Kamis, 28 April 2016

Kurcaci Cantik Milik Indonesia (END)

Kurcaci Cantik Milik Indonesia (END)
Karya Ema Widiya


Jakarta
Rahma membereskan barang-barang yang harus ia bawa bersamanya dan juga menarik koper yang sudah berisi barang-barang milik Cleo. Rahma melihat sebuah foto yang ia taruh di kamar kecilnya itu, Cleo sudah menjadi sahabatnya hampir 12 tahun ini. Cleo yang juga membantunya keluar dari jeratan broken home yang pernah ia alami semasa SMP nya. Rahma pergi dari rumahnya dan ia lebih memilih tinggal di tempat teman-temannya, namun tidak setiap orang tua dari teman-temannya akan menerima Rahma dengan senang hati, bahkan Rahma pernah diusir dan harus tidur di tempat makan yang buka selama 24 jam.
“Rahma” Panggil Cleo sambil menjalankan kursi roda nya
“Lho C, kok lu ke kamar gue. Kan bisa gue yang kesana ntar” Rahma langsung berdiri dan mendekati Cleo
“Gue bosen di kamar, pengen jalan-jalan aja” Cleo tersenyum seperti biasa
“ya udah , gue beres-beres bentar ya. Baru kita ke taman depan” Ajak Rahma sambil mengunci koper miliknya.
Rahma membawa Cleo untuk sekedar berkeliling di taman di depan rumah Cleo, sambil mengingat masa-masa mereka masih menjadi tim cheerleader dan tim modern dance di SMA dan di kampus. Bagaimana usaha Cleo agar bisa menjadi tim modern  dance sekaligus ketua tim cheerleader saat duduk di bangku sekolah menengah. Akhirnya pembicaraan mereka merujuk ke saat-saat dimana Haris mulai mendekati Cleo yang saat itu sedang sibuk berlatih dengan tim nya untuk mengikuti lomba modern dance antar universitas, Haris yang saat itu sedang berlatih basket diujung lapangan menyipitkan mata nya untuk memastikan wanita cantik yang ia lihat bukan lah ilusi. Cleo yang menyadari ia sedang di perhatikan malah berhenti berlatih dan membalikkan badan menatap lapangan basket. Disanalah terjadi saling ejek antar anak semester satu dengan jurusan berbeda. Cleo yang sudah tidak mau ambil pusing dengan kata-kata Haris segera memilih untuk pindah tempat latihan, itu yang membuat Haris terus mengganggu cewek secuek Cleo. Sampai akhirnya Cleo diluluhkan oleh Haris yang membantunya saat kaki kirinya terkhilir, Haris yang sudah biasa dengan hal seperti itu dengan sigap mengompres serta memijat pergelangan kaki Cleo. Cleo masih mengingat kata-kata Haris yang biasa namun membuatnya terlihat berbeda.
“Semangat itu boleh, tapi jangan lupa hati-hati. Mau bertopang sama apaan lu kalo kaki udah kesakitan buat berdiri” Cleo sadar saat itu Haris adalah seseorang yang sangat perhatian walau ia sering jahil dan terlihat tidak pernah serius.
Kali ini Cleo masih terduduk di kursi roda, nbamun pandangannya lebih jernih dan benar adanya ia mengakui bahwa ia masihb merindukan Haris yang bisa membuatnya jatuh cinta-berkali-kali pada lelaki bertubuh jangkung itu.
“Ma, Haris di Jakarta ya?” Tanya Cleo
“Hmm, gue kurang tau C, soalnya Haris juga jarang update sosmed” ujar Rahma
“Coba deh cek sosmednya Ray, siapa tau bisa tau dimana Haris” Rahma membuka instagram milik Ray, dan ia menemukan satu photo mereka yang sedang tersenyum lebar di hari pertunangan Gita dan Aldo.
“Melbourne C” Ujar Rahma
“Melbourne?,  gue bakal terapi disana kan?” tanya Cleo bersemangat
“Iya sih, dan semoga aja rumah sakitnya dekat sama tempat mereka tinggal ya” Rahma memeluk Cleo dari belakang sambil tersenyum lebar.

Perth,Australia
Sampai di tujuan sperti yang sudah direncanakan, pada perjalanan kali ini mereka mengikuti perjalanan group tour.  Mereka segera menyebar masuk ke wilayah habitat para kangguru di lestarikan, ada kangguru albino dan juga kangguru coklat. Dimana tempat itu adalah Caversham Wildlife Park, tempat penangkaran binatang-binatang khas Australia seperti Koala, Kangguru,Wombat dan lain nya.
“Coba liat deh, lucu ya” Calista melihat koala yang sedang memankan daun Ecalypthus
“Eh lucu iya nih” Jenny menundukkan badannya bersalaman dengan sang koala yang  sedang berjalan diantara kedua kaki Jenny.
“Sayang banget gak boleh di peluk” Gerutu Calista yang memang peraturan disana adalah hanya bisa membelai  koala tersebut.
“Next kandang kangguru nih guys” Ujar Dena
Euphoria berkejaran dengan kangguru yang akan di jadikan  sasaran berfoto membuat Jenny melupakan sejenak masalah hatinya, kini ia sibuk bermain dengan para kangguru. Fadly yang melihat nya hanya bisa tersenyum, ia memperhatikan Jenny dari kejauhan sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana nya.
“Fadly, foto yuk” Ajak Jenny sambil memeluk seekor kangguru
“Iya Jen, gue ready nih” Jawab Fadly sambil menunjukkan kamera nya
“Aku ikuut” Boni menyusul Fadly, namun Boni harus menjadi fotografer untuk Fadly dan Jenny terlebih dahulu.
Jalan-jalan kali ini tidak kalah seru daripada jalan-jalan mereka di Melbourne, kanbgguru yang lincah ini mampu membuat mereka lelah dan tertawa puas karena bermain, belum lagi rasa aneh yang mereka rasakan saat melihat Tazmania devil yang ternyata sekecil tikus dengan warna hitam pekat.
Ponsel Jenny berdering beberapa kali, kali ini ia terganggu dan menjawab telepon dari Haris itu. Raut wajah Jenny tak begitu berubah, sebisa mungkin ia biasa saja di depan teman-temannya itu, hanya Fadly yang menangkap keasingan dari ekspresinya, Jenny masih kecewa.
“Hallo Ris, kenapa?” tanya Jenny
“Jen, sorry ya gue gak bisa ikut. Eh lu tau gak, disini lagi ada Cleo, dan dia udah mau ngobrol sama gue” Jenny tertunduk lesu, bukan itu yang sebenarnya ia dengar
“Oh gitu, udah dulu ya Ris, kita lagi main sama kangguru…ntar aja lu ceritanya” Jenny buru-buru menutup panggilan itu
“Jen, lo baik-baik aja kan?” Fadly menyodorkan sebungkus wafer
“Thanks ya, gue bisa baik-baik aja kok fad, oh iya gue mohon banget. Lu harus janji, jangan sampai ada yang tau tentang ini ya? Termasuk Calista dan Dena” Jenny tersenyum pahit lalu pergi menemui kedua sahabatnya itu
“Gue janji Jen” Fadly bergumam dan membatin sendiri sambil mengamati punggung kecil Jenny yang sudah berlalu
Rasa nya aneh masih saja mengharapkan cinta nya berbalas oleh gadis yang sudah menolaknya itu, berulang kali Fadly mencoba untuk tidak berharap lagi pada sosok Jenny, berulang kali juga ia masih bisa merasakan perasaan berbeda dalam benaknya. Namun hatinya ikut terasa sakitb saat melihat Jenny yang tersakiti dan menyimpan peraannya sendiri. Fadly ingin memukul Haris, namun ia juga tau bagaimana perasaan sahabatnya itu dan bagaimana Haris begitu menyayangi Cleo dari dulu dan mungkin hingga sekarang.
“Weii, ngapain ngelamun aja” Ray membuyarkan lamunan Fadly yang masih berdiri di sebelah kangguru putih
“Eh iya, gue lagi mikir nih gimana kalau kita nginep aja?” Tanya Fadly asal
“Eh boleh juga, udah sore juga nih” Ray melihat jam ditangannya
“Buruan!!!” Ajak Dena yang sedikit berteriak, karena mereka akan mengisi perut mereka yang sudah  lapar.
Di tempat makan, Jenny dan Calista berbagi makanan karena mereka sudah hafal bagaimana besarnya porsi makanan di sana. Mereka makan dengan lahap, terutama Boni yang sepertinya benar-benar merasa lapar hari itu. Selesai menyantap makanan, mereka berencana untuk pulang, karena Jenny sudah merengek ingin pulang. Entah kenapa Jenny tak ingin lama-lama di sini. Namun kali ini Chris sepertinya membuat ulah, Chris tiba-tiba membawa sebuah bucket bunga mawar besar yang sangat indah, lalu berlutut di depan Dena di bawah sinar lampu jalan malam itu.
“Dena, I really like you. I promise to be a best partner to you. And Will you Marry Me?” Chris dengan tegas melamar Dena membuat Calista menjerit kegirangan, namun Dena hanya diam dan santai.
“Chris, Chris, aku mbok yo mau pakai mahar, bukan kembang” Dengan logat Jawa nya Dena terkekeh geli melihat ekspresi Chris penuh tanda tanya
“What’s she said?” Tanya Chris pada Fadly, tapi Fadly ikut tertawa dan mengangkat kedua bahunya.
“Chris, you have to purpose for me in front of my parents” Dena mnerima bunga itu dan membantu Chris berdiri
“Yess, I will do that. Because I love you” Chris memeluk Dena
“I love you too Chris, but Your Bussines must be developed”
“I promise darling” kedua nya tersenyum sambil melihat penonton yang sibuk dengan kamera mereka.
“You must to be an actress” Gumam Dena sambil menarik Chris dari sorotan pengunjung
Chris hanya tersenyum sambil menggenggam tangan kekasihnya itu, impian Dena akan menikah dengan seorang bule sepertinya akan terwujud setelah ia menjadi wisudawati nanti, karena Chris juga harus menyelesaikan Thesis nya dan melanjutkan bisnis nya di bidang musik dan mengembangkan toko alat musik nya di Melbourne.

Melbourne
Pagi ini Jenny mencoba kembali seperti biasa, ia membuang semua rasa nya walau tak semudah itu. Hari ini ia putuskan untuk kembali menemui buku-buku yang bisa membuatnyab rileks, ia kembali menjumpai shakesphare dalam rentetan kata-kata nya, Jenny menyusuri ruangan perpustakaan di musim semi, ia berharap kali ini  musim semi yang hangat ini akan membawa kehangatan dalam hatinya juga.
Disuasana libur seperti ini, perpustakaan terasa damai dan lebih nyaman, yang ada hanya suara langkah sepatu dan lembaran buku yang di balik perlahan serta suara hisapan minuman. Jenny kembali melirik kursi yang berada di sudut jendela, tak ada Haris yang duduk menunggunya disana.
“Ih Jen, stop it” Jenny menetuk kepala nya dengan buku
“Jen, Jen? Lu kenapa?” tanya Ray
“Eh Ray? Tumben banget” Jenny tersadar bahwa ada orang yang memperhatikannya
“Lagi cari bahan buat thesis nih, lu rajin amat ke perpus mulu”
“Iya, lagi bosen aja di kamar. Jadi gue refreshing”
“Eh Jen, gue mau jemput Calista dulu ya, dan mau pinjem ini” Ray menunjukkan sebuah buku bisnis yang sudah ia temukan.
“Ok, hati-hati Ray” Jenny melambaikan tangannya dan kembali menatap kursi di sudut dekat jendela, setelah menghembuskan nafasnya beberapa kali Jenny mengalah dan memilih pulang.
Jenny menatap layar ponselnya, tertera nama Haris disana. Namun rasa nya ia enggan menjawab panggilan itu, tapi Jenny harus memastikan hatinya, ia benar-benar cemburu atau hanya kehilangan sahabat.
“Iya Ris?” Tanya Jenny
“Lu dimana? Bisa temenin gue?” Tanya Haris dari sebrang sana
“Kemana? Gue lagi di jalan balik dari perpus”
“Gue mau beli buah terus nemuin Cleo Jen, hari ini hari pertama dia terapi buat jalan. Lu bisa kan nemenin gue?” tanya Haris, hening seketika. Jenny memutar otak, ia mencoba menghembuskan nafasnya dan memastikan hatinya bahwa saat ini Haris membutuhkan nya.
“Iya, lu jemput gue didepan kampus aja” Jenny mnutup panggilannya dan menunggu Haris menjemputnya. Kali ini Jenny membuat otaknya harus berfikir bahwa ia tak pernah jatuh cinta pada Haris, ia hanya merasa kehilangan sahabatnya.
Setiba nya di Rumah Sakit, Cleo terduduk di kursi rodanya dengan senyum mengembang melihat kedatangan Haris, namun reaksinya berubah melihat sosok Jenny yang ikut mengekor di belakang Haris.
“Hai Ris, tepat banget. Ini gue udah mau masuk buat terapi, gue takut ntar gue jatuh tiba-tiba” Cleo menggenggam tangan Haris dan melirik reaksi Jenny yang ternyata mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“C, kita masuk yuk. Eh Haris sama Jenny ikut juga yuk liat terapinya” Ajak Rahma
“Oh ia” Jenny mengangguk dan mengekor lagi
“Ris, itu pacar baru kamu ya? Jutek amat” Ujar Cleo
“Eh ini Jenny, temen satu kelas gue C.” Haris menarik Jenny lebih dekat dengan Cleo
“Hai, gue Jenny” Jenny senyum seadanya agar terlihat sopan
“Cleo” Cleo hanya tersenyum sinis lalu mengangguk mengerti melihat ekspresi Jenny
“Mrs.Cleo, can we start from now?” tanya seorang dokter yang bertugas melakukan terapi Cleo
“Oh, yess sir. Iam ready” Cleo di bawaoleh dokter dan suster ke dalam ruangan yang di batasi kaca agar Haris dan yang lainnya bisa melihat dari luar
Beberapa kali Cleo harus terjatuh, ia kembali frustasi dan menangis beberapa menit dan hal itu membuat Jenny benar-benar iba melihatnya. Cleo benar-benar kesakitan saat menapakkan kakinya namun dokter berusaha sebisa mungkin agar ia tak merasa sakit, untuk kesekian kalinya ia terjatuh, terduduk dan menangis sejadi-jadinya, dengan sigap Haris masuk dan memeluk Cleo, membantunya berdiri dan kembali mendudukannya di atas kursi roda.Entah apa yang ia bicarakan pada dokter dan juga Cleo, namun sepertinya mereka membuat sebuah janji, Jenny mencoba bertahan berada disana dan kali ini ia kuat karena rasa iba nya lebih besar.
“Mkasih ya buat hari ini” Cleo menatap Haris penuh makna tak bisa Jenny artikan tatapan mereka, entah tatapan sepasang kekasih yang saling merindukan atau tatapan rasa bersalah dan rasa rindu yang memuncak.
“Ris, gue rasa kita harus balik deh. Udah mau malem juga” Ujar Rahma
“Eh iya, kalian naik apa?” tanya Haris
“Gue ama Cleo di jemput supir, lu anter Jenny gih, kasihan ia dari tadi nemenin lu dan belum ngomong apa-apa dari tadi” Rahma menatap Jenny yang menunggu Haris di pintu keluar sambil memeluk jaketnya.
“C, Ma, gue balik dulu ya. Besok hubungin aja gue kalau ada apa-apa” Haris emlambaikan tangannya dan kembali menemui Jenny.
“Hey!! Ngelamun aja” Haris mencolek kepala Jenny
“Eh? Udah? Balik yuk?” ajak Jenny
“Tumben lu diem?” tanya Haris
“Gue? Gak ah, baiasa aja” jenny tertawa hambar namun Haris tak menyadari nya
“Akhirnya Jen, Cleo mau nerima gue lagi” Gumam Haris
“Lu balikan?” Jenny memutar bola mata nya dan menatap langsung Haris
“Eh? Bukan kok bukan itu maksud gue, nerima buat ngobrol sama maafin gue” Haris mencoba mencairkan suasana yang tegang barusan
“Mau kopi?” tanya Haris
“Gak, pahit”
“duh jutek amat”
“Balik yuk”
Haris hanya menggaruk kepalanya, ia bingung dengan sikap Jenny yang tiba-tiba aneh itu. Namun Haris tetap mengantar Jenny pulang malam itu, dan tak ada percakapan apapun sampai akhirnya mereka berpisah di lobby apartement Jenny.
“Gue balik, makasih ya Jen. Lu emang temen yang baik deh” Ucap Haris
“Bye..” Jenny segera naik ke atas dan tak menghiraukan Haris yang melambaikan tangan padanya
“Kenapa ya?” Haris membatin dalam keadaan linglung.

Melbourne
Sudah tiga hari berturut-turut Haris menemani Cleo terapi, seusai ia melakukan penelitiannya Haris langsung menemui Cleo di ruang terapinya. Jenny juga sibuk melakukan penelitiannya di Rumah Sakit yang sama, itu membuat konsentrasinya kadang terganggu. Walau ia memilih jurusan untuk bagian konsultan keuangan, kini sepertinya fokusnya lebih ke konsultan Haris sebelum menemui Cleo, bunga atau buah apa yang harus ia bawa sampai melihat kemeja nya yang sudah rapi atau belum.
Kini Jenny sedang fokus dengan laporannya dan analisa keuangan yang sedang ia lakukan, di meja tempat ia mengetik sekarang ini ia sendirian tanpa diganggu siapapun, beginilah cara Jenny mendapatkan konsentrasi saat ia harus bermanja dengan angka-angka kesayangannya. Saat ia mulai menghitung data yang kesekian kali nya tanpa ia sadari Haris menarik tangannya dan Jenny yang kaget terpaksa ikut berlari mengikuti Haris, Jenny kebingungan melihat Haris yang sangat bersemangat menariknya itu, seolah ia ingin menunjukkan suatu hal besar yang akan membuat Jenny takjub.
“Jen, liat itu liat”Haris mengguncang tubuh Jenny yang terdiam
“Are You Kidding Me?” Jenny memasang wajah kesalnya
“Kenapa Jen, itu sebuah keajaiban kan? “ Haris menunjuk Cleo yang sedang terapi dan kali ini ia bisa berjalan agak jauh dari pada terapinya yang kemarin
“Gue ninggalin penelitian gue Cuma karna lu tarik kesini buat liat cewek yang bisa jalan bahkan mungkin Cuma  dua meter jauhnya. Lu gila Ris, gue masih punya banyak kerjaan” Jenny berbalik kesal
“Jen, gue kira lu..”
“Gue gak sebaik itu Ris, sorry banget. Lu udah salah nilai gue” Jenny melepaskan genggaman Haris yang kini hanya terdiam dengan pikirannya.
Rahma yang melihat keadaan mereka segera menghampiri Haris yang hanya bisa bungkam melihat Jenny yang menjauh dari nya. Rahma menepuk pundak Haris membuat lelaki tinggi itu tersadar dan segera masuk untuk menemui Cleo yang baru selesai terapi.
Kali ini adalah semester akhir yang berbeda, Dena, Calista dan Jenny sibuk menulis Thesis masing-masing sampai mereka lupa berbagi cerita atau sekedar bergurau. Jenny yang sibuk merngarungi perpustakaan dan tak ingin berpapasan dengan Haris di rumah sakit membuat semuanya terlihat baik-baik saja, seolah mereka adalah orang yang super sibuk untuk saat ini.
Fadly kali ini menyempatkan diri untuk mengajak Jenny hanya sekedar makan siang, ia berusaha membuat Jenny nyaman dengan situasi yang ada disana. Karena sudah hampir dua minggu ia tak memberi kabar sama sekali.
“Hai Jen, jadi gimana penelitian nya?” tanya Fadly yang menemui Jenny di ruangan nya
“Baik-baik aja, Cuma emang agak terlalu fokus sih”
“Yaudah , daripada fokus mulu mending makan gih bareng gue” ajak Fadly
“Ok, kali ini kayaknya otak gue butuh asupan gizi yang baik selain buah dan roti” Ucap Jenny sambil menutup laptop miliknya.
Di perjalanan keluar dari Rumah Sakit mereka berpapasan dengan Haris yang sibuk bertanya dengan salah seorang Manager di Rumah Sakit tersebut. Fadly melihat Jeny sekilas namun yang tampak hanya ekspresi dingin dan tak ambil perhatian untuk Haris. Jenny mulai membuka buku bacaannya dan ingin menjauh, nbamun Fadly langsung mengikuti insting nya untuk menyapa dan mengajak Haris mengobrol.
“Hai Ris, gimana? Udah kelar?”
“Udah nih, abis wawancara dikit, eh kalian mau kemana?” tanya Haris
“Kita mau makan, ikut yuk?” ajak Fadly
“Gue mau ke..”
“Udah lah Fad, dia sibuk banget kayaknya. Kita aja yang makan” Jenny memutus kalimat Haris yang kini bungkam dan melihat Jenny penuh tanya
“Hi..hei kalian ada masalah?” tanya Fadly
“Gak!!!” Jawab Jenny yang langsung meninggalkan kedua cowok itu.
Fadly yang bingung langsung menepuk pundak Haris lalu berpamitan untuk mengejar Jenny, sepertinya ia paham apa yang terjadi diantara mereka berdua. Haris hanya terdiam dan kali ini ia benar-benar belum mengerti Jenny, tadinya Haris ingin menceritakan kemajuan Cleo yang sudah bisa terapi dua kali seminggu, karena sudah bisa terapi di rumah sendiri.
“Jen, tunggu dong. Kita kan mau makan siang bareng” Fadly mengimbangi langkah Jenny
“Buruan gih, gue udah laper banget” Jenny mengalihkan pandangannya dan berjalan ke tempat makan terdekat
“Jen, lu lagi berantem ya sama Haris?” tanya Fadly
“Gak, gue… udahlah Fad, gue mau fokus cepet-cepet selesain thesis gue” Jenny mengubah pembicaraan dan mulai memesan makanan
Fadly hanya bisa diam terpaku melihat gadis mungil ini yang sedang kesal, namun Fadly mengerti sekarang, Jenny kehilangan Haris yang mampu membuatnya jatuh cinta. Kadang memang cinta itu membingungkan..

Melbourne
Rahma memutar sebuah lagu di kamarnya ia mencoba membuat dirinya rileks karena ia mungkin sedang lelah saat ini, kini ia dan Cleo berada dalam satu kamar. Bungkam dengan seribu bahasa, Rahma ingin menjelaskan tentang sikap Haris kepada Cleo, namun ia takut Cleo akan kecewa. Saat ini Cleo mengharapkan Haris kembali padanya, namun Rahma tak melihat situasi itu akan berjalan lancar.
“Ma, gue bosen nih. Kan udah satu bulanan kita disini, terus gue udah bisa lah jalan dikit-dikit tapi kita belum jalan-jalan.” Gerutu Cleo
“Yaudah besok kan lu gak terapi, gimana kalau kita jalan?” ajak Rahma
“Gue mau jalan sama Haris juga” Ujar Cleo
“C, Haris lagi sibuk thesis. Kita aja lah yang jalan”
“Tapi ma, gue jamin Haris bakalan mau deh” Cleo berdiri dari duduknya dan pergi ke kamarnya.
Situasi berbeda sedang dihadapi Calista yang masih bingung menggarap thesisnya, kebetulan ia, Dena dan Boni berada dalam satu penelitian seperti Haris dan Jenny, namun Calista tetap melakukan penelitian untuk datanya sendiri.
“Jen, lu dapet materi juga gak dari Haris? Gue bingung mau minta materi sama Boni”
“Gak, gue udah ambil bagian sendiri” Sahut Jenny ketus
“Ketus amat neng, kenapa nih?” Lirik Dena sambil melepas kacamata nya
“Sorry,Sorry gue lagi kesel aja”
“Duh gue bingung!!!” Gerutu Calista
“Udah ta, yang mau lu ambil liat dulu di data gue deh, siapa tau ada” Ujar Dena
Calista hanya manggut-manggut tak mengerti sebenarnya ia pusing karena data atau sepertinya ia butuh refreshing karena sebulanan penuh ini mereka harus berkutat dengan materi, buku dan laptop.
Kini akhir semester sudah di depan mata, masing-masing punya problem dalam thesis atau kehidupan mereka. Haris masih sempat menemui Cleo walau seharusnya saat ini ia harus menemui pembimbingnya. Hal itu membuat Jenny kesal dengabn Haris yang sekarang, semua serba Cleo, ini bukan rasa cemburu, namun Jenny ingin Haris fokus pada thesisnya yang akan menjadi penunjangnya untuk wisuda S2.
 Sudah memasuki bulan kedua, seperti mahasiswa lainnya Jenny harus menemui profesor yang membimbingnya untuk berkonsultasi masalah isi thesis yang sudah ia buat. Sambil memeluk printout hasil penelitiannya untuk bab 1 san bab 2, Jenny merogoh sakunya dan mencoba menghubungi Haris yang kebetulan satu pembimbing dengannya.
“Ris, lu dimana? Lu tau kan jam dua ini kita harus konsul sama Prof.Dann?” tanya Jenny
“Duh Jen, bentar ya, gue lagi nemenin Cleo jalan-jalan nih” terdengar suara gadis berbisik di sebrang sana
“Ris, satu jam lagi gue mau nemuin prof.Dann, kalau lu masih mau ikut gue tunggu sampe jam dua” Jenny menutup teleponnya dan lagi-lagi ia sangat kesal.
Hampir satu jam berlalu, Jenny berada di depan ruangan dosen, ia masih memeluk printout thesis nya dan menunggu Haris disana. Berulang kali ia maju-mundur cantik seolah ragu untuk masuk ke ruangan.
“Oke, gue temen yang baik. Gue tunggu lima menit lagi” Gerutu Jenny. Namun tak ada tanda-tanda Haris akan datang, Jenny mencoba menghubungi Haris namun hanya Voice note yang menjawab nya.
“Oke, gue masuk” Kali ini Jenny sudah mengulur waktu sepuluhmenit dan ia benar-benar meninggalkan Haris…
Minggu demi minggu Haris tak bisa menghubungi Jenny, Jenny juga sudah jarang mengambil materi ke rumah sakit masalah konsultasi keuangan. Kali ini Haris harus mengantar Cleo ke bandara, dan ia merasa bersalah kepada Jenny yang sudah ia abaikan beberapa bulan ini.
“Ris, jangan lupa hubungin gue ya?” Ujar Cleo
“Iya C, baik-baik disana ya?”
Cleo memeluk Haris saat di umumkan pesawat tujuan Jakarta akan berangkat, tak lupa Cleo emmbisikkan sesuatu yang membuat Haris tertegun dan kali ini jantungnya tak bereaksi apa-apa.
“I love you Ris, gue kangen kita yang dulu” Cleo tersenyum lalu berlari kecil bersama Rahma
“Cleo? “ Gumam Haris yang kini tertegun karena tak ada detak jantung yang sangat berbeda.

Melbourne
Haris menyusuri koridor perpustakaan pagi itu, ia berjalan pelan mengikuti langkah kaki seorang gadis disisi rak buku lainnya. Mereka menyusuri lorong perpustakaan yang sepi kali ini, Jantung haris berdegup menyadari sesuatu yang ia ikuti.. di ujung lorong, Haris melangkah mendekati Jenny yang sontak kaget karena Haris sudah berada di depannya. Mungkin adegan menyusuri lorong di perpustakaan tadi membuat Haris geli emmbayangkan seperti mereka sedang membuat sebuah mellodrama di stasiun tv swasta.
“Hai Jen” sapa Haris
Namun tak ada jawaban untuk Haris, hanya tatapan kosong dan penuh tanya yangb ia dapat, mungkin benar adanya ia melakukan sebuah kesalahan kepada Jenny. Jenny ingin melangkah pergi namun pergelangan tangannya tertahan oleh lelaki bertubuh kekar di depannya itu.
“Jen, sorry. Kemarin gue emang salah banget. Gue Cuma ngerasa harus bertanggung jawab sama Cleo”
“Terus? Lu udah tanggung jawab? Nikahin aja sekalian” Jawab Jenny ketus
“Bu…bukan tanggung jawab itu Jen, gue gak mau dia gak sembuh , karena gue masih ngerasa bersalah”
“So? Urusan gue? That’s not important to me” Jenny meninggalkan Haris yang terdiam di belakang nya.
Haris hanya bisa melihat tubuh mungil Jenny yang berjalan menjauhi dirinya, ia sadar yang ia lakukan mungkin kesalahan fatal, yang membuatnya kehilangan…


Jakarta
Seorang wanita cantik berbalut gaun pengantin kini tersenyum lebar melihat sahabatnya yang datang ke acara sakralnya hari itu, Dena sangat cantik dengan gaunnya dan diimbangi dengan Chris yang mungkin bertambah kegantengannya karena ia seorang bule dikerumunan Ras Indonesia.
“Dena, akhirnya you’ve got your bule here” Ucap Calista sambil memeluk Dena
“Ih, kanget deh sama kalian, udah hampir tiga bulan sejak kelulusan kita gak ketemu” Ujar Dena
“And Iam still be a jobseeker” Gerutu Jenny yang masih berpindah-pindah perusahaan setelah dua bulan mendapatkan pekerjaan.
“Sabar honey, gue juga bakal cari kerja kok. Gue gak mau uring-uringan di rumah ditinggalin Chris kerja” ujar Dena
“Atau, jangan-jangan lu bakalan merid Jen? Kan kita lulusan s2, cantik-cantik pula” Calista memainkan rambutnya
“Tunggu gue nabung buat beli rumah ya honey” Ray tiba-tiba muncul sambil memberikan pelukan hangat sesama temannya pada Dena dan Chris
“uuuh, so sweet. Eh gimana kabar Haris?” tanya Dena yang membuat Jenny mengingat sampai saat ini tak ada komunikasi antara ia dan Haris. Saat kelulusan pun mereka tak bicara satu sama lain, Haris memilih bungkam dan lari dari Jenny. Hanya saja mereka sempat berfoto bersama saat memakai toga dengan yang lainnya.
“Lagi subuk banget sama kerjaan nya” Fadly menambahkan sambil tersenyum dan menggandeng seorang gadis yang sepertinya Jenny kenal
“Rahma?” tanya Jenny
“Hai Jen, apa kabar?” sapa Rahma
“Baik, Cleo apa kabar?”
“Oh, dia mungkin beberapa bulan lagi bakalan nikah Jen”
“Haris ? sama Cleo?” tanya Jenny sontak yang lain ikut kaget dengan pertanyaan Jenny
“Ehh, santai dulu Jen, bukan sama Haris kok. Tapi sama rekan kerja nya di Galeri, pengusaha lukisan juga yang gak sengaja ketemu waktu mau balik ke jakarta. Awalnya Cuma kenalan biasa, tapi dia sering main ke Galery dan Cleo sadar, dia Cuma butuh sahabat kayak Haris, bukan pacar.” Rahma tersenyum menjelaskan semua nya ke Jenny.
“Duh, jangan galau dulu ya Jenn sayang. Gue mau nikahan dulu” Ujar Dena
“Gak kok, gue mau coba hubungin Haris dulu, gue harus minta maaf sama dia” Jenny mencoba mengetikkan sebuah nomor, namun sudah tidak aktif.
Setelah mengetahui semua kejadian yang mungkin adalah kesalah pahaman antara Jenny dan Haris, kini Jenny bingung harus bagaimana. Namun ia ingin jujur pada Haris tentang perasaannya. Ponsel Jenny berdering, segera ia mengangkatnya barangkali ia berfikir bahwa Haris akan menelponnya.
“Hallo, dengan ibu Jenny Karenianisa?” sapa seorang gadis
“Iya saya sendiri, ini dari mana ya?” Jenny emndapatkan panggilan interview kerja di sebuah perusahaan yang emmbuatnya begitu bersemangat, namun ia masih mengharapkabn Haris menghubunginya kali itu.
Jenny merebahkan tubuhnya, ia merasa sepertinya ia harus menemui Haris di rumahnya. Tapi Jenny terlalu takut untuk bertemu langsung seperti ini, Jenny urungkan niatnya untuk berkunjung ke rumah Haris. Ia harus mempersiapkan diri untuk mengikuti interviewnya terlebih dahulu.

Jakarta
Jakarta hujan, kali ini Jenny berlari kecil menuju ruangan interview yang telah di beritahukan oleh seorang recepsionist. Jenny memakai rok hitam selutut dengan Blezer hitam dan kemeja biru tua di dalamnya, ia sangatb siap untuk mendapatkan pekerjaan baru. Saat memasuki ruangan ia sangat gugup dan mulai menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan padanya tentang konsultan keuangan dan tebntang perusahaan tersebut.
“Ahh, capek gue” Gerutunya setelah keluar dari ruangan itu
“Mbak, kantinnya dimana ya?” tanya Jenny pada sang recepsionist
“Dari sini belok kanan aja mbak, disana ada kantin dan perpustakaan”
“Oh iya, makasih mbak” Ujar Jenny lalu mengikuti petunjuk dan benar ia menemukan sebuah kantin yang tak jauh dari perpustakaan perusahaan.
Setelah memesan sebuah Caramel Machiatto, Jenny mencoba untuk memasuki perpustakaan dan mulai mengingat perpustakaan Melbourne, ia melirik kursi di sudut dekat jendela lalu ia menyeringai geli.  Ia mengamati buku yang tertata rapi di rak buku tepat disebelahnya,  di ambilnya sebuah buku karya rick riordan yang sering ia baca. Mengingatkannya pada Haris yang pernah ia suguhi salah satu karya Rick Riordan, namun tak seantusias dirinya, Haris lebih menyukai Cassandra Clare. Saat Jenny mengambil sebuah buku, ia dapat melihat sosok lelaki bertubuh tegap dengan balutan jas dan ia mulai mengikuti langkah kaki itu melewati lorong perpustakaan dan ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Semakin cepat ia berjalan, semakin tak kalah cepat detak jantungnya berdegup. Kini ia sampai diujung lorong bersama sesosok lelaki tampan yang sudah ia kenal selama ini, lelaki yang ingin ia temui kemarin. Lelaki yang membuatnya jatuh cinta dan tersenyum sampai menangis karena ulahnya.
Haris berdiri didepnnya berbalut jas dan celana Hitam, layaknya seorang General Manager yang tertulis di dalam Name Tag nya. Ia tahu, ia akan bertemu Haris, ia mengingat bentuk perpustakaan ini, dimana ia dipanggil kurcaci, persis seperti Melbourne yang membuat mereka jatuh cinta.
“Gue mau…” Keduanya bicara serentak hingga terdiam bersama, akhirnya Haris membuka pembicaraan.
“Gue mau minta maaf Jen, gue salah, gu pikir lu udah gak mau lagi nemuin gue. Jadi saat lu masukin lamaran disini dan gue yakin lu adalah pekerja yang bisa diandalkan , gue gunain kesempatan ini buat ketemu lu”
“Bego!! Kenapa lu ganti nomor handphone?” Gerutu Jenny
“ Eh??”
“Gue terus-terusan ngehubungin lu, tapi gak ada jawaban. Gue kira lu udah ninggalin gue terus kawin sama Cleo” Kali ini pipi Jenny terasa hangat dan dibasahi oleh air mata nya.
“Jen, sorry gue ngilangin handphone gue waktu balik ke Jakarta. Dan gue sadar, gue emang bego kalo masalah cewek, gue gak mau Cleo sakit di Melbourne, dan ternyata gue nyakitin cewek yang udah buat gue jatuh cinta” Hris memeluk Jenny membuarkan air mata Jenny membasahi pundaknya.
“Kok bisa gue jatuh cinta sama cowok jahat kayak lu” Gerutu Jenny
“Apa?!?!?? Gak salah denger nih?” Haris melepaskan pelukannya dan tersenyum jahil pada Jenny…..
Keduanya hanya tertawa dan bertatap dengan tatapan penuh isyarat, seorang kurcaci cantik yang menemukan pangeran bodoh nya kini akan hidup bersama, karena pangeran bodohnya itu akan segera melamarnya secepatnya~~~~


THE END

Maaf kalau ada kisah yang sama atau kesamaan nama, ini cuma khayalan belaka. :) thanks for reading :)

Sabtu, 23 April 2016

Kurcaci cantik Milik Indonesia part 11

Kurcaci cantik Milik Indonesia part 11
By, Ema Widiya

Melbourne
Semester 2
Dena mengetukkan jarinya di atas meja makan, sambil memainkan ponselnya ia senyum-senyum sendiri. Jenny dan Calista menatapnya bergantian, mereka bingung apa yang terjadi dengan sahabat mereka yang satu ini. Setiap akhir pekan Dena juga sering jalan-jalan keluar dan dugaan mereka tentu saja Dena pergi dengan Chris.
“Jen, Ta, gue mau jalan-jalan buat liburan mid semester ini” Ujar Dena
“Kemana? Ikut dong” Rengek Calista
“gue jalan-jalannya bareng Chis, tiga hari berturut-turut kita mau keliling Melbourne” Ucap Dena
“Ya elah , nih anak pacaran mulu” Sambar Jenny
“Ya lumayan, liburan mid semester Cuma satu minggu kan biar bisa kita lebih dekat” Dena melambaikan tangannya lalu masuk ke kamarnya.
“Lu ta? Gak jalan sama Ray?” tanya Jenny
“Mau jalan sih hehe, kita mau nonton Jen. Lu mau ikut ?” tanya Calista
“Gak, makasih” Ucap Jenny jutek, ia pun pergi meninggalkan Calista sendiri di meja makan
“Udah diajak malah nolak” Gumam Calista
“Gue gak mau jadi obat nyamuk lu” Jenny cepat-cepat menjawab Calista
“Eh? Masih nongol aja nih anak” Ujar Calista yang kembali sibuk dengan ponselnya.
Jenny mengambil beberapa buku yang belum selesai ia baca, beberapa ada novel, buku ensiklopedia dan juga ada beberapa buku materi perkuliahan untuk membantunya mencari judul thesis. Selama ia sedang tidak bosan menulis beberapa kerangka untuk bahan thesis nya ia belum mau menyentuh novel yang bisa membuatnya melupakan thesisnya. Jenny mulai mengamati buku petunjuk pembuatan thesis miliknya  dan mulai mencoret-coret kertas yang sudah ia siapkan, sampai akhirnya ia tertidur pulas…
Dena telah bersiap siap dengan style nya yang santai, ia akan mengunjungi beberapa tempat di melbourne siang ini bersama Chris.
“Gue pulang sore kok, tenang aja” Ujar Dena
“Lho, gue juga mau jalannya hari ini” Gumam Calista
“Where are you going?” Tanya Hye Mi
“Imaxx” Jawab Calista
“I want to date” Ucap Dena sambil menyeringai geli
“I want to sleep” Jenny yang sudah menyantap makan siang nya langsung masuk ke kamarnya
“Have fun guys” Ucap Hye Mi sambil mengunyah makanannya
“Okay” Jawab Dena dan Calista serentak
Dena dan Calista pergi dengan kegiatan masing-masing, Hye Mi dan May berencana menonton film di laptop mereka. Jenny yang sedang serius menggarap kerangka thesisnya sedang tidak mau diganggu. Sampai akhirnya ia lelah sendiri, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi sudah bergetar.
“Free?” tanya sebuah suara
“Ya, free sih” jawab Jenny
“Sore ini mau ikut gue ama Boni latihan basket?” tanya Haris
“Boleh juga” Ujar Jenny setuju.
“Ok, gue tunggu di kampus ya, kita main basket asik-asikan aja” Haris menutup telpon nya
Jenny bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke kampus untuk menemui Haris dan Boni yang sedang berlatih basket disana, rambutnya ia ikat ekor kuda. Jenny segera memasang sepatu running nya dan  mengunci pintu lalu pergi berlalu. Di lapangan basket sudah ada Boni, Haris dan beberapa mahasiswa lainnya yang sedang sibuk di sekeliling lapangan untuk sekedar bermain basket secara iseng dan ada juga yang berlatin dengan serius.
“Jen, disini” Ujar Boni sambil melambaikan tangannya
“iya Bon” Jenny berlari kecil mendekati Boni dan Haris
“mau ikut main Jen?” tanya Boni
“Iya nih, bosen gak ada kerjaan”
“Kita main iseng-iseng aja ya Jen” Ujar Haris sambil tersenyum geli
“Ya iya lah, kalo serius juga gue pasti kalah”
“Mau serius atau iseng lu pasti kalah lah” Haris menepuk pundak Boni sambil mengedipkan mata
“wah, ada maksud apaan nih? Mau ngerjain gue ya?” Jenny menunjuk Boni dan Haris secara bergantian.
“Wah, aku ndak ikut-ikut lho” Boni mengangkat kedua tangannya
“Udah yuk buruan main” Haris melemparkan bolas basket tersebut ke arah Boni.
Jenny , Haris dan Boni bermain basket namun seperti dugaan Jenny, kini ia kewalahan mengambil bola yang dioper sana sini oleh Haris dan Boni. Sampai akhirnya ia berhenti dan terduduk di tengah lapangan sambil mendengus kesal.
“Lu bedua pendek dikit kenapa? Sudah kan ngerebut bola nya” Ucap Jenny sambil mengatur nafasnya
“Kecapekan lu?” Goda Haris
“Apaan sih, kalian itu curang tau” Jenny meluruskan kakinya dengan nafas yang tersengal
“Aaah, lumayan juga main sama nih anak Bon” Ucap Haris sambil duduk disebelah Jenny
“Kasihan tuh ris, aku beli minum dulu ya” Boni melenggang pergi untuk membeli minum
“Nih” Haris memberikan sebuah handuk kecil ke Jenny
“Eh? Iya , makasih Ris. Gue lupa bawa handuk” Jenny tertunduk smbil tersenyum
“Tapi itu bekas gue…” Haris tertawa lalu berlari disusul oleh Jenny sambil melemparkan handuk yang sudah ia pakai tadi
“gilak lu, jahat banget bris. Sini lu” Jenny dan Haris masih bermain kejar-kejaran di area lapangan sampai akhirnya Haris menyerah kewalahan.
Libur satu pekan ini sudah berjalan hingga akhir liburan habis, Jenny, Dena, Calista, Haris, Boni,Fadly dan Ray kini kembali disibukkan oleh perkuliahan mereka. Di waktu senggang mereka akan menceritakan pengalaman liburan mereka, terutama Dena yang sibuk menceritakan bagaimana Chris begitu romantis saat mereka jalan-jalan di taman Botanic. Dena menjelaskan betapa menariknya sebuah perpustakaan yang ia kunjungi bersama Chris beberapa hari yang lalu. Sampai akhirnya Dena menceritakan bahwa Chris akan mengajaknya makan malam di akhir semester ini yang berarti Chris mungkin akan serius dengannya.
“Jadi lu mau?” tanya Jenny
“Gue belum jawab, gue bilang wait until this semester end” Dena mendongakkan kepalanya seakan sombong
“Wah gantung nih” Ujar Ray
“Kayak Calista dong, gak gantungin gue lagi” tambahnya
“Ih, kok jadi bawa-bawa gue sih?” tanya Calista
“Jadi, kalian udah..?”
“Udah udah, yuk makan dulu. Gue laper” sambar Haris
“Ih anak satu ini gak bisa banget denger kabar bahagia orang” Ujar Ray manyun…
Setelah menyelesaikan makan siang, mereka kembali berjalan bersama untuk pulang. Fadly memisahkan dirinya dari rombongan, akhir-akhir ini Fadly sering sekali pergi entah kemana tanpa spengetahuan Haris dan yang lainnya.. tapi mereka yakin, Fadly tak mungkin melakukan hal-hal buruk.


Jakarta
Sebuah album foto tergeletak rapi, foto Haris senyumannya yang membuat nyaman orang yang memandang foto tersebut. Sebuah foto terbingkai rapi di sudut kamar bercat Ungu muda, sepasang mata nya mengarah melihat Haris penuh tawa. Haris dan Cleo yang tampak bahagia saat itu kini masih terbingkai rapi di sudut dinding.
Sebuah jemari mencoba menggapai foto tersebut, dengan lembut diusapnya foto itu. Cleo merindukan Haris, Haris yang selalu ingin membuatnya tersenyum bahagia. Ia memandangi wajah Haris yang tertawa bahagia saat merangkulnya di lapangan basket, Haris begitu antusias saat melakukan Three point dan langsung mengguncang badan Cleo seakan ia ingin menunjukkan keberhasilannya itu.
“Ris, gue.. gue kangen lu Ris” Gumamnya
Rahma yang diam-diam ada di belakang Cleo, kini hanya bisa tertegun melihat sahabatnya itu. Ia tau, Cleo sangat merindukan Haris, tapi ia juga menolak untuk bertemu Haris dengan gampangnya. Ia ingin membuat Haris menyesal, tapi ia terlalu jauh berbuat. Ia benar-benar melepaskan Haris, tapi hatinya tetap merindukan Haris untuk ada disampingnya.
Diam-diam Rahma keluar dari kamar itu dan menitikkan air mata nya, ia ingin sekali melihat Haris dan Cleo bersama. Tapi, apakah bisa? Rahma hanya bisa membatin berdoa agar Cleo kembali menghubungi Haris seperti dahulu.
“Rahma, lu kenapa gak?.. lu liat gue nangis ya?” tanya Cleo
“Sorry C, Gue gak sengaja tadi.” Ucap Rahma
“Gak apa-apa kok, eh iya kenapa?” tanya Cleo
“Ini, kata mama lu. Kemarin dokter udah nganjurin lu terapi buat bisa jalan, tapi setelah bisa jalan nanti, lu gak boleh nari atau jalan terlalu jauh” Ujar Rahma
“Mama emang selalu ngeusahain biar gue bisa jalan, tapi mama gak pernah memperhatiin gue.  Sampai-sampai, lu yang diajakin mama buat tinggal disini dan ngejaga gue. Makasih banyak ya Ma” Cleo merentangkan tangannya dan memeluk Rahma
“Sama-sama C, gue gak masalah kok harus ngerawat sahabat gue dari SMP ini” Ucap Rahma
“Eh, ngomong-ngomong dokternya siapa? Rumah Sakit mana dan jadwalnya mulai kapan?” tanya Cleo
“Ehm, tulisannya sih di salah satu Rumah Sakit Melbourne, mulai nya bulan depan pas banget pertengahan bulan C” Rahma membaca tulisan dokter
“Terus rujukannya mana?” tanya Cleo
“Eh iya, bisa diambil tiga hari sebelum berangkat” Ucap Rahma
“Gue bakalan bisa jalan” Gumam Cleo sembari tersenyum
Cleo begitu bersemangat ingin segera menemui dokter yang akan melakukan terapi untuknya, kali ini ia akan bisa berjalan. Dan ia bertekad, jika ia bisa berjalan. Maka ia akan kembali menghubungi Haris.

Melbourne
Haris menggaruk kepalanya sambil membaca beberapa materi yang baru saja ia catat di kampus, satu bulan lagi mereka akan mengikuti ujian akhir semester dua. Boni sibuk melatih essay bahasa inggrisnya agar ia tak mendapat kelas tambahan disaat teman-temannya sibuk menggarap thesis mereka.
Jenny menyusuri perpustakaan seperti biasanya, ia mencari sosok Haris yang biasanya duduk di sudut ruangan perpustakaan. Selagi mata nya mencari, Haris sudah mengagetkannya yang muncul tiba-tiba di hadapannya.
“Cari apa Jen?”
“Cari. Ehm itu buku” Jenny langsung mengambil sembarang buku, ia tak tahu buku apa yang ia ambil. Haris mengikutinya duduk di suduy ruangan.
“How to planting of Rose, mau coba tanam bunga mawar Jen?” Haris mengamati buku yang Jenny pegang
“Eh? Mawar?” tanya Jenny
“Itu buku yang lu pegang?”
“Eh, nggak, ini gue baca-baca doang” Jenny menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Haris tak lupa membawakan dua cangkir minuman seperti biasa, akhir-akhir ini ia dan Jenny suka menghabiskan waktu di perpustakaan entah untuk belajar atau hanya sekedar bertemu dan ngobrol santai karena perpustakaan adalah tempat yang nyaman bagi mereka. Jenny yang sudah terbiasa berbincang dengan Haris yang “asli” mulai merasa nyaman dan membuatnya tak berhenti tersenyum setiap melihat atau mendengar nama Haris.
“Jen, minggu depan udah ujian kan?” tanya Haris
“Iya, ujian akhir terus ambil berkas buat Thesis, kenapa ris?”
“Selesai ujian ntar jalan yuk ke perth?”
“Serius Ris?”
“Iya, mau ajak anak-anak yang lain atau berdua aja?”
“maksud lu? Terserah sih” Kedua pipi Jenny terasa hangat seakan Haris mengajaknya kencan saat ini.
“Yaudah ntar liat keadaan dulu ya Jen?”
“Eh ajak aja yang lain juga Ris, biar seru” entah kenapa Jenny merasa canggung dan takut salah tingkah jika kali ini hanya berdua dengan Haris
Haris mengangguk lalu kembali membaca buku nya, kali ini Jenny benar-benar kehilangan fokus karena Haris terus berada di dekatnya. Haris adalah orang yang sangat bak dan pengertian menurut Jenny, sikap cuek namun perhatiannya membuat Jenny mungkin saat ini adalah “Jatuh Cinta”. ---
Calista membolak balikkan buku catatannya, ia mulai sibuk belajar di temani Ray yang pasti akan iseng mengganggunya. Namun Calista senang-senang saja jika Ray selalu menemaninya seperti ini, ya hitung-hitung sebagai penghapus rasa bosan dan jenuhnya setelah belajar siang ini seharian.
“Ta, boring nih, jalan yuk?” ajak Ray
“No!! besok itu ujian akhir semester Ray. Kamu belajar gih”
“Iya ntar malem deh gue belajar” Ray memainkan rubik yang menemaninya seharian ini
“Belajar sekarang aja Ray” ajak Calista
“Duh ta males, ngantuk” Ray tersenyum sambil menopang dagu di depn Calista
“Ih kan, gue kalah deh kalau lu sok imut gini” Calista mencubit kedua pipi kekasihnya itu
Ray yang terkenal playboy itu pun sebenarnya bukan lah seorang playboy, dia mungkin hanya orang yang mudah akrab dengan banyak orang, sehingga kebanyakan wanita mungkin akan baper dengan perhatian dari Ray.
Ujian akhir semester sudah dimulai, sesuai janjinya, Haris mengajak teman-temannya untuk travelling ke Perth sebagai bayaran refreshing mereka, dan kali ini Dena juga bersedia ikut ditemani Chris yang sudah menempel padanya.
“Oke, Besok lusa kita siap-siap ya buat jalan-jalan liat kangguru?” ajak Haris
“Waah gak sabar gue” Ucap Fadly menggosok kedua tangannya
“Kali ini perjalanan nya agak jauh” Dena menyikut kedua temannya itu yang tersenyum kegirangan
“Tapi sebelum itu gue izin ya pagi nya mau ngajuin surat permohonan penelitian gue” Haris menggaruk kepalanya rasanya ia tidak enak hati
“Santai ris, kita izinin kok. Apa perlu gue temenin?” Tanya Ray
“Gak deh, makasih banget hahaha”
Sontak mereka tertawa puas walau hasil ujian belum keluar, mereka ingin membuat otak mereka tidak memikirkan hal-hal menyangkut ujian dan liburan sebelum penelitian untuk Thesis mereka dimulai.
Melbourne
Hari yang ditunggu sudah tiba, mereka sudah berada di stasiun untuk menaiki bis yang menuju Australia. Jenny sudah tak sabar bertemu dengan kawanan Kangguru yang tentunya ia tak sabar membuat sebuah galeri foto dengan Haris yang mungkin sudah bisa meluluhkan hatinya.
“udah kumpul semua nih?” tanya Ray sambil menggandeng pacarnya
“Ih apaan sih main gandeng aja” Ujar Calista manyun
“Hahaha udah udah yuk kita masuk ke dalem bis” Ajak Dena
“Eh bentar Den” Fadly memeriksa ponselnya yang berdering dari tadi
“Ray, Haris mana?” tanya Jenny
“Gak tau, tadi sih katanya mau nganterin Surat izin penelitian ke RS gitu” Ujar ray sambil mengangkat kedua bahunya
“Guys, sorry banget Haris kayknya gak ikut” Fadly sedikit ragu untuk meneruskan kalimatnya
“Kenapa Fad?” tanya Jenny heran
“Itu.. Anu.. Jen si Haris masih di RS”
“Oh, masih ada urusan? Suruh nyusul aja” Ujar Calista
“atau gak gue tunggu Haris aja, kalian duluan deh” Jenny meyakinkan
“Whats wrong?” tanya Chris
“Haris to be late” Ucap Dena
“Oh my god, where is he?”
“At Hospital, and maybe he’s have many jobs” Dena mengangkat kedua bahunya
“Jen bukan masalahnya beda, ehm.. Haris tadi di sana.. di..”
“Apa ? Haris kenapa Fad?” Jenny mulai panik
“Haris ketemu Cleo dan kayaknya Cleo ngajak Haris bicara” Fadly tak tega melihat raut wajah Jenny
Jenny yang menyadari situasi saat ini bahwa ia menjadi pusat perhatian teman-temannya dengan wajah khawatir sontak ia mengubah ekspresi di raut wajahnya. Ia tersenyum namun senyuman pahit yang ia paksakan.
“Are you okay?” tanya Dena
“Yes, iam. Yuk cabut” Ajak Jenny menggandeng tangan kedua temannya, kini ia duduk bersama Boni yang sibuk melihat jalanan.
Jenny menyandarkan kepalanya ke jendela bis yang ada d sebelah kanan nya, Boni sibuk menunjuk beberapa tempat yang mereka lewati. Namun Jenny tak menghiraukannya, kini ia fokus pada perasaan nya yang entah akan ia sebut apa ini, cemburu? Kecewa? Atau marah? Namun Jenny meyakinkan dirinya sendiri bahwa seharusnya ia tak mempunyai perasaan apa-apa dengan Haris. Ia mulai menundukkan kepalanya dan kini kedua pipinya terasa hangat, rasanya ia ingin berlari ke jalanan, tak ingin meneruskan acara jalan-jalan yang ia buat bersama Haris.
Jenny menangis, ia ingin menangis dengan kencang. Namun keadaannya saat ini membuatnya harus menahan isakan tangisnya, Jenny menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Jenny menangis terisak namun sebisa mungkin ia menyembunyikannya, bahunya berguncang dengan cepat, Fadly menyadari halitu. Boni yang bingung saat itu mau saja diajak Fadly bertukar tempat duduk. Jenny masih tengelam dalam isak tangisnya, ia mencoba menahannya namun sia-sia, ia telah berharap banyak dengan Haris yang selama ini berada disampingnya menjaganya dan menghiburnya.
“Jen? Lu baik-baik aja kan?” Fadly mengusap kepala Jenny dengan lembut
Tak ada jawaban apa pun dari Jenny, bahunya masih berguncang namun kali ini lebih cepat. Fadly bertambah khawatir dengan Jenny yang menangis hampir setengah hari ini, kini Fadly berdiam diri tetap mengusap kelapa gadis cantik disebelahnya ini, Ingin rasanya ia memeluk Jenny dan mendekam tangisnya dalam pelukan, tapi Fadly tak berani melakukan hal sejauh itu.
Jenny mengatur nafasnya, ia telah menangis hampir seharian karena penyesalan perasaan yang ia pendam untuk Haris yang jelas-jelas ia tahu bahwa cowok satu itu takkan pernah bisa melupakan Cleo.
“Fad, Sorry” Ucapnya lirih dengan mata sedikit bengkak
“Minum dulu deh, lu gak salah apa-apa kok. Gue seharusnya tadi gak bilang sama lu” Fadly menyodorkan sebotol air mineral dan tisu
“Gue kayak cewek bego ya?” Jenny bergumam lirih
“Gak Jen, gak ada yang bego. Cuma wak tu aja yang bakal jawab semua doa-doa lu” Fadly berusaha membuat Jenny bangkit.
“Fad, gue.. gue baperan kali ya, gue pikir Haris juga suka sama gue” Jenny tersenym namun pandangannya terlihatb kosong entah ia mungkin mengingat masa liburannya di Jakarta beberapa bulan lalu.
Jenny menatap ke langit dan kembali tersenyum namun matanya kembali berair, ia ingat langit di Melbourne dimana ia berada dalam dekapan Haris yang sedang menangis mengingat kesalahannya pad Cleo. Jenny segera menghapus air mata nya ia seolah sadar bahwa Cleo benar-benar wanita yang beruntung selama ini.
Jenny berfikir lebih dalam, seharusnya ia sadar bahwa seketika saja orang yang pernah ada di hati Haris pasti akan datang lagi dan bisa saja membuat Haris bimbang lagi, tapi Jenny sudah menjatuhkan hatinya, ia tak tahu harus berbuat apa. Tak mungkin ia akan bertanya pada Haris siapakah yanga kan Haris pilih saat itu juga. Cleo yang sudah membuatnya terluka atau Jenny yang berusaha mengobati luka di hatinya?
Tunggu Kelanjutannya J