Jumat, 01 April 2016

Kurcaci cantik milik Indonesia part 4

Kurcaci cantik milik Indonesia part 4
Karya Ema Widiya

Day by day
Day 18
Jenny menghempaskan tubuhnya ke kasur, ia merogoh kantong ranselnya dan mengirimi pesan ke mama dan papa nya melalui whatsapp. Tak lupa ia juga mengabari keadaannya di Melbourne selama hampir tiga minggu ini.
“Apes deh” Gumam nya
Jenny masih penasaran apakah benar-benar ada penguntit di sekitar sini? Setiap kali ia pulang sendirian pasti ia merasa diikuti. Hanya saja setiap ia akan menyebrang, orang yang menguntitnya itu hilang seketika.
“Jen, udah pulang?” tanya Calista sambil mengetuk pintu kamar Jenny
“Udah Ta. Kenapa?” sahut Jenny
“Makan yuk, gue abis masak nasi goreng nih” ajak Calista
“Sore-sore gini makan nasi goreng. Ada-ada aja” Gumam Jenny sambil berjalan menuju ruang tamu
Disana sudah ada Dena, May dan Hye Mi yang sudah siap dengan piring, sendok dan garpu mereka. Sepertinya musim dingin adalah hal yang bagus untuk alasan kelaparan disetiap jamnya.
“Ayo Jen, Makan bareng kita” Ajak May yang sebenarnya masih fasih berbahasa Indonesia
“Iya, gue ambil piring dulu” Jenny ke dapur dan mengambil piring untuknya.
“Jen, kamu sering goes to library ya?” tanya Hye Mi
“Iya, emang kenapa Hye Mi? You looked me tomorrow?” Tanya Jenny
“Yes, and you always focus on your books” Hye Mi menjelaskan sambil tertawa
“Hahaha that’s looks good for her. Because she is psyco of book” Ucap Dena
Tawa di ruang tamu itu pecah seketika, dengan raut wajah Jenny yang sedikit manyun mendengar kalimat Dena.
“Yee, biarin. Daripada Lu jalan ama Chris mulu di kampus” Ucap Jenny
“Ih siapa tuh Chris? Bagi gue dong bule” sahut Calista
“Iya, jadi Chris rencananya mau ngajak jalan di weekend kali ini girls” kali ini Dena sangat bersemangat
“Jadi lu ninggalin kita?” sontak giliran Jenny dan Calista kompak berseru
“Eiittss wait, kita gak di ajak juga nih?” tanya Hye Mi
“oh sorry all my girls , all of you must stay at room “ Dena tertawa puas kali ini
“Jadi ceritanya ngedate?” tanya Jenny sambil menyantap nasi goreng
“Iya Jen, rencana gue sih gitu” Dena terkekeh malu
“Gue bakal cari bule juga nih kayaknya” Ucap Calista sambil mengepalkan tangannya
“Eh tunggu, Hye Mi jam berapa pulang dari kampus?” tanya Jenny
“Why Jen? Sometimes, I back to home at 02:00 pm “ jawab Hye Mi
“yaah, lebih cepet 15 menit daripada gue” Gumam Jenny
“Kenapa Jen?” tanya May yang melihat ekspresi bingung dari raut wajah Jenny
“Jadi gini, udah satu minggu lebih gue ngerasa ada penguntit setiap gue mau pulang” jelas Jenny ragu-ragu
“Penguntit? Beneran? Serem ihh” Calista menggosok lengannya
“Iya, gue ngerasa diikutin terus tiap balik dari perpus sampe ke penyebrangan jalan” Ucap Jenny sambil menggut-manggut
“Yaudah, mulai besok lu pulang bareng kita aja dulu “ ucap Dena
“Iya Jen, takhuthnya tar llhu kenapa-napa” ucap Calista dengan mulut penuh nasi
“Kunyah dulu sana gih biar jelas lu ngomong apa” Jenny mencubit pipi Calista
“Iya-iya. Maksud gue takutnya ntar lu kenapa-napa Jenny sayang” Calista mengulangi ucapannya tadi, yang kali ini sudah jelas
“Iya deh, besok gue pulang bareng kalian dulu aja”
Setelah membereskan makan sore dan mencuci piring, para gadis yang ada di apartemen ini menghabiskan waktu senggang mereka dengan menonton televisi. Acaranya ada beberapa menayangkan telenovella sampai breaking News.
Day 21
Sudah tiga hari ini Jenny pulang lebih awal bersama Dena dan Calista, beda nya siang ini mereka tak sengaja bertemu dengan Boni, Fadly, dan Ray yang juga akan keluar gerbang kampus.
“Eh mau pulang nih?” sapa Ray
“Iya, kalian mau pulang juga?” tanya Dena
“Yaudah bareng aja”
“Bawa kendaraan?” Sembur Calista
“Gak neng, jalan kaki. Kan deket” Ray memamerkan susunan giginya yang rapi alias nyengir
“emang kalian tinggal dimana?” kali ini Jenny yang buka mulut
“Kita disana tinggal, gak jauh” Boni menunjuk apartemen yang arah penyebrangan nya berlawanan dengan apartemen mereka
“Wah, lumayan deket sama kita” Ucap Dena
“Oh iya, dekat juga sama kakek telur” Boni kembali mengingat rumah kakek yang menjual telur
“Yaudah bareng aja yuk” Mereka pun berjalan bersama, sambil menikmati perjalanan yang tidak cukup jauh itu. Ray mulai menggunakan jurus rayuannya kepada Calista.
“Ta, sibuk gak minggu ini?” tanya Ray
“Gak sih kayaknya”
“Jalan aja yuk weekend ini?” ajak Ray
“Ntar aku ajak yang lain dulu ya” Calista tersenyum jahil pada Ray
“Waah tuh cewek bener-bener imut” batin Ray
“Eh, mana Haris?” tanya Dena
“Dia ke perpustakaan dulu tadi” jawab Fadly
“Cocok tuh” Sahut Calista sambil melirik Jenny
“Apaan sih Ta”
“Lu suka ke perpus juga Jen?” tanya Fadly
“Iya, kadang-kadang gue ke perpus dulu buat liat-liat buku doang” ujar Jenny
“Hahaha cocok nih” Ray nimbrung sambil cengengesan
“Gak ada penguntit kan Jen?” Calista mengingat ucapan Jenny beberapa hari yang lalu
“Iya sih, tapi kok…”
“Penguntit?” tanya Ray
“Iya, jadi udah seminggu ini Jenny ngerasa ada yang ngikutin dia selama perjalan pulang. Sampai disini aja nih” ucap Dena sambil menunjuk persimpangan penyebrangan jalan
“HARIS!!!” ucap Boni, Ray dan Fadly kompak
“Haris?” tanya Jenny, Dena dan Calista Bingung
“Kenapa manggil gue?” tanya haris yang mendongakkan kepalanya, tangan sebelah kanannya memegangi sebuah buku yang baru saja ia baca. Haris ternyata sudah menyusul teman-temannya untuk pulang.
“Lu jelasin deh ris. Ternyata cewek aneh yang lu bilang itu Jenny” Ucap Fadly
“Apa? Aneh?” Jenny seakan ingin menelan Haris dengan tatapannya
“Iya, gue kira ada cewek aneh yang pulang jam 2 lebih lah, dan dia jalan udah kayak mau dikejer anjing gitu” Jelas haris santai
Tubuh haris yang tinggi membuat Jenni harus melihat ke atas agar dapat melihat wajah Haris yang sudah meledeknya sebagai cewek aneh.
“Jadi lu ngikutin gue ya ?” sembur Jenny
“Eh cewek aneh, gue mau jalan balik ke apartemen. Bukan ngikutin lu, lu aja yang ge-er mulu” Haris masih dingin dan santai
“Gila lu ya” Jenny mentapnya sinis lalu segera menyebrang jalan.
“Eh  kurcaci kecil, gak usah marah-marah mulu , peyot lu ntar udah kecil tambah kecil lagi” Haris tak kuasa meneriakkan kekesalan nya pada Jenny yang sudah menuduhnya sebagai penguntit. Selama ini Haris tidak tau bahwa gadis yang hampir setiap hari berada di depannya berjalan dengan langkah aneh itu adalah Jenny.
“Jeeen, tungguuuuuu!!!” Dena dan Calista mengejar jenny yang sedang kesal
“Udah Jen, sabar” Ucap Dena sambil mengelus bahu Jenny
“Apaan tuh Den, Kurcaci, peyote. Gue emang Cuma punya tinggi 156, tapi gak gitu juga” Ucap Jenny kesal
“Eh mungil-mungil gini kan Gani pernah bilang lu itu mirip Michell Ziudith tau, mungil sama muka nya” Ucap Calista yang mengingat ucapan Gani
“Iya Jen, cewek mungil itu banyak disukai kok” Dena mencoba membuat mood Jenny membaik. Tapi tetap saja Jenny masih kesal.
“Udah-udah , jangan dibawa serius amat deh Jen” Calista menyodorkan segelas air saat mereka tiba di apartemen.
Haris dan teman-temannya sudah sampai di apartemen, kali ini Fadly yang membuka pembicaraan.
“Ris, jangan dingin banget deh sama cewek gitu.” Ucap Fadly
“Fad, bukan salah gue dong. Dia yang bilang gue penguntit, siapa juga yang mau nguntit dia. Bikin kesel aja” Haris melepas jaketnya dan duduk di sofa
“Ris, lu tau kan cewek emang suka gitu. Udah lah lu minta maaf gih besok sama Jenny.” Saran Fadly
“Lagian Jenny cantik kok, karena lu aja yang tingginya 183 makanya nganggep dia kecil” Sambar Ray
“Cantik dimata lu tuh semua cewek cantik “ Sembur Haris
“Iya lho Jenny itu gelis, mirip artis “ Ucap Boni yang ikut-ikutan
“Bon, sini lu. Itu jatah gue” Ray merangkul Boni dan mengunci leher boni sampai Boni meminta ampun
“Iya iya bos Ray, nggak aku ambil”
“Lu mah playboy” Celetuk Fadly
“Yah siapa tau Jenny suka sama gue” Sambar Ray
“Ambil sana ambil” Haris melambaikan tangannya tanda tak peduli
Haris menghela nafasnya , lalu kembali membaca buku ekonomi yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan tadi siang. Kalau diingat-ingat memang selama ini ia tidak sadar kalau seorang gadis yang berjalan didepannya adalah Jenny. Setelah beberapa hari cara jalan Jenny berbeda, lebih cepat dan sedikit gusar. Sebenarnya Haris tak begitu memperhatikannya, namun kegusaran Jenny benar-benar mengganggunya.

Day 22
“To be Enterpreneur is so simple, if we can handle the financial, and you must have a great partner to be success for your business. Oke, time is up. Have a nice day all. Good Afternoon” Seorang dosen menutup materinya hari ini dan meninggalkan kelas.
“Aaaah besok weekend” Ucap Calista
“Kita jalan aja yuk?” Dena menyambar langsung
“Bukannya mau jalan sama Chris?” tanya Calista heboh
“Gak jadi” Ucap Dena sebal
“Kenapa Den?” tanya Jenny smbil memasukkan buku ke tas nya
“Itu Jen, si Chris katanya sibuk weekend ini latihan musik” Jelas Dena, karena Chris punya hobi ngeband dengan teman-temannya
“Berarti dia lebih suka music dari pada lu” Cela Calista sambil ketawa kegirangan.
Jenny masih berkutat dengan ranselnya dan sibuk merapikan isi ranselnya, tiba-tiba saja sebuah es krim mendarat di depan mata nya. Es krim dengan toping strawberry, jenny mendongak sambil tersenyum lalu raut mukanya kembali manyun setelah mendapati si pemberi es krim.
“Sorry Jen, gue lagi kebawa emosi kemarin” Ucap Haris lembut tapi Jenny memalingkan muka nya dengan tatapan sinis dan kesal.
“Mau juga dong di kasih es krim gitu” Gumam Calista
“Yuk gue beliin” tiba-tiba Ray sudah ada di depan meja Calista dengan gaya imutnya, kedua tangannya menopang dagunya mengamati wajah Calista
“Aaah, mau.” Calista langsung menarik tangan Ray dan meninggalkan kelas
“Kayak orang kasmaran aja itu anak” celetuk Dena dengan mulut menganga
“Kemasukan nyamuk ntar” Bisik Fadly
“Eeeh?!” Dena kaget karena Fadly tiba-tiba sudah ada di sebelahnya
“Yuk Bon, makan” Fadly mengajak Boni untuk ke kantin dan meninggalkan Dena yang masih terpaku
“Gila, gue dianggurin? Gak ada yang ngajak gue” Sergap Dena sambil melirik ke Jenny dan Haris
“Gue gak laper” ucap Jenny
“Huuuuft” Dena menghembuskan nafasnya lalu pergi ke kantin sendirian
“Jen, sorry banget. Gue salah” Ucap Haris sembari memegang sebuah es krim
Lama Jenny menatap haris yang menundukkan kepalanya seperti orang yang benar-benar menyesal. Dengan rasa iba nya, Jenny tersenyum.
“Gak apa-apa kok Ris, gue juga minta maaf ya” Ucap Jenny pelan
“Nah gitu dong, nih” Haris menyodorkan kembali eskrim yang ia pegang, Jenny hendak mengambilnya dari tangan Haris, namun eskrim itu melayang ke hidungnya.Haris yang sengaja melakukannya langsung tertawa lega.
“Haaariiiissss!!!!!!” Jenny memegang es krim yang sudah Haris lumerkan ke hidungnya sambil meneriaki nama Haris. Namun Haris sudah berlari kencang menuju kantin untuk melarikan diri. Sementara Jenny harus membersihkan wajahnya ke toilet.
Sambil sedikit tercekat karena habis berlari, Haris menghampiri kursi Ray dan Calista. Sepertinya Ray sedang berusaha merayu Calista dan rayuannya sepertinya berhasil, karena Calista sedang larut dalam lawakan Ray.
“Dari mana lu? “ Gue mau pulang duluan ya, ntar takut ada nenek sihir nyari gue. Haris membeli sebotol minuman lalu menuju gerbang keluar.
“Gila tuh anak” Gumam Ray,tak lama sebuah suara mengagetkan Ray dan Calista.
“Liat Haris gak?!” Tanya Jenny
“Lu kenapa Jen? Kesel banget kayaknya” Tanya Calista
“Mana Hariiiisss?” Jenny mencoba mengatur nafasnya
“Pulang” Jawab Ray sambil mengerutkan dahinya. Bingung dengan apa yang terjadi antara Haris dan Jenny.
“Gue pulang juga deh, capek gue.” Gerutu Jenny
“Yaudah hati-hati Jen” Calista melambaikan tangannya
Jenny melewati gerbang keluar kampus, nafasnya sudah kembali teratur. Ia mengeluarkan earphone dan ponselnya.
“Heyy!! Besok jalan-jalan bareng yuk?” Haris tiba-tiba melompat kedepan Jenny
“Ehh, astagaa!!!” Jenny kaget, raut mukanya semakin membuat tawa Haris pecah
“Sumpah, muka lu lucu banget kalo lagi kaget”
“Haris, lu bisa gak sih gak jahilin gue” Geram jenny
“Salah lu jahilin gue kemarin “ Haris mengangkat alisnya sebelah
Sambil berjalan menuju apartemen, Haris dan Jenny membahas beberapa materi kuliah beberapa hari yang lalu.
“Mau mampir gak? Masih jam 12 juga” Ujar Haris
“Eh? Kemana?” tanya Jenny
“Ke apartemen, ntar gue masakin deh”
“Tapi, nanti..”
“udah Jen, gue juga gak mau ngapa-ngapain lu”
“yeeee!! Siapa juga yang mau sama lu” Ucap Jenny lalu mengikuti langkah Haris
Setelah sampai di apartemennya, Haris segera meluncur ke dapur. Terdengar suara air yang dimasukkan ke panci dan suara kompor gas yang dihidupkan. Tak butuh waktu lama, Haris sudah membawa dua buah mangkuk ke ruang tamu.
“Hasil masakan gue nih” Haris memamerkan dua mangkuk mie kuah kari ayam lengkap dengan telur rebus
“Ya ampuun, indomie!!” Ujar Jenny yang antusias
“Udah lama gak makan ini, kangen deh” Jenny segera mengambil satu mangkuk indomie kuah buatan Haris
“Enak kan?” Haris tersenyum sambil mengamati Jenny yang lahap menyantap mie nya
“Enak bangeeeet!!!!”
“Hahaha siapa dulu, Haris” Haris tertawa sambil menunjuk dirinya dan menghabiskan mie miliknya.
Setelah perut mereka kenyang dengan mie yang sudah lama tak mereka rasakan, Haris mengantar Jenny pulang. Beruntung Dena dan Calista belum pulang, kalau mereka sudah pulang mungkin akan panjang tanda tanya yang tertera untuk Jenny.
“Makasih ya Ris” Jenny melambaikan tangan ke Haris
Kini Jenny hanya melihat punggung haris yang bidang dan tegap, rasa nya aneh ketika ia ingat saat ia merasa sangat kesal setiap hari karena Haris mencemoohnya sebagai kurcaci Indonesia.
Jenny masuk ke apartemen dan merebahkan tubuhnya, ia mengirim pesan ke Dena dan Calista bahwa mereka akan jalan-jalan dengan Haris, Fadly, Ray dan Boni besok. Kabar itu pun disambut dengan antusias, terutama oleh Calista yang sudah lama ingin tour di Melbourne.

Tunggu lanjutannya besok J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar