Minggu, 10 April 2016

Kurcaci Cantik milik Indonesia part 10

Kurcaci Cantik milik Indonesia part 10
Karya Ema Widiya


Pernikahan Aldo dan Gita
“Ma, mana jepit rambut yang kemarin aku beli?” tanya Jenny
“Kan kamu taruh di meja hias sayang”
“Duh mana sih” Jenny mencari jepit rambut untuk ia pakai menghiasi rambutnya yang tergerai panjang
“Ketemu!!” ujar nya lalu melihat pantulan dirinya dari kaca
Dress batik selutut membalut di tubuh mungil Jenny, gelang dan cincin perak telah bertengger manis di tangan kirinya. Sepatu heels berwarna cream mempercantik kaki nya ditambah jepit rambut berbentuk daun telah tertaut panjang di rambutnya bagian kanan.
“Udah siap sayang?” tanya mama nya
“Udah ma”
Hari ini Jenny dan keluarga nya akan menghadiri pernikahan Aldo dan Gita di ballroom hotel fave Jakarta. Dena, Calista, Ray, Fadly dan Haris sudah di tempat tujuan. Jenny tak sabar menemui teman-temannya itu dan melihat pasangan pengantin.
Setelah sampai di tempat, Jenny pamit dengan orang tua nya. Ia ingin menemui teman-temannya diiringi Gani di belakang nya. Gani menyeringai lebar sambil melambaikan tangannya kea rah Haris yang sudah bersama yang lainnya.
“Hai kak? Apa kabar ?” Tanya Gani
“Baik dong”
“Eh, udah akrab aja nih. Kapan?” Tanya Calista
“Udah lama kali kak, minggu kemarin kan kak Haris main ke rumah terus sempat basket bareng sama gue” Jelas Gani
“Basket bareng?” tanya Fadly
“Iya Fad, gue insaf dan main basket lagi” Haris terkekeh
“Sejak kapan?” Sambar Ray
“Waaah jangan kaget gitu dong. Udah gih kita ke sana biar deket sama tempet makanan” Ajak Haris
“Lho Jen, ini dress …?” Dena mengingat Dress yang di beli Haris
“Kenapa Den? Cantik ya?” Tanya Jenny
“Cantik kok” Ujar Calista
“Haris!! Jadi Jenny nih mantan lu?” Sambar Dena
“Eh? Mantan?” Haris mengerutkan dahinya
“Itu tuh dressnya di Jenny. Bohong kan lu” Dena mulai menggoda Haris
“Hahaha oh itu Den, iya Jenny mantan gue” Ucap Haris terkekeh
“Apaan sih, gak lucu” Dena hanya manyun menatap Jenny dan Haris
“Kapan kalian jadian?” tanya Dena
“Den, pertanyaan lu itu aneh deh” Jenny mengidikkan bahu nya
Dena berjalan mengikuti yang lainnya lalu mulai mengambil makanan yang ada di atas meja makan., menatap pengantin yang bersanding di pelaminan. Gita mengenakan Gaun putih dan Aldo mengenakan Jas putih, sungguh seperti pangeran dan putrid seperti didongeng.
“Iya Den beneran kayak dongeng” Haris mengangguk setuju
“Bener kan, mereka kayak pangeran sama putri” Dena menatap Gita yang sangat cantik di depan sana
“Iya , nah yang ini ada kurcaci dan pasukannya.”Haris menunjuk Dena, Calista dan Jenny
“Apaan sih lu, ngatain gue mulu” Jenny menyikut Haris sambil memelototinya
“Berantem mulu lu berdua” Ujar Ray
“Diem deh” Haris dan Jenny menyahut serentak
Suasana resepsi pernikahan Gita dan Aldo sama seperti acara Resepsi pernikahan seperti yang lainnya, ada makanan, tamu undangan, dan music yang mengalun merdu. Dan tak lupa ada stage berfoto bagi para tamu undangan. Selesai makan dan berdoa, para tamu bebas ingin berfoto, bernyanyi atau pamit untuk pulang. Jenny memilih pulang bersama keluarga nya yang sudah menunggu di luar lalu ia berpamitan dengan teman-temannya.
Hari itu sangat melelah kan bagi Jenny, tapi ia tak lagi menangis bahkan ia bahagia melihat Aldo dan Gita yang bersanding di pelaminan. Jenny merebahkan tubuhnya di kasur berharap ia bisa istirahat sejenak untuk hari ini.
Jakarta
“Buk, Haris pergi dulu ya?” ucap Haris sambil mengintip ke dapur
“Mau  kemana kamu Ris, bantu ibu dulu sini”
“Basket Buk, Haris udah janji sama Fadly sama Ray”
“Tumben kamu main basket ? dulu aja kamu urak-urakan di kamar”
“Bu, anak ibuk udah balik” Haris merentangkan tangannya
“Nih, taruh ke depan. Nanti siang ibu ada acara arisan di rumah, kamu bantu dulu taruh ini”
“Ya elah si ibuk mah gitu” Meski begitu Haris tetap membantu ibunya
“Le, mana ibu mu? Itu konco ne pada dateng mau arisan kata nya”
Hari minggu di awal bulan adalah kegiatan arisan ibu-ibu di komplek sini, tak heran kalau Haris kali ini harus membantu ibu nya menyiapkan kue dan segala macam makanan.
“Le, bantu ibu mu ambol mangkuk sana” Ujar ayahnya
“Iya Pak , iki lagi di ambilin toh” Haris menyahut dengan logat jawa
“Ini anak cowok, satu-satunya, gede, pinter masak, rajin juga bantuin ibu nya” Puji ibunya agar Haris tetap senang membantu
“Wah ada bakwan nih di balik udang buk” Haris tertawa melihat ibunya yang menyiapkan pempek di piring
“Ndak ada kok Le, kamu habis ini boleh deh main Basket. Nanti ibu aja yang beresin”
“Beneran buk?” tanya Haris
“Iya Haris, ibu nanti kalau udah selesai kan udah gak harus buru-buru lagi”
“Yaudah Haris pergi ya buk” setelah selesai menghidangkan makanan dan minuman, Haris pergi berlalu sambil membawa bola basketnya.
Fadly, Ray dan Gani sudah menunggu Haris di lapangan basket SMA 78 tempat Gani bersekolah, sore hari seperti ini banyak yang berlatih basket dan Gani mengajak teman-temannya untuk ikut berlatih bersama Haris yang notabane nya dulu kapten tim basket dan juga sempat ikut tim IBL.
Latihan sore itu tidak kalah seru dari pada melihat latihan para tim IBL, Haris malah mengadakan tanding untuk tim fadly dan Ray. Ia berusaha membuat suasana disana benar-benar hidup. Seusai latihan, Haris langsung pulang dan mandi. Ia memasuki ruang makan dan menemukan tumpukan pempek dan tekwan disana.
“Buk, gak habis?” tanya Haris
“Nggak, tadi juga udah ibu bungkusin untuk tetangga. Ibu kebanyakan bikin” Gumam ibunya
“Haris bawa boleh buk?” tanya Haris sambil menyiapkan tapperware berukuran sedang dan botol sedang
“Kemana toh Le, baru pulang mau pergi lagi?” Tanya ayahnya yang sedang menyantap pempek
“Mau ke rumah temen pak, Haris mau kasih ini pempek sama mereka” Ujar Haris
“Yasudah, jangan kemaleman pulangnya ya Le?”
“Siap pak, gak bakal kemaleman deh” haris menyambar kunci mobilnya dan segera meluncur ke tujuannya
Haris menenteng tas berisi Tapperware dan sebuah botol ukuran sedang. Haris mengetuk pintu didepannya sambil memerkan giginya yang rapi.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam, siap.. ngapain lu malem-malem gini?” Tanya Jenny
“Siapa Jen?”
“Ini te, aku Haris” Haris menunjukkan sebuah tas
“Apaan Ris? Masuk gih, jangan berdiri aja diluar”
“Minggir dong, gue mau masuk” Ujar Haris sambil menyikut Jenny yang menghadang jalannya
“Wah, ngelunjak nih anak” Jenny memutar bola mata nya
“Ini te, ibuk tadi ada acara arisan terus pempekny masih banyak banget jadi Haris bawa deh ke sini”
“Wah repot-repot banget nih”
“Lho Haris Bawa apaan tuh?” Papanya Jenny langsung melihat kedalam tapperware
“Ini om pempek sesuai pesanan om” Ujar Haris
“Wah wah, Jen tolong siapin teh anget sama pempeknya ya” Jenny hanya mengehela nafas nya melihat tingkah papanya ini
“Kamu bisa main catur kan? Ayo kita tanding diluar” Haris mengangguk dan bersemangat untuk bermain catur.
Sembari mereka bermain catur, Jenny mengidangkan Pempek, brownies dan juga teh hangat sesuai pesanan papanya. Dilihat dari sisi mana pun kedua lelaki ini terlalu serius menghadapi catur yang ada di depan mereka. Selang beberapa menit, saat Jenny menaruhkan mangkuk kecil, papanya sedikit bereteriak.
“Aduuh, kamu gimana Ris? Katanya bisa main catur. Gini aja gak bisa. Skak” Ucap papanya sambil mengetuk kepala Haris pakai Koran yang ada di tangannya. Membuat Jenny tertawa geli melihat Haris yang pasrah di getok.
“Hahaha maaf om , udah rada lupa mainnya” Haris menggosok kepala nya sambil mengingat-ingat cara bermain catur
“Sudah tiga ronde kamu kalah, kita makan dulu nanti lanjut lagi”
“Siap om” Haris ikut menyantap pempek yang ia bawa tadi
“Jen, besok kamu harus main lah ke rumah Haris, minta resep buat pempek” Ujar ayahnya
“Iya Ris, ajak Jenny main ke sana biar belajar buat Pempek” Mamanya mengangguk setuju
“Ma.. Pa.. apaan sih” jenny mengerutkan dahi nya
“Iya om, insyaallah saya ajak nanti ke rumah ketemu ibuk”
“Nah begitu kan enak, bakalan ada pembuat pempek nanti” Ujar ayahnya
Lama mereka mengobrol sampai Haris akhirnya harus kalah untuk kesekian kalinya dalam pertandingan catur ini, Haris hanya tertawa terbahak-bahak harus di getok beberapa kali oleh papanya Jenny.Sampai akhirnya Haris sadar sudah tiga jam ia disini.
“Om, aku pamit dulu ya. Udah malem nih” haris menyalami tangan kedua orang tua Jenny lalu berpamitan pulang
“Hati-hati Ris, kalau udah jago main catur datang sini ya” papa nya Jenny memegang pundak Haris lalu tertawa keras, Haris hanya mengangguk sambil tertawa mendengar ucapan papa nya Jenny itu.
Jakarta
Hanya tiga sampai empat hari lagi tersisa untuk liburan musim panas, Jenny akhir-akhir ini hanya uring-uringan sambil membaca beberapa novel yang sudah ia beli bersama Dena dan Calista beberapa hari lalu.
“Kak, turun gih” Panggil Gani
“Males ah, ngapain juga?” Sahut Jenny
“Kak Haris udah jemput nih”
“Apaan sih lu aneh- aneh aja. Eh? Haris?” Jenny langsung bangun dari tempat tidurnya dan segera ke ruang tamu, ia bingung kenapa Haris sering sekali datang ke rumahnya.
“Mana ayah lu? “ tanya Haris
“Kerja lah cari sana di KeJaGung” Ujar Jenny
“Apaan tuh?” Haris mengingat-ingat
“Kejaksaan Tinggi Agung” Ujar Jenny
“Ngapain bokap lu disana?”
“Cuci piring, ya kerjalah Harisss!!!” Jenny kali ini melototinya dengan tangan di pinggang
“Yaudah ikut gue yuk?” Ajak Haris
“Kemana?”
“Belajar buat pempek”
“Serius?”
“Buruan gih ganti baju sana cepetan”
Jenny segera berlari ke kamarnya dan mengganti pakaiannya, lalu ia berpamitan dengan Gani yang sibuk bermain game semenjak ujiannya selesai. Jenny dan Haris menuju jalan ke rumah Haris. Hari ini Haris sengaja mengajak Jenny untuk ke rumahnya karena ibunya sedang dapat pesanan pempek dari tetangganya, maka dari itu Haris berinisiatif untuk mengajak Jenny sambil belajar membuat pempek Palembang.
Mereka pun sampai di depan sebuah rumah yang di depannya terdapan lapangan basket berukuran kecil, cukup untuk satu orang, dan di belakang lapangan kecil itu ada sebuah bagasi untuk menaruh kendaraan. Teras depan tampak rapid an bersih, Haris mengetuk pintu lalu seorang wanita paruh baya membukakan pintu tersebut sambil tersenyum.
“Ini temen yang kamu maksud tadi Le?” tanya Ibunya
“Iya Buk, ini Jenny” Haris memperkenalkan Jenny dengan ibunya., dengan sopan Jenny menyalami tangan ibu Haris itu.
“Masuk nak, maaf tangan ibu agak kotor, lagi buat pempek soalnya”
“Oh iya buk gak apa, saya boleh ikut bikin?” tanya Jenny
“Boleh kok, sini ke dapur sama ibu. Haris, kamu bikin minum sana” Perintah ibu nya, Haris yang ingin mengikuti Jenny dan ibu nya langsung terdiam lesu lalu berbalik arah ke dekat kulkas.
Haris tak diizinkan ibunya untuk memasuki dapur, karena Haris sering mengerjai ibu nya ketika memasak. Ada-ada saja ulah Haris jika sudah bersama ibu nya di dapur, terkadang Haris lah yang menjadi penyebab berkurangnya pempek yang baru selesai direbus.
“Jadi Haris bisa masak karena ibu nya emang jago masak ya buk” Jenny memasukkan telor ke dalam adonan pempek yang sudah di tangannya
“Iya, Haris itu orangnya suka penasaran, jadi sekaligus liat ibu masak. Dia juga mau tau gimana cara buat nya. Nah yg itu atas nya di tutup ya nak kalau sudah diisi telur” Ibu Haris menunjuk adonan kecil yang sudah diisi Jenny dengan Telur
“Buk, lama amat. Bosen nih” Ujar Haris
“Iya sabar, bentar lagi mau direbus ini” Jawab Ibu nya
“Lu bikin ribut aja dari tadi kayak Gani aja” Celoteh Jenny yang sudah keluar dari dapur
“waah, gimana ? udah jago?” tanya Haris
“Ya belum lah, baru tau juga ini. Gue mau belajar lagi di rumah ntar” Gumam Jenny
“Haris kamu liatin rebusan pempek nya dulu ya, kalau sudah mendidih angkat yang udah mateng. Ibu mau blender cabe dulu”
“Siap Buk” Sambil mengamati pempek yang mengapung Haris berniat untuk mengajak teman-teman yang lain untuk menikmati makanan khas Palembang itu. Segera ia tekan sebuah nomor yang mencantumkan nama Ray di layar ponselnya.
Sesuai rencana, Pempek yang baru saja matang sudah Haris hidangkan di meja makan depan tempat Jenny menunggunya. Sambil menyeringai geli, Haris berlari membuka pintu untuk menyambut teman-temannya yang datang.
“Eh Jen lu udah duluan aja” sapa Ray
“Lho kok kalian..?”
“Kita mau makan juga kali” sambar Calista
“Wah pada enak-enakan disini ya, gue juga mau dong” Ujar Fadly y6ang disusul dengan Dena.
“Rame ya, duduk dulu sini. Le, ambil gelas sama piring buat makan.”
“Iya Buk” Haris ke dapur untuk menyiapkan segala sesuatunya
Mereka pun makan pempek rebus yang masih hangat itu dengan lahapnya, terutama Ray yang sangat antusias untuk menghabiskan makanan tersebut. Jenny, Dena dan Calista memakan pempek tersebut sambil menbgobrol dengan Ibu nya Haris yang memberikan resep membuat pempek. Setelah selesai bergurau dan membantu membereskan barang yang mereka pakai untuk makan tadi, Mereka pun berpindah ke ruang tamu hanya untuk sekedar mengistirahatkan perut mereka yang kenyang.
“Le, tolong antarkan ini ke rumah ibu tania ya. Bilang pesanannya udahlengkap 100 buah pempek telur, 150 buah pempek lenjer potong nya.”
“Banyak amat buk”
“alhamdulillah rejeki buat kita”
“Eh iya yah buk, yaudah Haris pergi dulu ya buk”
“Eh Ris kita ikutan aja, sekalian pamit dulu nih. Gak enak ntar ibu mau istirahat abis ini” Ujar Fadly yang membantu Haris mengangkat beberapa tapperware berisi pempek itu.
“Yaudah, yuk semuanya kita bantu Haris dulu bentar. Buk kita pamit dulu ya.. assalamualaikum, makasih banyak ya buk” Mereka pun berpamitan pulang lalu membantu Haris mengantarkan pesanan pempek tersebut. Setelah selesai membantu Haris dan kekenyangan sore itu, mereka memilih untuk pulang dan beristirahat sebelum mereka berangkat ke Melbourne lagi.

Melbourne
Semester dua
Setelah selesai menghabiskan liburan musim panas di Melbourne, Boni akhirnya bisa bernafas lega. Berkat kelas tambahan yang ia ikuti, kini ia sudah lancar berbahasa inggris. Boni sudah memesan makanan khas Indonesia yang ia rindukan, selama di Melbourne, Boni hanya bisa memasak Nasi goreng, Mie instan dan telur goreng. Haris, Fadly dan Ray membawakan berbagai jenis makanan untuk Boni yang sudah begitu rindu dengan kampung halamannya.
“Wah dodol, bakpia, pempek, bika ambon” Ujar Boni sambil melihat isi tas khusus makanan yang sengaja di bawa oleh Haris, Ray dan Fadly.
“Udah, simpen dulu sana. Semua buat lu Bon” Ray tersenyum geli melihat tingkah Boni
“Thank you very much ya my best friend” Ucap Boni memamerkan gigi putihnya
“Hahaha udah jadi bule aja lu bon” Goda Fadly
“Hahaha disini gue seneng Fad, bisa belajar Bahasa Inggris sampai ngerti. Sampai-sampai prof. Diana mengenal gue, karena gue banyak tanya” Boni membanggakan dirinya sendiri yang membuat tawa teman-temannya pecah seketika.
Semester ke dua kali ini diisi dengan mata kuliah yang tidak begitu padat, tetapi mereka harus benar-benar fokus karena pada semester terakhir atau ke tiga, mereka harus segera menyusun thesis mereka. Minggu pertama sampai akhirnya bulan ke tiga di saat pertengahan smester mereka harus disibukkan dengan beberapa mata kuliah yang memang kabarnya membutuhkan tenaga ekstra untuk mencerna nya. Sampai akhirnya mereka menemukan akhir pekan di sela-sela mid semester kedua mereka.
“Cepet banget tapi padet banget kegiatan” Gumam Dena
“Iya, rasanya kuliah kali ini lebih cepet,tapi beneran deh diisi sm mata kuliah tambahan, jam ini jam itu bikin gue mumet beneran deh” Gerutu Calista
“Gue butuh refreshing deh, beneran gak bohong gue” Jenny mengacak-acak rambutnya sendiri
“Wah gila nih anak bentar lagi” Gumam Dena sambil mengamati tingkah Jenny
Disisi lain, Fadly, Ray, Haris dan Boni tidak begitu berbeda dengan Dena, Calista dan Jenny yang sedang gusar karena mabuk materi perkuliahan dan jam tambahan yang para professor berikan hampir tiga bulan ini. Mereka juga harus segera mencari judul untuk pembahasan thesis mereka dalam menyelesaikan S2 ini.
Haris berencana ingin mencari bahan thesis mengenai bisnis di dunia medis, ia bahkan sudah menyusun jadwalnya untuk mencari rumah sakit terdekat dengan kampusnya agar mudah melakukan penelitian. Mungkin Haris akan mengajukan Thesis jenis kualitatif,yang latar bekangnya akan fokus pada pertanyaan dan penelitian, akan sedikit waktu liburan yang bisa mereka dapatkan kali ini untuk menyelesaikan pendidikan jenjang magister.

Tunggu kelanjutannya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar