Sabtu, 12 Maret 2016

INI MILIKKU ~

Jatuh cinta adalah satu kata dengan berjuta makna, jatuh cinta itu tidak hanya kepada manusia atau dengan kata lain  lawan jenis. Jatuh cinta itu kadang membuat kita lupa waktu, membuat kita lupa siapa diri kita dan membuat kita lupa apa yang seharusnya kita lakukan dan apa yang seharusnya kita hindari.
Aku jatuh cinta, begitulah kira-kira kondisiku sekarang ini, aku jatuh cinta dengan dunia ku yang penuh dengan buku, bukan lawan jenis. Jatuh cinta itu bukan hanya sekedar berpacaran dengan lawan jenis kan? Jatuh cinta itu bisa dengan apa saja, siapa saja dan dimana saja.
Senja kali ini mengantarkan ku ke laker caffe, sebuah caffe yang terletak di sudut Yogyakarta tempat tingbgalku saat ini, aku merogoh kantong keresekku yang berisi sebuah novel yang baru saja aku beli di sebuah toko buku dalam perjalanan ke laker.
Ketika jatuh cinta, kamu akan lupa dengan semua yang disekelilingmu, membuatmu membunuh waktu dan menghindari dunia nyata yang kini menatapmu dengan penuh tanda tanya. Aku mulai membuka halaman per halaman novel itu, seperti biasa, aku membeli novel dengan genre misteri dan thiller.
Tak banyak orang yang menyukai genre bacaan seperti itu, tapi aku menyukai nya. Ketika aku menyukai sesuatu, aku tidak ingin membaginya dengan siapapun. Seperti buku ini, aku tak akan pernah membagi nya dengan siapapun, jika seseorang penasaran dengan buku yang ku baca ini, lebih baik mereka memiliki nya sendiri, bukan meminjam nya.
Setelah menghabiskan kurang-lebih satu jam di caffe ini, aku baru menyadari hujan turun dengan deras nya. “Ah aku lupa bawa payung” Gumam ku. Tak begitu memikirkan badanku yang  basah oleh hujan, aku melindungi buku favorite ku itu di dalam pelukanku. Aku menaiki beberapa angkutan umum untuk sampai di rumah.
Seperti biasa, rumah sepi tanpa penghuni, karena ayah dan ibu sudah meninggal sejak lima tahun yang lalu. Aku melepas sepatu ku lalu menuju kamar untuk meletakkan buku. Aku mengambil handukku kemudian membersihkan diri di kamar mandi. Seperti biasa juga aku menghidupkan radio di ruang tamu, sambil membaca novel. Menikmati misteri di dalam novel itu aku selalu merasa seperti dirasuki roh jahat yang ada di dalam novel tersebut.
---
Pagi ini aku berlari kecil menuju mini market untuk membeli mie instan,
“aah lapar nya” bisikku sambil memilih beberapa cup mie
“Suka yang pedas ya?” aku terperanjat kaget, entah orang ini datang dari mana
“Hm, iya” jawabku seadanya lalu langsung menuju kasir
“eh tunggu” panggilnya
Tapi aku tak menghiraukan panggilannya itu, aku langsung berlari setelah membayar beberapa cup mie yang sudah ku pilih tadi.
“Siapa sih, sok kenal” gumam ku
Aku pun berlari menuju rumahku, yangb jaraknya mungkin hanya 100meter dari minimarket. Setelah sampai dirumah aku menyeduh mie instan yang sudah ku beli, dan menyiapkan diri untuk menuju laker lagi, dengan kegiatan membaca novel dan mengitari jalanan yogya.
“mang, pesen latte nya satu ya , kayak biasa” sahutku kepada pelayan laker
“oh iya neng” jawabnya
Seperti biasa, aku memilih tempat duduk di dekat jendela, namun kali ini ada orang yang sudah menempatinya duluan, terpaksa aku memutar bola mata ini untuk mencari tempat nyaman untuk berduaan dengan buku bacaanku.
“hei, sof!!!” triak seorang gadis dari depan pintu laker , sambil melambaikan tangannya kearahku
“eh citra, ngapain? tumben” sahut ku yang masih bingung mencari tempat duduk
“lagi kosong nih, lagi gak ada les, jadi kesini buat rebahan bentar” citra mengamit tangan ku dan mengajakku untuk duduk dengan nya
Keadaan dimana aku benar-benar tidak begitu nyaman saat ini adalah ketika aku terpojok dengan tiga orang yang tak kukenal,ya aku dan citra hanya teman semasa kami kursus bahasa inggris beberapa bulan yang lalu. Aku mengenal citra karena hanya citra yang berani menegurku saat kursus, sedangkan yang lain, mereka mengabaikanku, mengacuhkanku karena akupun tak ingin diganggu oleh mereka.
“hei, kok bengong sih?” citra membangunkanku dari lamunanku, tepat dimana orang lain merasa ngeri pada ku, namun citra tidak
“eh iya ra, sorry tadi  ngelamun” sahutku sambil melihat dua orang teman citra, yang satu seorang gadis dengan rambut sebahu dan mata bulat coklat dengan sebuah kalung menghiasi leher panjangnya. Dengan blues biru langit yang dipadukan dengan jeans selutut yang membuatnya santai dan tetap menarik.
Yang satunya seorang cowok dengan dandanan rapi berbalut kemeja coklat dan jeans hitam, dengan rambut yang di sisir rapi ke pinggir menggunakan minyak rambut agar terlihat licin.
“eh kenalin, ini sofia” citra tersenyum melihatku sembari memperkenalkanku pada kedua temannya
“eh iya aku lara” sahut si gadis
“gue feri” sahut sang lelaki sambil menyunggingkan senyumnya
“hai, citra” sahutku tersenyum seadanya
“mana sih kok gak dating-dateng” gumam citra
“sabar ra, kali aja masih di jalan, tau sendiri jogja jam segini macet” timbale lara yang menenangkan citra
“iya juga sih” sahut citra lalu mengajak kami mengobrol
Keadaan tidak nyaman ini berlangsung sekitar dua jam, aku harus mendengarkan celoteh mereka dan berpura-pura tersenyum ketika citra mulai bermain “ingat gak sih sof dulu” ya aku hanya tersenyum pahit saat ingin mengingatnya.
“udah jam 4 nih, kayaknya kita pulang aja” sahut feri yang sedari tadi melihat arloji di tangannya sembari menatap langit lewat jendela
“iya, ntar keburu hujan” lara membereskan tas nya dan meminta bill
“ikut pulang sof ? ntar aku anter deh” ajak citra
“gak , aku masih betah disini” jawabku sekenanya
Akhirnya mereka bertiga melambaikan tangan sambil berjalan keluar laker, yang membuatku bernafas lega. Aku kembali membuka novelku, membaca sederet cerita yang terpapar rapi dalam balutan kertas daur ulang. Sampai satu jam tak terasa ku  habiskan untuk membaca novel ini, aku cepat-cepat berlari keluar, tapi hujan sudah turun sebelum aku sempat menyebrangi jalan.
“sial!!!” gerutuku
“kebiasaan gak bawa payung, padahal udah tau minggu-minggu ini hujan turun”
Aku mengangkat kepala ku, seorang cowok berambut lurus acak-acakan dengan mata hitam almond nya tersenyum pada ku, sambil membagi payung yang ia pakai.
“aku Arly” sahutnya sambil tersenyum
 Aku mengerenyitkan dahiku, ya semua oeang akan berfikir aku adalah orang yang bingung setengah mati berdiri disebelah cowok cakep nan tinggi ini.
“eh, kok bingung ya?” tanya nya sambil menggaruk hidungnya yang mungkin gatal
“eh anu, aku sofia” sahutkub cepat agar tak terlihat canggung
Dibawah payung kuning milik Arly, aku berjalan dengannya menuju persimpangan angkot yang mengarah ke rumahku. Arly menunggu sampai angkot tiba, dan membuatku merasa janggal ketika ada teman saat menunggu angkot.
---
Hari demi hari seperti biasa aku pergi ke laker caffe untuk membaca buku, namun kali ini berbeda. Arly selalu datang membawakanku beberapa potong cokelat yang sudah lama tak aku rasakan. Selama ini aku hanya memakan semua makanan instan yang terasa pahit dan pedas.
“gak capek ?” tanyaku saat Arly senyum-senyum sendiri mengamatiku sedang membaca novel
“Kayaknya kamu udah nyihir aku deh” sahut Arly sambil menghisap segelas coklat panas miliknya
Aku menarik nafasku dalam-dalam, membuat Arly tersenyum lagi menatapku. Aku bingubng dengan semua yang dilakukan cowok aneh ini. Setiap hari aku pulang, setiap hari juga hujan turun dan aku selalu lupa membawa payung ku.
“jackpot” triak arly sambil mengembangkan payungnya
“apaan sih” gerutuku yang kini mulai nyaman dengan keberadaannya
“eh sof, besok kesini lagi ya, tapi jangan bawa novel biar kita ngobrol gitu” ajaknya
Entah kenapa kepalaku mengangguk kecil tanda setuju. Aku berjalan menuju ruang tamu dan melihat foto almarhum ibu dan ayahku, aku menangis, selanjunya aku tertawa dan terdiam. Aku menceritakan bagaimana cara Arly memperlakukanku dengan sangat baik.
“Ma, Pa.. aku ingin memilikinya” tersirat kata-kata itu dalam hatiku.
---
Pagi ini Arly yang sudah 3 minggu mengenalku, mengajakku jalan-jalan membeli jajanan di sekitar alun-alun jogja. Merasa memiliki arly selama ini aku merasa aku jatuh cinta. Ingat apa yang aku sampaikan dulu, jatuh cinta itu bisa terjadi dimana saja.
“Sof, ntar kita ke laker abis makan siang aja ya” ajak Arly sambil menarik tanganku
“eh, iya “ sahutku sambil menetralisir jantung
Akhirnya aku dan Arly sampai di laker, seperti biasa kami memesan minuman dan sedikit camilan untuk  teman mengobrol. Namun kali ini beda, ada sesosok gadis yang tak aku inginkan keberadaannya.
“Citra” gumamku
“hai ra” sapa Arly
“hei Li, akhirnya bisa ketemu juga kita” sahut citra
Wajahku tegang tanpa senyum, citra dan Arly menatapku bergantian.  Aku ingin keluar tapi aku berpikir lain. Aku tetap tinggal mengembangkan senyum dan bercerita panjang lebar dengan citra dan arly sampai saat aku lelah dan ingin ke toilet, citra mengamit tanganku dan ikut ke toilet.
“Eh sof, tolongin gue ya” rayu citra
“apa?” tanyaku
“Gue suka sama Arly, bantu gue ya deket sama dia”
Aku tak suka kata-kata citra, aku terdiam lalu tersenyum pahit dan segera meninggalkan cita.
“pulang yuk ?” ajakku
“tapi citra..” aku mengabaikan kata-kata arly dan langsung mengajaknya pulang.
Arly mengikutiku, kami menuju tempat parkir untuk mengambil mobil arly. Aku memikirkan rencana yang sangat menarik. Arly membawa mobil dengan kecepatan penuh saat aku terisak didalam mobilnya sambil menyatakan cintaku , ia ingin sesegera mungkin menghentikan mobilnya dipinggir jalan.
“Sof, kamu beneran?” tanyanya sambil menyetir
“iya Li, aku suka sama kamu, aku mau ngemilikin kamu” isakku dalam dekapan tasku
“tapi sof,.. “ belum selesai Arly bicara, ia jatuh tertidur karena sehelai sapu tangan yang berisi obat bius.
Aku mengemudikan mobil dan membawa nya jatuh menjadi milikku.~ ~
---
Seperti biasa, hujan turun lagi dan aku tersenyum karna hujan sudah membuatku jatuh cinta dan membiarkannya mati bersama cintaku tanpa orang lain yang mengetahuinya dan memilikinya. Ketika aku jatuh cinta , aku tak ingin ada orang lain yang mengganggu dan ingin mengambilnya dariku.

*P.S : Cerita ini Cuma fiktif dan khayalan aja, jangan terlalu diresapi haha, lg coba2 buat cerita genre thiller :”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar