Kurcaci cantik milik Indonesia part 7
karya Ema Widiya
Still
at month 5
Sebuah nada dering tanda panggilan di ponselnya,
membuat Jenny melompat mengambil ponsel diatas kasur nya. Dibacanya nama yang
ada di layar ponselnya itu.
“Fadly” Gumamnya, lalu ia langsung menjawab panggilan
dari Fadly
“Kenapa Fad?”
“Mau jalan gak ke IMAX Teater Jen?” Tanya Fadly dari sebrang
sana
“Ehm, nonton ya.. gimana ya” Jenny mengetuk-ngetuk jari
telunjuknya diatas bantal
“Gimana Jen? Mau gak?” Tanya Fadly
“Ehm, minggu depan kan ya kelar ujian?”
“Iya Jen, refreshing gitu”
“Yang lain ikut?” tanya Jenny
“Cuma kita berdua aja kok Jen, dan gue yang traktir.
Makanya jangan bilang anak-anak kalau kita ,mau nonton” Jelas Fadly
“Hm, yaudah boleh deh selagi free” Jenny tertawa dan
menerima tawaran Fadly
Setelah selesai membicarakan rencana akhir pecan
mereka, Jenny menutup ponselnya dan kembali larut dalam bukunya. Namun ia tak
kuasa menahan keinginannya untuk melihat jadwal tayang film di imax. Jenny
membuka website imax dan melihat beberapa judul film yang akan tayang minggu
ini.
“Yapp!! Ada nih film yang gue suka” Gumam Jenny
Sebuah suara yang agak gaduh membuat Jenny penasaran
dengan apa yang terjadi di ruang tengah, suara histeris Calista selalu menjadi
pemicu keributan biasanya.
“Gilaaa, mndadak banget ngabarinnya?” Ujar Calista
“Udah berapa lama lu pacaran?” Dena ikutan penasaran
Jenny berjalan pelan sambil menutup pintu kamarnya,
dilihatnya sosok seorang gadis mugil dengan paras wajah yang cantik dan rambut
yang ia biarkan terurai rapi dengan warna hitam pekatnya.
“Gita?” gumam Jenny
“Hai Jen, long time no see ya?” Gita menghampiri Jenny
dan langsung memeluknya
“Ehh, iya” Jenny kaget dan tak percaya bahwa Gita
mengunjungi apartemennya
“Duduk lagi sini yuk, cepetan ta cerita berapa lama lu
pacaran sama kak aldo?” kali ini Calista sudah tak sabar mendengarnya
“Hehe, udah lama sih dari akhir semester kemarin sampe
sekarang yang bakalan tunangan” Gita tak henti-hentinya memperlihatkan
senyumannya
“Tunangan? Siapa? Gita?” Jenny tertegun mendengar
berita itu
“Iya Jen, gue bakal tunangan sama kak Aldo” Gita
kembali memancarkan aura kebahagiaannya yang mungkin diiringi aura kekecewaan
Jenny.
Melihat ekspresi Jenny, Dena tak mau terjadi
kesalahpahaman yang akan membuat mereka canggung dan heran seperti ini.
“Ehh Ta, jadi di mana acara nya?” tanya Dena
“Di St.Kilda, tunangannya di Melbourne sih karena gue
masih ada ujian praktik minggu ini. Jadi dari bulan-bulan yang lalu semuanya
udah disiapin.” Jelas Gita
“Oh, bakalan keren tuh berarti Out door dong kalau di
St.Kilda?” Dena membayangkan tepi lautan di St.Kilda akan mempercantik suasana
pertunangan Gita dan Kak Aldo
“Iya Den, keluarga sama temen-temen deket diundang kok.
Makanya gue kesini nganterin undangan pertunangan kita” Gita menyodorkan sebuah
undangan yang cantik berwarna merah muda di lapisi warna keemasan dengan sebuah
Foto gita dan aldo yang ada di dalamnya berdiri sangat serasi.
“Cocok”Gumam Jenny tak sadar
Dena, Calista dan Gita yang tadinya tertawa jadi
terdiam dan melirik ke arah Jenny. Sontak Jenny mengerutkan dahinya dan ia
menyesal telah bergumam semaunya.
“Iya maksud gue cocok banget nih kalau gue bawa
pasangan juga di acara lu” entah apa yang ada di benak Jenny. Ia hanya tertawa
renyah setelah melontarkan pernyataannya
“Who’s that boy Jen?” Tanya Gita kembali riang
“Oh someone, and that is still my secreet” jenny
berceloteh semaunya dan ke dapur sambil mengambilkan minuman untuk Gita, Dena
dan Calista.
Akhir
pekan month 5
Fadly mengecek isi dompetnya terlebih dahulu sebelum
menuju pemberhentian shuttle, ia telah mengirimi pesan ke Jenny agar mereka
bertemu di tempat pemberhentian shuttle di dekat kampus.
Kemeja denim lengan pendek dan jeans hitam membalut
tubuh Fadly, dengan sedikit pomed ia merapikan rambutnya. Sambil menunggu Jenny,
Fadly melirik jam tangan miliknya. Sudah jam 11, film mereka akan dimulai jam 2
tapi butuh waktu untuk sampai di imax sekitar satu jam jika shuttle nya tidak
terlalu lama berhenti dan berganti.
“Fad, sorry agak ngaret” Jenny melambaikan tangannya, dengan
balutan kaos putih polos dan outer tanpa lengan berwarna merah serta jeans
selutut membuatnya tampak santai.
“Eh iya gak apa Jen” Fadly mengamati Jenny dari atas
sampai bawah, ia tampak imut dan menggemaskan.
“cantik” Ujar Fadly
“Hahaha bisa aja lu” Jenny melemparkan senyumnya ke
Fadly
“Yaudah yuk kita naik” fadly mengajak Jenny untuk
segera manaiki shuttle yang sudah datang menunggu penumpang.
Shuttle yang mereka naiki berhenti di beberapa halte
pemberhentian, Jenny dan Fadly menikmati perjalanan mereka. Melihat beberapa
turis lalu lalang berbelanja dan menikmati weekend kali ini.
“Dena sama Calista gak nanya Jen?” tanya Fadly
“Nggak sih, soalnya gue langsung pergi tadi. Mereka di
kamar”
“Oh gitu, ntar kamu dicariin lagi”
“eh, iya ju-ga ya..” Jenny agak bingung saat Fadly
mulai menggunakan kata lu menjadi kamu.
“Fad, Lu kok gak
ngajak haris, ray sama boni?” Tanya Jenny
“Oh, itu mereka lagi latihan” jawab Fadly asal
“Nanti kita nonton Star Wars ya?”
“Wah kebetulan gue juga mau nonton itu tadi nya” Kali
ini Fadly bersemangat untuk menonton film yang sudah lama ia tunggu-tunggu itu.
Tak terasa akhirnya mereka sampai di halte yang mereka
tuju, lalu berjalan kaki tak terlalu jauh untuk sampai ke Imax. Jenny dan Fadly
mengikuti garis antrian untuk membeli tiket film yang ingin mereka tonton.
“two tickets for Stars wars film” Fadly menyodorkan
uangnya dan memberikan tiket ke Jenny
“Gue beli cemilan ya ?” Jenny menawarkan
“Gak usah Jen, kita makan ini aja dulu” Fadly
menyodorkan dua porsi chiken burger
“oh ternyata ini isi kantong yang kamu bawa tadi” Jenny
tertawa melihat Burger yang Fadly sodorkan
“Iya nih, soalnya masih jam 1an kan lumayan ngisi perut
pake burger” Ucap Fadly lalu memberikan dua botol air mineral
“Cekatan juga lu” Ujar Jenny
“Hehehe lumayan lah” Fadly menggaruk kepala nya sambil
tersipu mendengar pujian Jenny
“Selamat makan” Jenny mulai melahap chicken burgernya
diiringi dengan Fadly yang juga menyantap makanannya itu.
Sambil menghabiskan makanan, Jenny dan Fadly membahas
cerita star wars yang sudah tayang sebelumnya. Mereka membicarakan superhero
lainnya yang mereka sukai, sambil berbincang akhirnya mereka masuk dan mulai
menonton star wars di dalam.
Fadly sangat bahagia bisa menikmati akhir pekan dengan
Jenny, selain nonton mungkin Fadly akan mengajak Jenny makan setelahnya. Lalu
menikmati jalanan Melbourne berdua, walau Fadly tidak tau tujuan setelahnya
kemana, tapi setidaknya hari ini ialah alasan Jenny tersenyum.
Setelah film telah selesai, jenny menoleh ke arah Fadly
sambil tersenyum ia mengerutkan dahinya dan menyenggol lengan Fadly.
“Iam not your father fad” Ucapnya sambil menyeringai
geli ingin menirukan salah satu karakter di star wars.
“Apaan sih Jen, ngeri juga nggak” Ucap Fadly sambil
tertawa
“Yaudah, makan yuk? Laper nih” Ucap Jenny
Mereka kembali ke foodcourt tempat mereka makan seusai
jalan-jalan dulu bersama Dena dan kawan-kawan. Kali ini Jenny benar-benar lapar
dan bertekad menghabiskan makanannya.
“Porsi bule emang banyak ya” Ucapnya
“Iya, kayak porsi gue makan” Gumam Fadly
“Iya porsi cowok banget nih” Jenny menunjuk makanannya
“Belajar jadi Bule Jen hahaha”
“yang ad amah Buk lek “ Jenny pun menyantap makan sore
nya dengan lahap karena ia memang tidak sarapan saat di apartemen.
“Kita jalan-jalan dulu ya ntar ke daerah St.Kilda?” tanya
Fadly
“Eh? Ehm, boleh”
Selesai memenuhi permintaan cacing-cacing diperutnya,
Jenny dan Fadly segera menaiki shuttle selanjutnya dan menuju ke daerah
St.Kilda yang berada tak jauh dari Luna Park. Pemandangan sore yang sejuk walau
di musim panas. Seorang turis menawarkan mereka untuk berfoto bersama, akhirnya
mereka pun berfoto disana.
“Thank you sir, your girlfriend is so cute” Ucapnya
“Oh, thank you” Balas Fadly tersenyum
“Oh, sorry sir. We’re not. We’re just friend” Jenny
menambahkan
“oh, sorry miss, I think you’re a couple” Lalu turis
itu pergi berlalu
“Jen, gue rasa lu gak perlu deh ngejelasinnya ke tuh
turis” Ucap Fadly sedikit mengerutkan wajahnya
“Ya gak apa kali Fad, sorry. Lu juga gak usah manyun
gitu”
“Ya tapi kan, tuh turis Cuma muji lu aja Jen. Gak perlu
dijelasin” Fadly masih dengan raut wajah kecewa nya
“Lagian kok lu sewot sih Fad?” Jenny mulai bingung
dengan sikap Fadly
“Gak, Cuma gue.. udah lah Jen, gue mau pulang aja lah.”
Fadly meninggalkan Jenny yang masih berdiri di tempatnya
Jenny mengerutkan dahi nya, ia bingung dengan sikap
Fadly yang tiba-tiba saja seperti ini. Hanya karena ia menjelaskan kepada turis
tadi, kenapa sikap Fadly berubah begitu derastis kepadanya. Sampai-sampai Fadly
tidak sadar telah meninggalkan Jenny di St.Kilda sendirian.
“Gila ya tuh anak?” Gumam Jenny. Ia pun berusaha
bertanya perjalanan dari sini menuju apartemennya.
“From this shuttle, you get stopped on the next halte
and you can stop until halte in front of your University”
“Oke, thank you sir. Thank you very much” Jenny
tersenyum lalu menaiki shuttle selanjutnya.
Karena dari St.Kilda sudah jam 5 sore, akhirnya Jenny
sampai di depan universitasnya tepat pukul 8 malam karena ia sempat kebingungan
harus menaiki shuttle yang mana agar sampai di apartemen. Ia sempat berjalan
terlalu jauh lalu kembali ke halte sebelumnya karena bingung. Kakinya sudah
terlalu lelah berjalan malam ini, ia menaiki anak tangga apartemennya dengan
sangat hati-hati.
Next
day
Month
5
“Jen, kita ke kampus ya. Ntar kita liatin deh nama lu
ada gak buat ikut kelas tambahan musim panas” Teriak Dena
“Iya , makasih ya Den” Jenny menyahutnya dengan lesu
Dena dan Calista ke kampus untuk melihat nama-nama
mahasiswa yang tidak bisa liburan karena harus mengikuti kelas tambahan di
musim panas ini. Kali ini lebih santai dari pada seperti biasanya, karena hanya
jurusan tertentu saja yang masih mengikuti ujian mereka.
“Hai ladiesstttttt” Sapa Ray
“hai jugaaa” Balas Calista
“Eh tumben berduaan doang? Mana si Jen?” tanya Ray
“Sakit” Gumam Dena
“Sakit? Kalo gitu buruan kita jenguk gih?” Ajak Fadly
yang merasa menyesal
“ntaran kali Fad, kita liat nama-nama dulu tuh di papan
yang nilai ujiannya kecil bakal dapet kelas tambahan nih” Gerutu Calista
“Kalu gitu aku harus lihat” Ucap Boni berlari ke papan
pengumuman
“Bon ikut” Haris mengikuti langkah Boni
“Yuk kesana” Ajak Dena
Lalu mereka menghampiri papan pengumuman, Dena membaca
nama-nama di papan pengumuman tersebut. Ternyata banyak juga dari fakultas lain
yang harus mengikuti kelas tambahan.
“Yeaaay gak ada nama kita, bisa mudik deh” Ucap Calista
kegirangan
“Yuk, ke apotik dulu baru ke apartemen mereka buat
jenguk Jenny” Ajak Fadly
“Iya iya Fad” mereka kompak menjawab Fadly
“aku gak ikut ya?mau nemuin prof Diana dulu kapan kelas
tambahannya dimulai. Salam sama Jenny” Boni mengerutkan dahinya
“Yaudah yuk buruan” Fadly mendorong Dena untuk jalan
duluan di depannya
Boni menemui professor Diana yang akan mengajar kelas
tambahan bahasa inggris, lalu segera kembali ke apartemen untuk membaca kamus
dan vocabulary.
“Lho? Haris? Kok kamu disini toh?” tanya Boni
“Emang kenapa Bon?”
“kamu gak liat Jenny?”
“udah rame Bon, ntar dikira mau tawuran haha” Haris
masih menyibukkan diri di dapur
“Masak apa Ris? Serius bingits? Buat makan malem ya?”
tanya Boni sambil mengamati Haris dan melihat jam di tangannya yang menunjukkan
pukul 3 siang
“Masak Omelete sama Capcay buat lauk makan” Ucap haris
sambil memotong beberapa wortel dan kembang kol serta brokoli
“Terus di panci satu lagi itu apa?” tanya Boni
“Kepo dah lu, gak gue buatin makanan ntar” Ujar Haris
sambil menodongkan pisau nya
“Eh bro sorry hahaha” Boni duduk di ruang tengah
sembari membaca kamus inggris-indonesia miliknya
“Lu ikut kelas tambahan Bon?” tanya Haris
“Iya nih, kelas tambahan bahasa inggris. Karena essayku
lumayan aneh kosa kata nya kata ibuk prof”
“Yaudah nikmatin aja ya Melbourne dan kelas lu” Haris
tertawa lalu kembali fokus pada masakannya.
Boni kembali serius membolak-balikkan vocabulary milik
nya dan mulai mencium bau wangi lezat dari masakan Haris. Hidung nya mulai
mencuat mencium bau tersebut, dengan mata yang tertutup dan sambil memegang
kamus nya.
“Di meja makan” Gumam Haris
“Waah wangi banget niih, lezat deh kayaknya” suara Ray
memecahkan konsentrasi Boni
“Sudah balik?” tanya Boni
“Iya Bon” Fadly menjawab lesu
“Gimana Jenny? Sudah baikan?” tanya Boni
“Udah lumayan baikan sih, katanya kemarin Dena udah
manggil dokter”Jelas Fadly
“Bagus deh kalau begitu” Ucap Boni
“Ris mau kemana? Rapi amat?” tanya Ray
“ Keluar Bentar” ucap haris sambil mengambil dompetnya
“Udah sore juga mau kemana tuh anak” Gumam Ray
“ah , gue mau mandi dulu”Ray merentangkan tangannya dan
langsung mengambil handuknya
“gue juga deh” Fadly masuk ke kamar mandi yang satunya
dan suara shower serta lantunan lagu dinyanyikan oleh Ray terdengar sampai ke
ruang tamu.
“Pada kemana?” tanya Haris yang baru saja masuk
“Mandi toh Lek, masak tidur di kamar mandi” Ujar Boni
dengan logat jawa nya
“Kayak bokap gue aja manggil pake lek lek segala” Haris
menaruh beberapa sayuran di dapur
“Buat makanan lagi?” tanya Boni
“Jangan kepo toh ndok” Ucap Haris sambil tertawa
“Eh, udah balik aja Ris” Ujar Fadly yang baru saja
keluar kamar mandi
“Setengah Jam, lumayan lah” Ucap Haris sambil mengupas
wortel
“masak mulu” Ray menyahut dari kamar kamdi sebelah
“Lagi rajin nih hahaha” Haris tertawa
Tak terasa selesai masak sudah masuk waktu magrib di
bagian Melbourne, untung saja Haris mempunyai aplikasi pengingat azan sholat
yang bisa ia setel sesuai tempat. Entah kini jam berapa di Indonesia, Haris
bergegas membereskan sebuah tapperware dan pergi begitu saja meninggalkan
apartemen malam itu.
“Kemana tuh anak?” tanya Ray sambil membetulkan
sarungnya
Boni hanya menggelengkan kepalanya sambil mengunci
pintu utama lalu membuka tudung saji dan menemukan semangkuk capcay, Omelete dan
juga sambal terasi botol dan pastinya nasi yang sudah matang di magiccom.
Jenny membenamkan kepalanya ke bawah bantal, ia masih
tidak habis fikir dengan perkataan Fadly tadi siang saat menjenguknya.
“Sorry ya Jen, gue bener-bener minta maaf” Gumam Fadly
sambil berbisik
“Gak apa Fad, makasih ya buat kemarin.” Jenny
memaksakan senyumnya, ia hanya sedikit kesal dengan fadly
“Tadi fadly khawatir banget lho Jen” Dena memecahkan
keheningan
“Eh apaan sih Den” ujar Fadly
“Udah Fad, gelagat lu keliatan kok. Ngaku aja kalo lu
suka sama Jenny” Calista menyikut Jenny
“Sorry sebelumnya Jen, gue emang iya suka sama lu. Dan mungkin
lu yang gak suka sama gue”
“OH MY GOD!! Jen, don’t you hear that’s?” Calista
mengguncangkan badan Jenny
“Apaan sih Ta, gue udah anggep Fadly itu temen. Gue nyaman
sebagai temen. Sorry Fad” Jenny tersenyum pahit
“Udah-udah, yang penting kan Fadly udah mau jujur” Ujar
Ray merangkul Fadly dengan tujuan menenangkan temannya itu.
“Aaaarrghhtt dasar cowok aneh” Ucap Jenny sambil
memeluk bantalnya
“Ini siapa lagi?!?!?!” Gerutu Jenny sambil menjawab
panggilan dari ponselnya
“Turun , gue di lobbi bawah” kemudian sambungan
teleponnya tertutup begitu saja
Dilihatnya di layar ponsel tertera nomer telepon dari
recepsionist bawah, tepatnya di lobbi apartemen mereka.
“Malem-malem gini siapa lagi” Jenni mengerang
memeganggi kakinya lalu keluar dengan mengenakan piyama
“Pak, ada yang nunggu saya ya?... eh sorry.. anybody
waiting for me?” tanya Jenny
“Yes miss, that’s guy” sang penjaga menunjuk di kursi
Lobby
“Siapa tuh?” Jenny menyipitkan matanya lalu menghampiri
seseorang yang menunggunya di lobi
“Hai Jen, kok gak panes ya. Nih ada sup sama nasi plus omelete”
“Eh? Gue gak demam Ris, tapi ini” Jenny terdiam sejenak
lalu menunjuk pergelangan kakinya
“Kenapa kaki lu? Keram gak?” Haris segera menarik
pergelangan kaki Jenny dan memeriksanya
“Duh sakit tauk. Udah di priksa sama di perban kemarin
sama dokter, kata dokternya Cuma keseleo tapi harus istirahat dulu sehari dua
hari gitu”
“JadI sup gue ini bisa menguatkan kaki lu” Ujar Haris
sambil membuka tapperware miliknya berisi nasi dan omelete lalu tapperware
satunya berisi sup ayam dengan beberapa jenis sayuran didalamnya.
“Gue makan ya?”
“Makan aja” Haris menunggu tanggapan Jenny tentang
masakannya
“Gimana ?” tanya Haris
“Ehm.. ehm. Gimana ya” Jenny mengerenyitkan dahinya
sambil tersenyum
“10 JEMPOL buat HARIS ARTAFAMI” Jenny memberikan dua
jempolnya di depan Haris
“Makasih masih nyonya Jenny Karenianisa” Haris mengusap rambut Jenny
“Nih, lu cicipin deh, masa’ gue sendirian ngabisin
makan sebanyak ini?” Jenny menyodorkan makananan tersebut ke Haris.
Mereka berdua pun menghabiskan makanan yang sudah
Haris bawa itu, sambil menceritakan kronologi bagaimana Jenny jatuh sampai
terkhilir. Tepatnya saat Jenny ingin ke
minimarket kemarin malam empat anak tangga terakhir yang harus ia turuni
tiba-tiba membuatnya terpeleset. Akhirnya yang ia dapat bukan roti dan kopi
dimalam hari, melainkan pergelangan kaki yang bengkak mengakhiri perjalanannya
malam itu.
“Kocak banget sih Jen” Haris tak kuasa menahan tawa nya
“Gitu ya, gue susah baru deh ketawa” Jenny pura-pura
manyun
“Eh sorry Jen, gak maksud kok beneran sorry banget ya”
Raut wajah Haris berubah serius
“Ya ampun Haris, gue becanda kali” Jenny tertawa
melihat Haris yang masih serius menanggapi Jenny
“Gak, gue kira becandaan gue keterlaluan Jen” Haris
menundukkan kepalanya
“Ris, iam Okay. Udah lah, gue juga becanda kok”
“Beneran gak apa Jen?” tanya Haris meyakinkan’
“Yaudah, kalau lu merasa salah banget. Gimana kalau
sabtu nanti temenin gue ke pertunangannya kak Aldo?” tanya Jenny gugup
“Yakin lu gak bakalan gugup atau nangis?” tanya Haris
“Yakin deh” Jenny tersenyum namun hatinya masih bingung
akankah ia menangis di acara pertunangan seseorang yang sudah ia sukai sejak
kuliah ? selama empat tahun ia menyukai Aldo, tanpa memberitahukan perasaannya
itu pada Aldo karena Jenny takut kalau Aldo akan menolaknya dan menganggapnya
aneh.
“Yaudah, udah malem nih. Gue cabut ya? Sini gue bawa
lagi” Haris ingin mengambil tapperware nya yang sudah kosong itu
“Biar gue yang cuci Ris. Thanks banget ya ris, ternyata
lu jago masak juga” Jenny menepuk pundak Haris
“Ehh, duduk aja bisa lu gapai ni pundak” Haris meledek
Jenny lalu berdiri
“Tuh kan mulai deh, udah pulang sana” Jenny mendorong
Haris sampai ke luar pagar lalu melambaikan tangan sambil tersenyum.
Perlahan ia menaiki anak tangga, lalu kembali mengingat
malam dimana ia ingin ke minimarket setelah membersihkan badannya seusai ia
ditinggalkan Fadly malam itu. Jenny akui malam itu ia sangat lapar lalu tanpa
sadar, kakinya yang memang sudah keram ia paksakan berjalan untuk membeli
camilan malam.
“Bego” Gumam Jenny sambil mengetuk dahinya dengan
jarinya.
“Dari mana?” Jenny sontak kaget dengan sambutan Dena
yang tiba-tiba membuka pintu dan bertanya
“Lobi” Jawab Jenny seadanya
“Sama siapa? Tuh apaan”
“Den, ribut banget deh. Ini tapperware, sama orang”
Jenny mencuci tapperware milik Haris
“Orang mana? Lu punya pacaaaarr?” Dena sedikit
mengencangkan suara nya
“Iiihhini anak ribut mulu. Abis dapet makanan nih dari
Haris” Ujar Jenny
“Hmm, jadi lu udah sama Haris aja?” goda Dena
“Ih Dena berisik sana masuk aaah” Jenny mendorong Dena
masuk kemar milik Dena lalu mencuci tangan dan menggosok giginya, lalu masuk ke
kamarnya untuk beristirahat sambil mendengarkan lantunan lagu dari Taylor
swift.
Jenny menyiapkan beberapa catatan kecil untuk ia beli
nanti sebagai oleh-oleh untuk kedua orang tuanya dan juga adik kesayangannya
itu. Setelah menghadiri pertunangan Aldo, Jenny berencana lusa nya ia akan
segera berangkat kembali ke Jakarta. Ia tak sabar untuk pulang dan menemui
keluarga kecilnya disana, terutama Gani. Ia sangat merindukan berdebat dengan
jagoannya itu…
Tunggu kelanjutannya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar