Kurcaci cantik milik Indonesia part 4
Karya Ema Widiya
Day by day
Day 18
Jenny
menghempaskan tubuhnya ke kasur, ia merogoh kantong ranselnya dan mengirimi
pesan ke mama dan papa nya melalui whatsapp. Tak lupa ia juga mengabari
keadaannya di Melbourne selama hampir tiga minggu ini.
“Apes deh” Gumam
nya
Jenny masih
penasaran apakah benar-benar ada penguntit di sekitar sini? Setiap kali ia
pulang sendirian pasti ia merasa diikuti. Hanya saja setiap ia akan menyebrang,
orang yang menguntitnya itu hilang seketika.
“Jen, udah
pulang?” tanya Calista sambil mengetuk pintu kamar Jenny
“Udah Ta.
Kenapa?” sahut Jenny
“Makan yuk, gue
abis masak nasi goreng nih” ajak Calista
“Sore-sore gini
makan nasi goreng. Ada-ada aja” Gumam Jenny sambil berjalan menuju ruang tamu
Disana sudah ada
Dena, May dan Hye Mi yang sudah siap dengan piring, sendok dan garpu mereka.
Sepertinya musim dingin adalah hal yang bagus untuk alasan kelaparan disetiap
jamnya.
“Ayo Jen, Makan
bareng kita” Ajak May yang sebenarnya masih fasih berbahasa Indonesia
“Iya, gue ambil
piring dulu” Jenny ke dapur dan mengambil piring untuknya.
“Jen, kamu
sering goes to library ya?” tanya Hye Mi
“Iya, emang
kenapa Hye Mi? You looked me tomorrow?” Tanya Jenny
“Yes, and you
always focus on your books” Hye Mi menjelaskan sambil tertawa
“Hahaha that’s
looks good for her. Because she is psyco of book” Ucap Dena
Tawa di ruang
tamu itu pecah seketika, dengan raut wajah Jenny yang sedikit manyun mendengar
kalimat Dena.
“Yee, biarin.
Daripada Lu jalan ama Chris mulu di kampus” Ucap Jenny
“Ih siapa tuh
Chris? Bagi gue dong bule” sahut Calista
“Iya, jadi Chris
rencananya mau ngajak jalan di weekend kali ini girls” kali ini Dena sangat bersemangat
“Jadi lu
ninggalin kita?” sontak giliran Jenny dan Calista kompak berseru
“Eiittss wait,
kita gak di ajak juga nih?” tanya Hye Mi
“oh sorry all my
girls , all of you must stay at room “ Dena tertawa puas kali ini
“Jadi ceritanya
ngedate?” tanya Jenny sambil menyantap nasi goreng
“Iya Jen,
rencana gue sih gitu” Dena terkekeh malu
“Gue bakal cari
bule juga nih kayaknya” Ucap Calista sambil mengepalkan tangannya
“Eh tunggu, Hye
Mi jam berapa pulang dari kampus?” tanya Jenny
“Why Jen? Sometimes,
I back to home at 02:00 pm “ jawab Hye Mi
“yaah, lebih
cepet 15 menit daripada gue” Gumam Jenny
“Kenapa Jen?”
tanya May yang melihat ekspresi bingung dari raut wajah Jenny
“Jadi gini, udah
satu minggu lebih gue ngerasa ada penguntit setiap gue mau pulang” jelas Jenny
ragu-ragu
“Penguntit?
Beneran? Serem ihh” Calista menggosok lengannya
“Iya, gue
ngerasa diikutin terus tiap balik dari perpus sampe ke penyebrangan jalan” Ucap
Jenny sambil menggut-manggut
“Yaudah, mulai
besok lu pulang bareng kita aja dulu “ ucap Dena
“Iya Jen,
takhuthnya tar llhu kenapa-napa” ucap Calista dengan mulut penuh nasi
“Kunyah dulu
sana gih biar jelas lu ngomong apa” Jenny mencubit pipi Calista
“Iya-iya. Maksud
gue takutnya ntar lu kenapa-napa Jenny sayang” Calista mengulangi ucapannya tadi,
yang kali ini sudah jelas
“Iya deh, besok
gue pulang bareng kalian dulu aja”
Setelah
membereskan makan sore dan mencuci piring, para gadis yang ada di apartemen ini
menghabiskan waktu senggang mereka dengan menonton televisi. Acaranya ada
beberapa menayangkan telenovella sampai breaking News.
Day 21
Sudah tiga hari
ini Jenny pulang lebih awal bersama Dena dan Calista, beda nya siang ini mereka
tak sengaja bertemu dengan Boni, Fadly, dan Ray yang juga akan keluar gerbang
kampus.
“Eh mau pulang
nih?” sapa Ray
“Iya, kalian mau
pulang juga?” tanya Dena
“Yaudah bareng
aja”
“Bawa
kendaraan?” Sembur Calista
“Gak neng, jalan
kaki. Kan deket” Ray memamerkan susunan giginya yang rapi alias nyengir
“emang kalian
tinggal dimana?” kali ini Jenny yang buka mulut
“Kita disana
tinggal, gak jauh” Boni menunjuk apartemen yang arah penyebrangan nya
berlawanan dengan apartemen mereka
“Wah, lumayan
deket sama kita” Ucap Dena
“Oh iya, dekat
juga sama kakek telur” Boni kembali mengingat rumah kakek yang menjual telur
“Yaudah bareng
aja yuk” Mereka pun berjalan bersama, sambil menikmati perjalanan yang tidak
cukup jauh itu. Ray mulai menggunakan jurus rayuannya kepada Calista.
“Ta, sibuk gak
minggu ini?” tanya Ray
“Gak sih
kayaknya”
“Jalan aja yuk
weekend ini?” ajak Ray
“Ntar aku ajak
yang lain dulu ya” Calista tersenyum jahil pada Ray
“Waah tuh cewek
bener-bener imut” batin Ray
“Eh, mana
Haris?” tanya Dena
“Dia ke
perpustakaan dulu tadi” jawab Fadly
“Cocok tuh”
Sahut Calista sambil melirik Jenny
“Apaan sih Ta”
“Lu suka ke perpus
juga Jen?” tanya Fadly
“Iya,
kadang-kadang gue ke perpus dulu buat liat-liat buku doang” ujar Jenny
“Hahaha cocok
nih” Ray nimbrung sambil cengengesan
“Gak ada
penguntit kan Jen?” Calista mengingat ucapan Jenny beberapa hari yang lalu
“Iya sih, tapi kok…”
“Penguntit?”
tanya Ray
“Iya, jadi udah
seminggu ini Jenny ngerasa ada yang ngikutin dia selama perjalan pulang. Sampai
disini aja nih” ucap Dena sambil menunjuk persimpangan penyebrangan jalan
“HARIS!!!” ucap
Boni, Ray dan Fadly kompak
“Haris?” tanya Jenny,
Dena dan Calista Bingung
“Kenapa manggil
gue?” tanya haris yang mendongakkan kepalanya, tangan sebelah kanannya
memegangi sebuah buku yang baru saja ia baca. Haris ternyata sudah menyusul
teman-temannya untuk pulang.
“Lu jelasin deh
ris. Ternyata cewek aneh yang lu bilang itu Jenny” Ucap Fadly
“Apa? Aneh?” Jenny
seakan ingin menelan Haris dengan tatapannya
“Iya, gue kira
ada cewek aneh yang pulang jam 2 lebih lah, dan dia jalan udah kayak mau
dikejer anjing gitu” Jelas haris santai
Tubuh haris yang
tinggi membuat Jenni harus melihat ke atas agar dapat melihat wajah Haris yang
sudah meledeknya sebagai cewek aneh.
“Jadi lu
ngikutin gue ya ?” sembur Jenny
“Eh cewek aneh,
gue mau jalan balik ke apartemen. Bukan ngikutin lu, lu aja yang ge-er mulu”
Haris masih dingin dan santai
“Gila lu ya”
Jenny mentapnya sinis lalu segera menyebrang jalan.
“Eh kurcaci kecil, gak usah marah-marah mulu , peyot
lu ntar udah kecil tambah kecil lagi” Haris tak kuasa meneriakkan kekesalan nya
pada Jenny yang sudah menuduhnya sebagai penguntit. Selama ini Haris tidak tau
bahwa gadis yang hampir setiap hari berada di depannya berjalan dengan langkah
aneh itu adalah Jenny.
“Jeeen, tungguuuuuu!!!”
Dena dan Calista mengejar jenny yang sedang kesal
“Udah Jen, sabar”
Ucap Dena sambil mengelus bahu Jenny
“Apaan tuh Den,
Kurcaci, peyote. Gue emang Cuma punya tinggi 156, tapi gak gitu juga” Ucap
Jenny kesal
“Eh
mungil-mungil gini kan Gani pernah bilang lu itu mirip Michell Ziudith tau,
mungil sama muka nya” Ucap Calista yang mengingat ucapan Gani
“Iya Jen, cewek
mungil itu banyak disukai kok” Dena mencoba membuat mood Jenny membaik. Tapi tetap
saja Jenny masih kesal.
“Udah-udah ,
jangan dibawa serius amat deh Jen” Calista menyodorkan segelas air saat mereka
tiba di apartemen.
Haris dan
teman-temannya sudah sampai di apartemen, kali ini Fadly yang membuka
pembicaraan.
“Ris, jangan
dingin banget deh sama cewek gitu.” Ucap Fadly
“Fad, bukan
salah gue dong. Dia yang bilang gue penguntit, siapa juga yang mau nguntit dia.
Bikin kesel aja” Haris melepas jaketnya dan duduk di sofa
“Ris, lu tau kan
cewek emang suka gitu. Udah lah lu minta maaf gih besok sama Jenny.” Saran
Fadly
“Lagian Jenny
cantik kok, karena lu aja yang tingginya 183 makanya nganggep dia kecil” Sambar
Ray
“Cantik dimata
lu tuh semua cewek cantik “ Sembur Haris
“Iya lho Jenny
itu gelis, mirip artis “ Ucap Boni yang ikut-ikutan
“Bon, sini lu. Itu
jatah gue” Ray merangkul Boni dan mengunci leher boni sampai Boni meminta ampun
“Iya iya bos
Ray, nggak aku ambil”
“Lu mah playboy”
Celetuk Fadly
“Yah siapa tau
Jenny suka sama gue” Sambar Ray
“Ambil sana
ambil” Haris melambaikan tangannya tanda tak peduli
Haris menghela
nafasnya , lalu kembali membaca buku ekonomi yang baru saja ia pinjam dari
perpustakaan tadi siang. Kalau diingat-ingat memang selama ini ia tidak sadar
kalau seorang gadis yang berjalan didepannya adalah Jenny. Setelah beberapa
hari cara jalan Jenny berbeda, lebih cepat dan sedikit gusar. Sebenarnya Haris
tak begitu memperhatikannya, namun kegusaran Jenny benar-benar mengganggunya.
Day 22
“To be
Enterpreneur is so simple, if we can handle the financial, and you must have a
great partner to be success for your business. Oke, time is up. Have a nice day
all. Good Afternoon” Seorang dosen menutup materinya hari ini dan meninggalkan
kelas.
“Aaaah besok
weekend” Ucap Calista
“Kita jalan aja
yuk?” Dena menyambar langsung
“Bukannya mau
jalan sama Chris?” tanya Calista heboh
“Gak jadi” Ucap
Dena sebal
“Kenapa Den?”
tanya Jenny smbil memasukkan buku ke tas nya
“Itu Jen, si
Chris katanya sibuk weekend ini latihan musik” Jelas Dena, karena Chris punya
hobi ngeband dengan teman-temannya
“Berarti dia
lebih suka music dari pada lu” Cela Calista sambil ketawa kegirangan.
Jenny masih
berkutat dengan ranselnya dan sibuk merapikan isi ranselnya, tiba-tiba saja
sebuah es krim mendarat di depan mata nya. Es krim dengan toping strawberry,
jenny mendongak sambil tersenyum lalu raut mukanya kembali manyun setelah
mendapati si pemberi es krim.
“Sorry Jen, gue
lagi kebawa emosi kemarin” Ucap Haris lembut tapi Jenny memalingkan muka nya
dengan tatapan sinis dan kesal.
“Mau juga dong
di kasih es krim gitu” Gumam Calista
“Yuk gue beliin”
tiba-tiba Ray sudah ada di depan meja Calista dengan gaya imutnya, kedua
tangannya menopang dagunya mengamati wajah Calista
“Aaah, mau.”
Calista langsung menarik tangan Ray dan meninggalkan kelas
“Kayak orang
kasmaran aja itu anak” celetuk Dena dengan mulut menganga
“Kemasukan
nyamuk ntar” Bisik Fadly
“Eeeh?!” Dena
kaget karena Fadly tiba-tiba sudah ada di sebelahnya
“Yuk Bon, makan”
Fadly mengajak Boni untuk ke kantin dan meninggalkan Dena yang masih terpaku
“Gila, gue
dianggurin? Gak ada yang ngajak gue” Sergap Dena sambil melirik ke Jenny dan
Haris
“Gue gak laper”
ucap Jenny
“Huuuuft” Dena
menghembuskan nafasnya lalu pergi ke kantin sendirian
“Jen, sorry
banget. Gue salah” Ucap Haris sembari memegang sebuah es krim
Lama Jenny
menatap haris yang menundukkan kepalanya seperti orang yang benar-benar
menyesal. Dengan rasa iba nya, Jenny tersenyum.
“Gak apa-apa kok
Ris, gue juga minta maaf ya” Ucap Jenny pelan
“Nah gitu dong,
nih” Haris menyodorkan kembali eskrim yang ia pegang, Jenny hendak mengambilnya
dari tangan Haris, namun eskrim itu melayang ke hidungnya.Haris yang sengaja
melakukannya langsung tertawa lega.
“Haaariiiissss!!!!!!”
Jenny memegang es krim yang sudah Haris lumerkan ke hidungnya sambil meneriaki
nama Haris. Namun Haris sudah berlari kencang menuju kantin untuk melarikan
diri. Sementara Jenny harus membersihkan wajahnya ke toilet.
Sambil sedikit
tercekat karena habis berlari, Haris menghampiri kursi Ray dan Calista. Sepertinya
Ray sedang berusaha merayu Calista dan rayuannya sepertinya berhasil, karena
Calista sedang larut dalam lawakan Ray.
“Dari mana lu? “
Gue mau pulang duluan ya, ntar takut ada nenek sihir nyari gue. Haris membeli
sebotol minuman lalu menuju gerbang keluar.
“Gila tuh anak”
Gumam Ray,tak lama sebuah suara mengagetkan Ray dan Calista.
“Liat Haris gak?!”
Tanya Jenny
“Lu kenapa Jen? Kesel
banget kayaknya” Tanya Calista
“Mana
Hariiiisss?” Jenny mencoba mengatur nafasnya
“Pulang” Jawab
Ray sambil mengerutkan dahinya. Bingung dengan apa yang terjadi antara Haris
dan Jenny.
“Gue pulang juga
deh, capek gue.” Gerutu Jenny
“Yaudah
hati-hati Jen” Calista melambaikan tangannya
Jenny melewati
gerbang keluar kampus, nafasnya sudah kembali teratur. Ia mengeluarkan earphone
dan ponselnya.
“Heyy!! Besok jalan-jalan
bareng yuk?” Haris tiba-tiba melompat kedepan Jenny
“Ehh, astagaa!!!”
Jenny kaget, raut mukanya semakin membuat tawa Haris pecah
“Sumpah, muka lu
lucu banget kalo lagi kaget”
“Haris, lu bisa
gak sih gak jahilin gue” Geram jenny
“Salah lu
jahilin gue kemarin “ Haris mengangkat alisnya sebelah
Sambil berjalan
menuju apartemen, Haris dan Jenny membahas beberapa materi kuliah beberapa hari
yang lalu.
“Mau mampir gak?
Masih jam 12 juga” Ujar Haris
“Eh? Kemana?”
tanya Jenny
“Ke apartemen,
ntar gue masakin deh”
“Tapi, nanti..”
“udah Jen, gue
juga gak mau ngapa-ngapain lu”
“yeeee!! Siapa juga
yang mau sama lu” Ucap Jenny lalu mengikuti langkah Haris
Setelah sampai
di apartemennya, Haris segera meluncur ke dapur. Terdengar suara air yang
dimasukkan ke panci dan suara kompor gas yang dihidupkan. Tak butuh waktu lama,
Haris sudah membawa dua buah mangkuk ke ruang tamu.
“Hasil masakan gue
nih” Haris memamerkan dua mangkuk mie kuah kari ayam lengkap dengan telur rebus
“Ya ampuun,
indomie!!” Ujar Jenny yang antusias
“Udah lama gak
makan ini, kangen deh” Jenny segera mengambil satu mangkuk indomie kuah buatan
Haris
“Enak kan?”
Haris tersenyum sambil mengamati Jenny yang lahap menyantap mie nya
“Enak
bangeeeet!!!!”
“Hahaha siapa
dulu, Haris” Haris tertawa sambil menunjuk dirinya dan menghabiskan mie
miliknya.
Setelah perut
mereka kenyang dengan mie yang sudah lama tak mereka rasakan, Haris mengantar
Jenny pulang. Beruntung Dena dan Calista belum pulang, kalau mereka sudah
pulang mungkin akan panjang tanda tanya yang tertera untuk Jenny.
“Makasih ya Ris”
Jenny melambaikan tangan ke Haris
Kini Jenny hanya
melihat punggung haris yang bidang dan tegap, rasa nya aneh ketika ia ingat
saat ia merasa sangat kesal setiap hari karena Haris mencemoohnya sebagai
kurcaci Indonesia.
Jenny masuk ke
apartemen dan merebahkan tubuhnya, ia mengirim pesan ke Dena dan Calista bahwa
mereka akan jalan-jalan dengan Haris, Fadly, Ray dan Boni besok. Kabar itu pun
disambut dengan antusias, terutama oleh Calista yang sudah lama ingin tour di Melbourne.
Tunggu
lanjutannya besok J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar