihb merindukan Haris yang bisa membuatnya jatuh cinta-berkali-kali pada
lelaki bertubuh jangkung itu.
“Ma, Haris di Jakarta ya?”
Tanya Cleo
“Hmm, gue kurang tau C, soalnya
Haris juga jarang update sosmed” ujar Rahma
“Coba deh cek sosmednya Ray,
siapa tau bisa tau dimana Haris” Rahma membuka instagram milik Ray, dan ia
menemukan satu photo mereka yang sedang tersenyum lebar di hari pertunangan
Gita dan Aldo.
“Melbourne C” Ujar Rahma
“Melbourne?, gue bakal terapi disana kan?” tanya Cleo
bersemangat
“Iya sih, dan semoga aja rumah
sakitnya dekat sama tempat mereka tinggal ya” Rahma memeluk Cleo dari belakang
sambil tersenyum lebar.
Perth,Australia
Sampai di tujuan sperti yang
sudah direncanakan, pada perjalanan kali ini mereka mengikuti perjalanan group
tour. Mereka segera menyebar masuk ke
wilayah habitat para kangguru di lestarikan, ada kangguru albino dan juga
kangguru coklat. Dimana tempat itu adalah Caversham Wildlife Park, tempat
penangkaran binatang-binatang khas Australia seperti Koala, Kangguru,Wombat dan
lain nya.
“Coba liat deh, lucu ya”
Calista melihat koala yang sedang memankan daun Ecalypthus
“Eh lucu iya nih” Jenny
menundukkan badannya bersalaman dengan sang koala yang sedang berjalan diantara kedua kaki Jenny.
“Sayang banget gak boleh di
peluk” Gerutu Calista yang memang peraturan disana adalah hanya bisa
membelai koala tersebut.
“Next kandang kangguru nih
guys” Ujar Dena
Euphoria berkejaran dengan
kangguru yang akan di jadikan sasaran
berfoto membuat Jenny melupakan sejenak masalah hatinya, kini ia sibuk bermain
dengan para kangguru. Fadly yang melihat nya hanya bisa tersenyum, ia
memperhatikan Jenny dari kejauhan sambil memasukkan kedua tangannya ke saku
celana nya.
“Fadly, foto yuk” Ajak Jenny
sambil memeluk seekor kangguru
“Iya Jen, gue ready nih” Jawab
Fadly sambil menunjukkan kamera nya
“Aku ikuut” Boni menyusul
Fadly, namun Boni harus menjadi fotografer untuk Fadly dan Jenny terlebih
dahulu.
Jalan-jalan kali ini tidak
kalah seru daripada jalan-jalan mereka di Melbourne, kanbgguru yang lincah ini
mampu membuat mereka lelah dan tertawa puas karena bermain, belum lagi rasa
aneh yang mereka rasakan saat melihat Tazmania devil yang ternyata sekecil
tikus dengan warna hitam pekat.
Ponsel Jenny berdering beberapa
kali, kali ini ia terganggu dan menjawab telepon dari Haris itu. Raut wajah
Jenny tak begitu berubah, sebisa mungkin ia biasa saja di depan teman-temannya
itu, hanya Fadly yang menangkap keasingan dari ekspresinya, Jenny masih kecewa.
“Hallo Ris, kenapa?” tanya
Jenny
“Jen, sorry ya gue gak bisa
ikut. Eh lu tau gak, disini lagi ada Cleo, dan dia udah mau ngobrol sama gue”
Jenny tertunduk lesu, bukan itu yang sebenarnya ia dengar
“Oh gitu, udah dulu ya Ris,
kita lagi main sama kangguru…ntar aja lu ceritanya” Jenny buru-buru menutup
panggilan itu
“Jen, lo baik-baik aja kan?”
Fadly menyodorkan sebungkus wafer
“Thanks ya, gue bisa baik-baik
aja kok fad, oh iya gue mohon banget. Lu harus janji, jangan sampai ada yang
tau tentang ini ya? Termasuk Calista dan Dena” Jenny tersenyum pahit lalu pergi
menemui kedua sahabatnya itu
“Gue janji Jen” Fadly bergumam
dan membatin sendiri sambil mengamati punggung kecil Jenny yang sudah berlalu
Rasa nya aneh masih saja
mengharapkan cinta nya berbalas oleh gadis yang sudah menolaknya itu, berulang
kali Fadly mencoba untuk tidak berharap lagi pada sosok Jenny, berulang kali
juga ia masih bisa merasakan perasaan berbeda dalam benaknya. Namun hatinya
ikut terasa sakitb saat melihat Jenny yang tersakiti dan menyimpan peraannya
sendiri. Fadly ingin memukul Haris, namun ia juga tau bagaimana perasaan
sahabatnya itu dan bagaimana Haris begitu menyayangi Cleo dari dulu dan mungkin
hingga sekarang.
“Weii, ngapain ngelamun aja”
Ray membuyarkan lamunan Fadly yang masih berdiri di sebelah kangguru putih
“Eh iya, gue lagi mikir nih
gimana kalau kita nginep aja?” Tanya Fadly asal
“Eh boleh juga, udah sore juga
nih” Ray melihat jam ditangannya
“Buruan!!!” Ajak Dena yang
sedikit berteriak, karena mereka akan mengisi perut mereka yang sudah lapar.
Di tempat makan, Jenny dan
Calista berbagi makanan karena mereka sudah hafal bagaimana besarnya porsi
makanan di sana. Mereka makan dengan lahap, terutama Boni yang sepertinya
benar-benar merasa lapar hari itu. Selesai menyantap makanan, mereka berencana
untuk pulang, karena Jenny sudah merengek ingin pulang. Entah kenapa Jenny tak
ingin lama-lama di sini. Namun kali ini Chris sepertinya membuat ulah, Chris
tiba-tiba membawa sebuah bucket bunga mawar besar yang sangat indah, lalu
berlutut di depan Dena di bawah sinar lampu jalan malam itu.
“Dena, I really like you. I
promise to be a best partner to you. And Will you Marry Me?” Chris dengan tegas
melamar Dena membuat Calista menjerit kegirangan, namun Dena hanya diam dan
santai.
“Chris, Chris, aku mbok yo mau
pakai mahar, bukan kembang” Dengan logat Jawa nya Dena terkekeh geli melihat
ekspresi Chris penuh tanda tanya
“What’s she said?” Tanya Chris
pada Fadly, tapi Fadly ikut tertawa dan mengangkat kedua bahunya.
“Chris, you have to purpose for
me in front of my parents” Dena mnerima bunga itu dan membantu Chris berdiri
“Yess, I will do that. Because
I love you” Chris memeluk Dena
“I love you too Chris, but Your
Bussines must be developed”
“I promise darling” kedua nya
tersenyum sambil melihat penonton yang sibuk dengan kamera mereka.
“You must to be an actress”
Gumam Dena sambil menarik Chris dari sorotan pengunjung
Chris hanya tersenyum sambil
menggenggam tangan kekasihnya itu, impian Dena akan menikah dengan seorang bule
sepertinya akan terwujud setelah ia menjadi wisudawati nanti, karena Chris juga
harus menyelesaikan Thesis nya dan melanjutkan bisnis nya di bidang musik dan
mengembangkan toko alat musik nya di Melbourne.
Melbourne
Pagi ini Jenny mencoba kembali
seperti biasa, ia membuang semua rasa nya walau tak semudah itu. Hari ini ia
putuskan untuk kembali menemui buku-buku yang bisa membuatnyab rileks, ia
kembali menjumpai shakesphare dalam rentetan kata-kata nya, Jenny menyusuri
ruangan perpustakaan di musim semi, ia berharap kali ini musim semi yang hangat ini akan membawa
kehangatan dalam hatinya juga.
Disuasana libur seperti ini,
perpustakaan terasa damai dan lebih nyaman, yang ada hanya suara langkah sepatu
dan lembaran buku yang di balik perlahan serta suara hisapan minuman. Jenny
kembali melirik kursi yang berada di sudut jendela, tak ada Haris yang duduk
menunggunya disana.
“Ih Jen, stop it” Jenny menetuk
kepala nya dengan buku
“Jen, Jen? Lu kenapa?” tanya
Ray
“Eh Ray? Tumben banget” Jenny
tersadar bahwa ada orang yang memperhatikannya
“Lagi cari bahan buat thesis
nih, lu rajin amat ke perpus mulu”
“Iya, lagi bosen aja di kamar.
Jadi gue refreshing”
“Eh Jen, gue mau jemput Calista
dulu ya, dan mau pinjem ini” Ray menunjukkan sebuah buku bisnis yang sudah ia
temukan.
“Ok, hati-hati Ray” Jenny
melambaikan tangannya dan kembali menatap kursi di sudut dekat jendela, setelah
menghembuskan nafasnya beberapa kali Jenny mengalah dan memilih pulang.
Jenny menatap layar ponselnya,
tertera nama Haris disana. Namun rasa nya ia enggan menjawab panggilan itu,
tapi Jenny harus memastikan hatinya, ia benar-benar cemburu atau hanya
kehilangan sahabat.
“Iya Ris?” Tanya Jenny
“Lu dimana? Bisa temenin gue?”
Tanya Haris dari sebrang sana
“Kemana? Gue lagi di jalan
balik dari perpus”
“Gue mau beli buah terus nemuin
Cleo Jen, hari ini hari pertama dia terapi buat jalan. Lu bisa kan nemenin
gue?” tanya Haris, hening seketika. Jenny memutar otak, ia mencoba
menghembuskan nafasnya dan memastikan hatinya bahwa saat ini Haris membutuhkan
nya.
“Iya, lu jemput gue didepan
kampus aja” Jenny mnutup panggilannya dan menunggu Haris menjemputnya. Kali ini
Jenny membuat otaknya harus berfikir bahwa ia tak pernah jatuh cinta pada
Haris, ia hanya merasa kehilangan sahabatnya.
Setiba nya di Rumah Sakit, Cleo
terduduk di kursi rodanya dengan senyum mengembang melihat kedatangan Haris,
namun reaksinya berubah melihat sosok Jenny yang ikut mengekor di belakang
Haris.
“Hai Ris, tepat banget. Ini gue
udah mau masuk buat terapi, gue takut ntar gue jatuh tiba-tiba” Cleo
menggenggam tangan Haris dan melirik reaksi Jenny yang ternyata mengalihkan
pandangannya ke arah lain.
“C, kita masuk yuk. Eh Haris
sama Jenny ikut juga yuk liat terapinya” Ajak Rahma
“Oh ia” Jenny mengangguk dan
mengekor lagi
“Ris, itu pacar baru kamu ya?
Jutek amat” Ujar Cleo
“Eh ini Jenny, temen satu kelas
gue C.” Haris menarik Jenny lebih dekat dengan Cleo
“Hai, gue Jenny” Jenny senyum
seadanya agar terlihat sopan
“Cleo” Cleo hanya tersenyum
sinis lalu mengangguk mengerti melihat ekspresi Jenny
“Mrs.Cleo, can we start from
now?” tanya seorang dokter yang bertugas melakukan terapi Cleo
“Oh, yess sir. Iam ready” Cleo
di bawaoleh dokter dan suster ke dalam ruangan yang di batasi kaca agar Haris
dan yang lainnya bisa melihat dari luar
Beberapa kali Cleo harus
terjatuh, ia kembali frustasi dan menangis beberapa menit dan hal itu membuat
Jenny benar-benar iba melihatnya. Cleo benar-benar kesakitan saat menapakkan
kakinya namun dokter berusaha sebisa mungkin agar ia tak merasa sakit, untuk
kesekian kalinya ia terjatuh, terduduk dan menangis sejadi-jadinya, dengan
sigap Haris masuk dan memeluk Cleo, membantunya berdiri dan kembali
mendudukannya di atas kursi roda.Entah apa yang ia bicarakan pada dokter dan
juga Cleo, namun sepertinya mereka membuat sebuah janji, Jenny mencoba bertahan
berada disana dan kali ini ia kuat karena rasa iba nya lebih besar.
“Mkasih ya buat hari ini” Cleo
menatap Haris penuh makna tak bisa Jenny artikan tatapan mereka, entah tatapan
sepasang kekasih yang saling merindukan atau tatapan rasa bersalah dan rasa
rindu yang memuncak.
“Ris, gue rasa kita harus balik
deh. Udah mau malem juga” Ujar Rahma
“Eh iya, kalian naik apa?”
tanya Haris
“Gue ama Cleo di jemput supir,
lu anter Jenny gih, kasihan ia dari tadi nemenin lu dan belum ngomong apa-apa
dari tadi” Rahma menatap Jenny yang menunggu Haris di pintu keluar sambil
memeluk jaketnya.
“C, Ma, gue balik dulu ya.
Besok hubungin aja gue kalau ada apa-apa” Haris emlambaikan tangannya dan
kembali menemui Jenny.
“Hey!! Ngelamun aja” Haris mencolek
kepala Jenny
“Eh? Udah? Balik yuk?” ajak Jenny
“Tumben lu diem?” tanya Haris
“Gue? Gak ah, baiasa aja” jenny
tertawa hambar namun Haris tak menyadari nya
“Akhirnya Jen, Cleo mau nerima
gue lagi” Gumam Haris
“Lu balikan?” Jenny memutar
bola mata nya dan menatap langsung Haris
“Eh? Bukan kok bukan itu maksud
gue, nerima buat ngobrol sama maafin gue” Haris mencoba mencairkan suasana yang
tegang barusan
“Mau kopi?” tanya Haris
“Gak, pahit”
“duh jutek amat”
“Balik yuk”
Haris hanya menggaruk
kepalanya, ia bingung dengan sikap Jenny yang tiba-tiba aneh itu. Namun Haris
tetap mengantar Jenny pulang malam itu, dan tak ada percakapan apapun sampai
akhirnya mereka berpisah di lobby apartement Jenny.
“Gue balik, makasih ya Jen. Lu
emang temen yang baik deh” Ucap Haris
“Bye..” Jenny segera naik ke
atas dan tak menghiraukan Haris yang melambaikan tangan padanya
“Kenapa ya?” Haris membatin
dalam keadaan linglung.
Melbourne
Sudah tiga hari berturut-turut
Haris menemani Cleo terapi, seusai ia melakukan penelitiannya Haris langsung
menemui Cleo di ruang terapinya. Jenny juga sibuk melakukan penelitiannya di
Rumah Sakit yang sama, itu membuat konsentrasinya kadang terganggu. Walau ia
memilih jurusan untuk bagian konsultan keuangan, kini sepertinya fokusnya lebih
ke konsultan Haris sebelum menemui Cleo, bunga atau buah apa yang harus ia bawa
sampai melihat kemeja nya yang sudah rapi atau belum.
Kini Jenny sedang fokus dengan
laporannya dan analisa keuangan yang sedang ia lakukan, di meja tempat ia
mengetik sekarang ini ia sendirian tanpa diganggu siapapun, beginilah cara
Jenny mendapatkan konsentrasi saat ia harus bermanja dengan angka-angka
kesayangannya. Saat ia mulai menghitung data yang kesekian kali nya tanpa ia
sadari Haris menarik tangannya dan Jenny yang kaget terpaksa ikut berlari
mengikuti Haris, Jenny kebingungan melihat Haris yang sangat bersemangat
menariknya itu, seolah ia ingin menunjukkan suatu hal besar yang akan membuat
Jenny takjub.
“Jen, liat itu liat”Haris
mengguncang tubuh Jenny yang terdiam
“Are You Kidding Me?” Jenny
memasang wajah kesalnya
“Kenapa Jen, itu sebuah
keajaiban kan? “ Haris menunjuk Cleo yang sedang terapi dan kali ini ia bisa
berjalan agak jauh dari pada terapinya yang kemarin
“Gue ninggalin penelitian gue
Cuma karna lu tarik kesini buat liat cewek yang bisa jalan bahkan mungkin
Cuma dua meter jauhnya. Lu gila Ris, gue
masih punya banyak kerjaan” Jenny berbalik kesal
“Jen, gue kira lu..”
“Gue gak sebaik itu Ris, sorry
banget. Lu udah salah nilai gue” Jenny melepaskan genggaman Haris yang kini
hanya terdiam dengan pikirannya.
Rahma yang melihat keadaan
mereka segera menghampiri Haris yang hanya bisa bungkam melihat Jenny yang
menjauh dari nya. Rahma menepuk pundak Haris membuat lelaki tinggi itu tersadar
dan segera masuk untuk menemui Cleo yang baru selesai terapi.
Kali ini adalah semester akhir
yang berbeda, Dena, Calista dan Jenny sibuk menulis Thesis masing-masing sampai
mereka lupa berbagi cerita atau sekedar bergurau. Jenny yang sibuk merngarungi
perpustakaan dan tak ingin berpapasan dengan Haris di rumah sakit membuat
semuanya terlihat baik-baik saja, seolah mereka adalah orang yang super sibuk
untuk saat ini.
Fadly kali ini menyempatkan
diri untuk mengajak Jenny hanya sekedar makan siang, ia berusaha membuat Jenny
nyaman dengan situasi yang ada disana. Karena sudah hampir dua minggu ia tak memberi
kabar sama sekali.
“Hai Jen, jadi gimana
penelitian nya?” tanya Fadly yang menemui Jenny di ruangan nya
“Baik-baik aja, Cuma emang agak
terlalu fokus sih”
“Yaudah , daripada fokus mulu
mending makan gih bareng gue” ajak Fadly
“Ok, kali ini kayaknya otak gue
butuh asupan gizi yang baik selain buah dan roti” Ucap Jenny sambil menutup
laptop miliknya.
Di perjalanan keluar dari Rumah
Sakit mereka berpapasan dengan Haris yang sibuk bertanya dengan salah seorang
Manager di Rumah Sakit tersebut. Fadly melihat Jeny sekilas namun yang tampak
hanya ekspresi dingin dan tak ambil perhatian untuk Haris. Jenny mulai membuka
buku bacaannya dan ingin menjauh, nbamun Fadly langsung mengikuti insting nya
untuk menyapa dan mengajak Haris mengobrol.
“Hai Ris, gimana? Udah kelar?”
“Udah nih, abis wawancara
dikit, eh kalian mau kemana?” tanya Haris
“Kita mau makan, ikut yuk?”
ajak Fadly
“Gue mau ke..”
“Udah lah Fad, dia sibuk banget
kayaknya. Kita aja yang makan” Jenny memutus kalimat Haris yang kini bungkam
dan melihat Jenny penuh tanya
“Hi..hei kalian ada masalah?”
tanya Fadly
“Gak!!!” Jawab Jenny yang
langsung meninggalkan kedua cowok itu.
Fadly yang bingung langsung
menepuk pundak Haris lalu berpamitan untuk mengejar Jenny, sepertinya ia paham
apa yang terjadi diantara mereka berdua. Haris hanya terdiam dan kali ini ia
benar-benar belum mengerti Jenny, tadinya Haris ingin menceritakan kemajuan
Cleo yang sudah bisa terapi dua kali seminggu, karena sudah bisa terapi di
rumah sendiri.
“Jen, tunggu dong. Kita kan mau
makan siang bareng” Fadly mengimbangi langkah Jenny
“Buruan gih, gue udah laper
banget” Jenny mengalihkan pandangannya dan berjalan ke tempat makan terdekat
“Jen, lu lagi berantem ya sama
Haris?” tanya Fadly
“Gak, gue… udahlah Fad, gue mau
fokus cepet-cepet selesain thesis gue” Jenny mengubah pembicaraan dan mulai
memesan makanan
Fadly hanya bisa diam terpaku
melihat gadis mungil ini yang sedang kesal, namun Fadly mengerti sekarang,
Jenny kehilangan Haris yang mampu membuatnya jatuh cinta. Kadang memang cinta
itu membingungkan..
Melbourne
Rahma memutar sebuah lagu di
kamarnya ia mencoba membuat dirinya rileks karena ia mungkin sedang lelah saat
ini, kini ia dan Cleo berada dalam satu kamar. Bungkam dengan seribu bahasa,
Rahma ingin menjelaskan tentang sikap Haris kepada Cleo, namun ia takut Cleo
akan kecewa. Saat ini Cleo mengharapkan Haris kembali padanya, namun Rahma tak
melihat situasi itu akan berjalan lancar.
“Ma, gue bosen nih. Kan udah
satu bulanan kita disini, terus gue udah bisa lah jalan dikit-dikit tapi kita
belum jalan-jalan.” Gerutu Cleo
“Yaudah besok kan lu gak
terapi, gimana kalau kita jalan?” ajak Rahma
“Gue mau jalan sama Haris juga”
Ujar Cleo
“C, Haris lagi sibuk thesis. Kita
aja lah yang jalan”
“Tapi ma, gue jamin Haris
bakalan mau deh” Cleo berdiri dari duduknya dan pergi ke kamarnya.
Situasi berbeda sedang dihadapi
Calista yang masih bingung menggarap thesisnya, kebetulan ia, Dena dan Boni
berada dalam satu penelitian seperti Haris dan Jenny, namun Calista tetap
melakukan penelitian untuk datanya sendiri.
“Jen, lu dapet materi juga gak
dari Haris? Gue bingung mau minta materi sama Boni”
“Gak, gue udah ambil bagian
sendiri” Sahut Jenny ketus
“Ketus amat neng, kenapa nih?”
Lirik Dena sambil melepas kacamata nya
“Sorry,Sorry gue lagi kesel aja”
“Duh gue bingung!!!” Gerutu
Calista
“Udah ta, yang mau lu ambil
liat dulu di data gue deh, siapa tau ada” Ujar Dena
Calista hanya manggut-manggut
tak mengerti sebenarnya ia pusing karena data atau sepertinya ia butuh refreshing
karena sebulanan penuh ini mereka harus berkutat dengan materi, buku dan
laptop.
Kini akhir semester sudah di
depan mata, masing-masing punya problem dalam thesis atau kehidupan mereka.
Haris masih sempat menemui Cleo walau seharusnya saat ini ia harus menemui
pembimbingnya. Hal itu membuat Jenny kesal dengabn Haris yang sekarang, semua
serba Cleo, ini bukan rasa cemburu, namun Jenny ingin Haris fokus pada
thesisnya yang akan menjadi penunjangnya untuk wisuda S2.
Sudah memasuki bulan kedua, seperti mahasiswa
lainnya Jenny harus menemui profesor yang membimbingnya untuk berkonsultasi
masalah isi thesis yang sudah ia buat. Sambil memeluk printout hasil
penelitiannya untuk bab 1 san bab 2, Jenny merogoh sakunya dan mencoba
menghubungi Haris yang kebetulan satu pembimbing dengannya.
“Ris, lu dimana? Lu tau kan jam
dua ini kita harus konsul sama Prof.Dann?” tanya Jenny
“Duh Jen, bentar ya, gue lagi
nemenin Cleo jalan-jalan nih” terdengar suara gadis berbisik di sebrang sana
“Ris, satu jam lagi gue mau
nemuin prof.Dann, kalau lu masih mau ikut gue tunggu sampe jam dua” Jenny
menutup teleponnya dan lagi-lagi ia sangat kesal.
Hampir satu jam berlalu, Jenny
berada di depan ruangan dosen, ia masih memeluk printout thesis nya dan
menunggu Haris disana. Berulang kali ia maju-mundur cantik seolah ragu untuk
masuk ke ruangan.
“Oke, gue temen yang baik. Gue tunggu
lima menit lagi” Gerutu Jenny. Namun tak ada tanda-tanda Haris akan datang,
Jenny mencoba menghubungi Haris namun hanya Voice note yang menjawab nya.
“Oke, gue masuk” Kali ini Jenny
sudah mengulur waktu sepuluhmenit dan ia benar-benar meninggalkan Haris…
Minggu demi minggu Haris tak
bisa menghubungi Jenny, Jenny juga sudah jarang mengambil materi ke rumah sakit
masalah konsultasi keuangan. Kali ini Haris harus mengantar Cleo ke bandara,
dan ia merasa bersalah kepada Jenny yang sudah ia abaikan beberapa bulan ini.
“Ris, jangan lupa hubungin gue
ya?” Ujar Cleo
“Iya C, baik-baik disana ya?”
Cleo memeluk Haris saat di
umumkan pesawat tujuan Jakarta akan berangkat, tak lupa Cleo emmbisikkan
sesuatu yang membuat Haris tertegun dan kali ini jantungnya tak bereaksi
apa-apa.
“I love you Ris, gue kangen
kita yang dulu” Cleo tersenyum lalu berlari kecil bersama Rahma
“Cleo? “ Gumam Haris yang kini
tertegun karena tak ada detak jantung yang sangat berbeda.
Melbourne
Haris menyusuri koridor
perpustakaan pagi itu, ia berjalan pelan mengikuti langkah kaki seorang gadis
disisi rak buku lainnya. Mereka menyusuri lorong perpustakaan yang sepi kali
ini, Jantung haris berdegup menyadari sesuatu yang ia ikuti.. di ujung lorong,
Haris melangkah mendekati Jenny yang sontak kaget karena Haris sudah berada di
depannya. Mungkin adegan menyusuri lorong di perpustakaan tadi membuat Haris
geli emmbayangkan seperti mereka sedang membuat sebuah mellodrama di stasiun tv
swasta.
“Hai Jen” sapa Haris
Namun tak ada jawaban untuk
Haris, hanya tatapan kosong dan penuh tanya yangb ia dapat, mungkin benar adanya
ia melakukan sebuah kesalahan kepada Jenny. Jenny ingin melangkah pergi namun
pergelangan tangannya tertahan oleh lelaki bertubuh kekar di depannya itu.
“Jen, sorry. Kemarin gue emang
salah banget. Gue Cuma ngerasa harus bertanggung jawab sama Cleo”
“Terus? Lu udah tanggung jawab?
Nikahin aja sekalian” Jawab Jenny ketus
“Bu…bukan tanggung jawab itu
Jen, gue gak mau dia gak sembuh , karena gue masih ngerasa bersalah”
“So? Urusan gue? That’s not
important to me” Jenny meninggalkan Haris yang terdiam di belakang nya.
Haris hanya bisa melihat tubuh
mungil Jenny yang berjalan menjauhi dirinya, ia sadar yang ia lakukan mungkin
kesalahan fatal, yang membuatnya kehilangan…
Jakarta
Seorang wanita cantik berbalut
gaun pengantin kini tersenyum lebar melihat sahabatnya yang datang ke acara
sakralnya hari itu, Dena sangat cantik dengan gaunnya dan diimbangi dengan
Chris yang mungkin bertambah kegantengannya karena ia seorang bule dikerumunan
Ras Indonesia.
“Dena, akhirnya you’ve got your
bule here” Ucap Calista sambil memeluk Dena
“Ih, kanget deh sama kalian,
udah hampir tiga bulan sejak kelulusan kita gak ketemu” Ujar Dena
“And Iam still be a jobseeker”
Gerutu Jenny yang masih berpindah-pindah perusahaan setelah dua bulan
mendapatkan pekerjaan.
“Sabar honey, gue juga bakal
cari kerja kok. Gue gak mau uring-uringan di rumah ditinggalin Chris kerja”
ujar Dena
“Atau, jangan-jangan lu bakalan
merid Jen? Kan kita lulusan s2, cantik-cantik pula” Calista memainkan rambutnya
“Tunggu gue nabung buat beli
rumah ya honey” Ray tiba-tiba muncul sambil memberikan pelukan hangat sesama
temannya pada Dena dan Chris
“uuuh, so sweet. Eh gimana
kabar Haris?” tanya Dena yang membuat Jenny mengingat sampai saat ini tak ada
komunikasi antara ia dan Haris. Saat kelulusan pun mereka tak bicara satu sama
lain, Haris memilih bungkam dan lari dari Jenny. Hanya saja mereka sempat
berfoto bersama saat memakai toga dengan yang lainnya.
“Lagi subuk banget sama kerjaan
nya” Fadly menambahkan sambil tersenyum dan menggandeng seorang gadis yang
sepertinya Jenny kenal
“Rahma?” tanya Jenny
“Hai Jen, apa kabar?” sapa
Rahma
“Baik, Cleo apa kabar?”
“Oh, dia mungkin beberapa bulan
lagi bakalan nikah Jen”
“Haris ? sama Cleo?” tanya
Jenny sontak yang lain ikut kaget dengan pertanyaan Jenny
“Ehh, santai dulu Jen, bukan
sama Haris kok. Tapi sama rekan kerja nya di Galeri, pengusaha lukisan juga
yang gak sengaja ketemu waktu mau balik ke jakarta. Awalnya Cuma kenalan biasa,
tapi dia sering main ke Galery dan Cleo sadar, dia Cuma butuh sahabat kayak
Haris, bukan pacar.” Rahma tersenyum menjelaskan semua nya ke Jenny.
“Duh, jangan galau dulu ya Jenn
sayang. Gue mau nikahan dulu” Ujar Dena
“Gak kok, gue mau coba hubungin
Haris dulu, gue harus minta maaf sama dia” Jenny mencoba mengetikkan sebuah
nomor, namun sudah tidak aktif.
Setelah mengetahui semua
kejadian yang mungkin adalah kesalah pahaman antara Jenny dan Haris, kini Jenny
bingung harus bagaimana. Namun ia ingin jujur pada Haris tentang perasaannya. Ponsel
Jenny berdering, segera ia mengangkatnya barangkali ia berfikir bahwa Haris
akan menelponnya.
“Hallo, dengan ibu Jenny
Karenianisa?” sapa seorang gadis
“Iya saya sendiri, ini dari
mana ya?” Jenny emndapatkan panggilan interview kerja di sebuah perusahaan yang
emmbuatnya begitu bersemangat, namun ia masih mengharapkabn Haris
menghubunginya kali itu.
Jenny merebahkan tubuhnya, ia
merasa sepertinya ia harus menemui Haris di rumahnya. Tapi Jenny terlalu takut
untuk bertemu langsung seperti ini, Jenny urungkan niatnya untuk berkunjung ke
rumah Haris. Ia harus mempersiapkan diri untuk mengikuti interviewnya terlebih
dahulu.
Jakarta
Jakarta hujan, kali ini Jenny
berlari kecil menuju ruangan interview yang telah di beritahukan oleh seorang
recepsionist. Jenny memakai rok hitam selutut dengan Blezer hitam dan kemeja
biru tua di dalamnya, ia sangatb siap untuk mendapatkan pekerjaan baru. Saat memasuki
ruangan ia sangat gugup dan mulai menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan
padanya tentang konsultan keuangan dan tebntang perusahaan tersebut.
“Ahh, capek gue” Gerutunya
setelah keluar dari ruangan itu
“Mbak, kantinnya dimana ya?”
tanya Jenny pada sang recepsionist
“Dari sini belok kanan aja
mbak, disana ada kantin dan perpustakaan”
“Oh iya, makasih mbak” Ujar
Jenny lalu mengikuti petunjuk dan benar ia menemukan sebuah kantin yang tak
jauh dari perpustakaan perusahaan.
Setelah memesan sebuah Caramel
Machiatto, Jenny mencoba untuk memasuki perpustakaan dan mulai mengingat
perpustakaan Melbourne, ia melirik kursi di sudut dekat jendela lalu ia
menyeringai geli. Ia mengamati buku yang
tertata rapi di rak buku tepat disebelahnya, di ambilnya sebuah buku karya rick riordan
yang sering ia baca. Mengingatkannya pada Haris yang pernah ia suguhi salah
satu karya Rick Riordan, namun tak seantusias dirinya, Haris lebih menyukai
Cassandra Clare. Saat Jenny mengambil sebuah buku, ia dapat melihat sosok
lelaki bertubuh tegap dengan balutan jas dan ia mulai mengikuti langkah kaki
itu melewati lorong perpustakaan dan ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Semakin cepat ia berjalan,
semakin tak kalah cepat detak jantungnya berdegup. Kini ia sampai diujung
lorong bersama sesosok lelaki tampan yang sudah ia kenal selama ini, lelaki
yang ingin ia temui kemarin. Lelaki yang membuatnya jatuh cinta dan tersenyum
sampai menangis karena ulahnya.
Haris berdiri didepnnya
berbalut jas dan celana Hitam, layaknya seorang General Manager yang tertulis
di dalam Name Tag nya. Ia tahu, ia akan bertemu Haris, ia mengingat bentuk
perpustakaan ini, dimana ia dipanggil kurcaci, persis seperti Melbourne yang
membuat mereka jatuh cinta.
“Gue mau…” Keduanya bicara
serentak hingga terdiam bersama, akhirnya Haris membuka pembicaraan.
“Gue mau minta maaf Jen, gue
salah, gu pikir lu udah gak mau lagi nemuin gue. Jadi saat lu masukin lamaran
disini dan gue yakin lu adalah pekerja yang bisa diandalkan , gue gunain
kesempatan ini buat ketemu lu”
“Bego!! Kenapa lu ganti nomor
handphone?” Gerutu Jenny
“ Eh??”
“Gue terus-terusan ngehubungin
lu, tapi gak ada jawaban. Gue kira lu udah ninggalin gue terus kawin sama Cleo”
Kali ini pipi Jenny terasa hangat dan dibasahi oleh air mata nya.
“Jen, sorry gue ngilangin
handphone gue waktu balik ke Jakarta. Dan gue sadar, gue emang bego kalo
masalah cewek, gue gak mau Cleo sakit di Melbourne, dan ternyata gue nyakitin
cewek yang udah buat gue jatuh cinta” Hris memeluk Jenny membuarkan air mata
Jenny membasahi pundaknya.
“Kok bisa gue jatuh cinta sama
cowok jahat kayak lu” Gerutu Jenny
“Apa?!?!?? Gak salah denger
nih?” Haris melepaskan pelukannya dan tersenyum jahil pada Jenny…..
Keduanya hanya tertawa dan
bertatap dengan tatapan penuh isyarat, seorang kurcaci cantik yang menemukan
pangeran bodoh nya kini akan hidup bersama, karena pangeran bodohnya itu akan
segera melamarnya secepatnya~~~~
THE END
Maaf kalau ada kisah yang sama atau kesamaan nama, ini cuma khayalan belaka. :) thanks for reading :)