Sabtu, 23 April 2016

Kurcaci cantik Milik Indonesia part 11

Kurcaci cantik Milik Indonesia part 11
By, Ema Widiya

Melbourne
Semester 2
Dena mengetukkan jarinya di atas meja makan, sambil memainkan ponselnya ia senyum-senyum sendiri. Jenny dan Calista menatapnya bergantian, mereka bingung apa yang terjadi dengan sahabat mereka yang satu ini. Setiap akhir pekan Dena juga sering jalan-jalan keluar dan dugaan mereka tentu saja Dena pergi dengan Chris.
“Jen, Ta, gue mau jalan-jalan buat liburan mid semester ini” Ujar Dena
“Kemana? Ikut dong” Rengek Calista
“gue jalan-jalannya bareng Chis, tiga hari berturut-turut kita mau keliling Melbourne” Ucap Dena
“Ya elah , nih anak pacaran mulu” Sambar Jenny
“Ya lumayan, liburan mid semester Cuma satu minggu kan biar bisa kita lebih dekat” Dena melambaikan tangannya lalu masuk ke kamarnya.
“Lu ta? Gak jalan sama Ray?” tanya Jenny
“Mau jalan sih hehe, kita mau nonton Jen. Lu mau ikut ?” tanya Calista
“Gak, makasih” Ucap Jenny jutek, ia pun pergi meninggalkan Calista sendiri di meja makan
“Udah diajak malah nolak” Gumam Calista
“Gue gak mau jadi obat nyamuk lu” Jenny cepat-cepat menjawab Calista
“Eh? Masih nongol aja nih anak” Ujar Calista yang kembali sibuk dengan ponselnya.
Jenny mengambil beberapa buku yang belum selesai ia baca, beberapa ada novel, buku ensiklopedia dan juga ada beberapa buku materi perkuliahan untuk membantunya mencari judul thesis. Selama ia sedang tidak bosan menulis beberapa kerangka untuk bahan thesis nya ia belum mau menyentuh novel yang bisa membuatnya melupakan thesisnya. Jenny mulai mengamati buku petunjuk pembuatan thesis miliknya  dan mulai mencoret-coret kertas yang sudah ia siapkan, sampai akhirnya ia tertidur pulas…
Dena telah bersiap siap dengan style nya yang santai, ia akan mengunjungi beberapa tempat di melbourne siang ini bersama Chris.
“Gue pulang sore kok, tenang aja” Ujar Dena
“Lho, gue juga mau jalannya hari ini” Gumam Calista
“Where are you going?” Tanya Hye Mi
“Imaxx” Jawab Calista
“I want to date” Ucap Dena sambil menyeringai geli
“I want to sleep” Jenny yang sudah menyantap makan siang nya langsung masuk ke kamarnya
“Have fun guys” Ucap Hye Mi sambil mengunyah makanannya
“Okay” Jawab Dena dan Calista serentak
Dena dan Calista pergi dengan kegiatan masing-masing, Hye Mi dan May berencana menonton film di laptop mereka. Jenny yang sedang serius menggarap kerangka thesisnya sedang tidak mau diganggu. Sampai akhirnya ia lelah sendiri, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi sudah bergetar.
“Free?” tanya sebuah suara
“Ya, free sih” jawab Jenny
“Sore ini mau ikut gue ama Boni latihan basket?” tanya Haris
“Boleh juga” Ujar Jenny setuju.
“Ok, gue tunggu di kampus ya, kita main basket asik-asikan aja” Haris menutup telpon nya
Jenny bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke kampus untuk menemui Haris dan Boni yang sedang berlatih basket disana, rambutnya ia ikat ekor kuda. Jenny segera memasang sepatu running nya dan  mengunci pintu lalu pergi berlalu. Di lapangan basket sudah ada Boni, Haris dan beberapa mahasiswa lainnya yang sedang sibuk di sekeliling lapangan untuk sekedar bermain basket secara iseng dan ada juga yang berlatin dengan serius.
“Jen, disini” Ujar Boni sambil melambaikan tangannya
“iya Bon” Jenny berlari kecil mendekati Boni dan Haris
“mau ikut main Jen?” tanya Boni
“Iya nih, bosen gak ada kerjaan”
“Kita main iseng-iseng aja ya Jen” Ujar Haris sambil tersenyum geli
“Ya iya lah, kalo serius juga gue pasti kalah”
“Mau serius atau iseng lu pasti kalah lah” Haris menepuk pundak Boni sambil mengedipkan mata
“wah, ada maksud apaan nih? Mau ngerjain gue ya?” Jenny menunjuk Boni dan Haris secara bergantian.
“Wah, aku ndak ikut-ikut lho” Boni mengangkat kedua tangannya
“Udah yuk buruan main” Haris melemparkan bolas basket tersebut ke arah Boni.
Jenny , Haris dan Boni bermain basket namun seperti dugaan Jenny, kini ia kewalahan mengambil bola yang dioper sana sini oleh Haris dan Boni. Sampai akhirnya ia berhenti dan terduduk di tengah lapangan sambil mendengus kesal.
“Lu bedua pendek dikit kenapa? Sudah kan ngerebut bola nya” Ucap Jenny sambil mengatur nafasnya
“Kecapekan lu?” Goda Haris
“Apaan sih, kalian itu curang tau” Jenny meluruskan kakinya dengan nafas yang tersengal
“Aaah, lumayan juga main sama nih anak Bon” Ucap Haris sambil duduk disebelah Jenny
“Kasihan tuh ris, aku beli minum dulu ya” Boni melenggang pergi untuk membeli minum
“Nih” Haris memberikan sebuah handuk kecil ke Jenny
“Eh? Iya , makasih Ris. Gue lupa bawa handuk” Jenny tertunduk smbil tersenyum
“Tapi itu bekas gue…” Haris tertawa lalu berlari disusul oleh Jenny sambil melemparkan handuk yang sudah ia pakai tadi
“gilak lu, jahat banget bris. Sini lu” Jenny dan Haris masih bermain kejar-kejaran di area lapangan sampai akhirnya Haris menyerah kewalahan.
Libur satu pekan ini sudah berjalan hingga akhir liburan habis, Jenny, Dena, Calista, Haris, Boni,Fadly dan Ray kini kembali disibukkan oleh perkuliahan mereka. Di waktu senggang mereka akan menceritakan pengalaman liburan mereka, terutama Dena yang sibuk menceritakan bagaimana Chris begitu romantis saat mereka jalan-jalan di taman Botanic. Dena menjelaskan betapa menariknya sebuah perpustakaan yang ia kunjungi bersama Chris beberapa hari yang lalu. Sampai akhirnya Dena menceritakan bahwa Chris akan mengajaknya makan malam di akhir semester ini yang berarti Chris mungkin akan serius dengannya.
“Jadi lu mau?” tanya Jenny
“Gue belum jawab, gue bilang wait until this semester end” Dena mendongakkan kepalanya seakan sombong
“Wah gantung nih” Ujar Ray
“Kayak Calista dong, gak gantungin gue lagi” tambahnya
“Ih, kok jadi bawa-bawa gue sih?” tanya Calista
“Jadi, kalian udah..?”
“Udah udah, yuk makan dulu. Gue laper” sambar Haris
“Ih anak satu ini gak bisa banget denger kabar bahagia orang” Ujar Ray manyun…
Setelah menyelesaikan makan siang, mereka kembali berjalan bersama untuk pulang. Fadly memisahkan dirinya dari rombongan, akhir-akhir ini Fadly sering sekali pergi entah kemana tanpa spengetahuan Haris dan yang lainnya.. tapi mereka yakin, Fadly tak mungkin melakukan hal-hal buruk.


Jakarta
Sebuah album foto tergeletak rapi, foto Haris senyumannya yang membuat nyaman orang yang memandang foto tersebut. Sebuah foto terbingkai rapi di sudut kamar bercat Ungu muda, sepasang mata nya mengarah melihat Haris penuh tawa. Haris dan Cleo yang tampak bahagia saat itu kini masih terbingkai rapi di sudut dinding.
Sebuah jemari mencoba menggapai foto tersebut, dengan lembut diusapnya foto itu. Cleo merindukan Haris, Haris yang selalu ingin membuatnya tersenyum bahagia. Ia memandangi wajah Haris yang tertawa bahagia saat merangkulnya di lapangan basket, Haris begitu antusias saat melakukan Three point dan langsung mengguncang badan Cleo seakan ia ingin menunjukkan keberhasilannya itu.
“Ris, gue.. gue kangen lu Ris” Gumamnya
Rahma yang diam-diam ada di belakang Cleo, kini hanya bisa tertegun melihat sahabatnya itu. Ia tau, Cleo sangat merindukan Haris, tapi ia juga menolak untuk bertemu Haris dengan gampangnya. Ia ingin membuat Haris menyesal, tapi ia terlalu jauh berbuat. Ia benar-benar melepaskan Haris, tapi hatinya tetap merindukan Haris untuk ada disampingnya.
Diam-diam Rahma keluar dari kamar itu dan menitikkan air mata nya, ia ingin sekali melihat Haris dan Cleo bersama. Tapi, apakah bisa? Rahma hanya bisa membatin berdoa agar Cleo kembali menghubungi Haris seperti dahulu.
“Rahma, lu kenapa gak?.. lu liat gue nangis ya?” tanya Cleo
“Sorry C, Gue gak sengaja tadi.” Ucap Rahma
“Gak apa-apa kok, eh iya kenapa?” tanya Cleo
“Ini, kata mama lu. Kemarin dokter udah nganjurin lu terapi buat bisa jalan, tapi setelah bisa jalan nanti, lu gak boleh nari atau jalan terlalu jauh” Ujar Rahma
“Mama emang selalu ngeusahain biar gue bisa jalan, tapi mama gak pernah memperhatiin gue.  Sampai-sampai, lu yang diajakin mama buat tinggal disini dan ngejaga gue. Makasih banyak ya Ma” Cleo merentangkan tangannya dan memeluk Rahma
“Sama-sama C, gue gak masalah kok harus ngerawat sahabat gue dari SMP ini” Ucap Rahma
“Eh, ngomong-ngomong dokternya siapa? Rumah Sakit mana dan jadwalnya mulai kapan?” tanya Cleo
“Ehm, tulisannya sih di salah satu Rumah Sakit Melbourne, mulai nya bulan depan pas banget pertengahan bulan C” Rahma membaca tulisan dokter
“Terus rujukannya mana?” tanya Cleo
“Eh iya, bisa diambil tiga hari sebelum berangkat” Ucap Rahma
“Gue bakalan bisa jalan” Gumam Cleo sembari tersenyum
Cleo begitu bersemangat ingin segera menemui dokter yang akan melakukan terapi untuknya, kali ini ia akan bisa berjalan. Dan ia bertekad, jika ia bisa berjalan. Maka ia akan kembali menghubungi Haris.

Melbourne
Haris menggaruk kepalanya sambil membaca beberapa materi yang baru saja ia catat di kampus, satu bulan lagi mereka akan mengikuti ujian akhir semester dua. Boni sibuk melatih essay bahasa inggrisnya agar ia tak mendapat kelas tambahan disaat teman-temannya sibuk menggarap thesis mereka.
Jenny menyusuri perpustakaan seperti biasanya, ia mencari sosok Haris yang biasanya duduk di sudut ruangan perpustakaan. Selagi mata nya mencari, Haris sudah mengagetkannya yang muncul tiba-tiba di hadapannya.
“Cari apa Jen?”
“Cari. Ehm itu buku” Jenny langsung mengambil sembarang buku, ia tak tahu buku apa yang ia ambil. Haris mengikutinya duduk di suduy ruangan.
“How to planting of Rose, mau coba tanam bunga mawar Jen?” Haris mengamati buku yang Jenny pegang
“Eh? Mawar?” tanya Jenny
“Itu buku yang lu pegang?”
“Eh, nggak, ini gue baca-baca doang” Jenny menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Haris tak lupa membawakan dua cangkir minuman seperti biasa, akhir-akhir ini ia dan Jenny suka menghabiskan waktu di perpustakaan entah untuk belajar atau hanya sekedar bertemu dan ngobrol santai karena perpustakaan adalah tempat yang nyaman bagi mereka. Jenny yang sudah terbiasa berbincang dengan Haris yang “asli” mulai merasa nyaman dan membuatnya tak berhenti tersenyum setiap melihat atau mendengar nama Haris.
“Jen, minggu depan udah ujian kan?” tanya Haris
“Iya, ujian akhir terus ambil berkas buat Thesis, kenapa ris?”
“Selesai ujian ntar jalan yuk ke perth?”
“Serius Ris?”
“Iya, mau ajak anak-anak yang lain atau berdua aja?”
“maksud lu? Terserah sih” Kedua pipi Jenny terasa hangat seakan Haris mengajaknya kencan saat ini.
“Yaudah ntar liat keadaan dulu ya Jen?”
“Eh ajak aja yang lain juga Ris, biar seru” entah kenapa Jenny merasa canggung dan takut salah tingkah jika kali ini hanya berdua dengan Haris
Haris mengangguk lalu kembali membaca buku nya, kali ini Jenny benar-benar kehilangan fokus karena Haris terus berada di dekatnya. Haris adalah orang yang sangat bak dan pengertian menurut Jenny, sikap cuek namun perhatiannya membuat Jenny mungkin saat ini adalah “Jatuh Cinta”. ---
Calista membolak balikkan buku catatannya, ia mulai sibuk belajar di temani Ray yang pasti akan iseng mengganggunya. Namun Calista senang-senang saja jika Ray selalu menemaninya seperti ini, ya hitung-hitung sebagai penghapus rasa bosan dan jenuhnya setelah belajar siang ini seharian.
“Ta, boring nih, jalan yuk?” ajak Ray
“No!! besok itu ujian akhir semester Ray. Kamu belajar gih”
“Iya ntar malem deh gue belajar” Ray memainkan rubik yang menemaninya seharian ini
“Belajar sekarang aja Ray” ajak Calista
“Duh ta males, ngantuk” Ray tersenyum sambil menopang dagu di depn Calista
“Ih kan, gue kalah deh kalau lu sok imut gini” Calista mencubit kedua pipi kekasihnya itu
Ray yang terkenal playboy itu pun sebenarnya bukan lah seorang playboy, dia mungkin hanya orang yang mudah akrab dengan banyak orang, sehingga kebanyakan wanita mungkin akan baper dengan perhatian dari Ray.
Ujian akhir semester sudah dimulai, sesuai janjinya, Haris mengajak teman-temannya untuk travelling ke Perth sebagai bayaran refreshing mereka, dan kali ini Dena juga bersedia ikut ditemani Chris yang sudah menempel padanya.
“Oke, Besok lusa kita siap-siap ya buat jalan-jalan liat kangguru?” ajak Haris
“Waah gak sabar gue” Ucap Fadly menggosok kedua tangannya
“Kali ini perjalanan nya agak jauh” Dena menyikut kedua temannya itu yang tersenyum kegirangan
“Tapi sebelum itu gue izin ya pagi nya mau ngajuin surat permohonan penelitian gue” Haris menggaruk kepalanya rasanya ia tidak enak hati
“Santai ris, kita izinin kok. Apa perlu gue temenin?” Tanya Ray
“Gak deh, makasih banget hahaha”
Sontak mereka tertawa puas walau hasil ujian belum keluar, mereka ingin membuat otak mereka tidak memikirkan hal-hal menyangkut ujian dan liburan sebelum penelitian untuk Thesis mereka dimulai.
Melbourne
Hari yang ditunggu sudah tiba, mereka sudah berada di stasiun untuk menaiki bis yang menuju Australia. Jenny sudah tak sabar bertemu dengan kawanan Kangguru yang tentunya ia tak sabar membuat sebuah galeri foto dengan Haris yang mungkin sudah bisa meluluhkan hatinya.
“udah kumpul semua nih?” tanya Ray sambil menggandeng pacarnya
“Ih apaan sih main gandeng aja” Ujar Calista manyun
“Hahaha udah udah yuk kita masuk ke dalem bis” Ajak Dena
“Eh bentar Den” Fadly memeriksa ponselnya yang berdering dari tadi
“Ray, Haris mana?” tanya Jenny
“Gak tau, tadi sih katanya mau nganterin Surat izin penelitian ke RS gitu” Ujar ray sambil mengangkat kedua bahunya
“Guys, sorry banget Haris kayknya gak ikut” Fadly sedikit ragu untuk meneruskan kalimatnya
“Kenapa Fad?” tanya Jenny heran
“Itu.. Anu.. Jen si Haris masih di RS”
“Oh, masih ada urusan? Suruh nyusul aja” Ujar Calista
“atau gak gue tunggu Haris aja, kalian duluan deh” Jenny meyakinkan
“Whats wrong?” tanya Chris
“Haris to be late” Ucap Dena
“Oh my god, where is he?”
“At Hospital, and maybe he’s have many jobs” Dena mengangkat kedua bahunya
“Jen bukan masalahnya beda, ehm.. Haris tadi di sana.. di..”
“Apa ? Haris kenapa Fad?” Jenny mulai panik
“Haris ketemu Cleo dan kayaknya Cleo ngajak Haris bicara” Fadly tak tega melihat raut wajah Jenny
Jenny yang menyadari situasi saat ini bahwa ia menjadi pusat perhatian teman-temannya dengan wajah khawatir sontak ia mengubah ekspresi di raut wajahnya. Ia tersenyum namun senyuman pahit yang ia paksakan.
“Are you okay?” tanya Dena
“Yes, iam. Yuk cabut” Ajak Jenny menggandeng tangan kedua temannya, kini ia duduk bersama Boni yang sibuk melihat jalanan.
Jenny menyandarkan kepalanya ke jendela bis yang ada d sebelah kanan nya, Boni sibuk menunjuk beberapa tempat yang mereka lewati. Namun Jenny tak menghiraukannya, kini ia fokus pada perasaan nya yang entah akan ia sebut apa ini, cemburu? Kecewa? Atau marah? Namun Jenny meyakinkan dirinya sendiri bahwa seharusnya ia tak mempunyai perasaan apa-apa dengan Haris. Ia mulai menundukkan kepalanya dan kini kedua pipinya terasa hangat, rasanya ia ingin berlari ke jalanan, tak ingin meneruskan acara jalan-jalan yang ia buat bersama Haris.
Jenny menangis, ia ingin menangis dengan kencang. Namun keadaannya saat ini membuatnya harus menahan isakan tangisnya, Jenny menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Jenny menangis terisak namun sebisa mungkin ia menyembunyikannya, bahunya berguncang dengan cepat, Fadly menyadari halitu. Boni yang bingung saat itu mau saja diajak Fadly bertukar tempat duduk. Jenny masih tengelam dalam isak tangisnya, ia mencoba menahannya namun sia-sia, ia telah berharap banyak dengan Haris yang selama ini berada disampingnya menjaganya dan menghiburnya.
“Jen? Lu baik-baik aja kan?” Fadly mengusap kepala Jenny dengan lembut
Tak ada jawaban apa pun dari Jenny, bahunya masih berguncang namun kali ini lebih cepat. Fadly bertambah khawatir dengan Jenny yang menangis hampir setengah hari ini, kini Fadly berdiam diri tetap mengusap kelapa gadis cantik disebelahnya ini, Ingin rasanya ia memeluk Jenny dan mendekam tangisnya dalam pelukan, tapi Fadly tak berani melakukan hal sejauh itu.
Jenny mengatur nafasnya, ia telah menangis hampir seharian karena penyesalan perasaan yang ia pendam untuk Haris yang jelas-jelas ia tahu bahwa cowok satu itu takkan pernah bisa melupakan Cleo.
“Fad, Sorry” Ucapnya lirih dengan mata sedikit bengkak
“Minum dulu deh, lu gak salah apa-apa kok. Gue seharusnya tadi gak bilang sama lu” Fadly menyodorkan sebotol air mineral dan tisu
“Gue kayak cewek bego ya?” Jenny bergumam lirih
“Gak Jen, gak ada yang bego. Cuma wak tu aja yang bakal jawab semua doa-doa lu” Fadly berusaha membuat Jenny bangkit.
“Fad, gue.. gue baperan kali ya, gue pikir Haris juga suka sama gue” Jenny tersenym namun pandangannya terlihatb kosong entah ia mungkin mengingat masa liburannya di Jakarta beberapa bulan lalu.
Jenny menatap ke langit dan kembali tersenyum namun matanya kembali berair, ia ingat langit di Melbourne dimana ia berada dalam dekapan Haris yang sedang menangis mengingat kesalahannya pad Cleo. Jenny segera menghapus air mata nya ia seolah sadar bahwa Cleo benar-benar wanita yang beruntung selama ini.
Jenny berfikir lebih dalam, seharusnya ia sadar bahwa seketika saja orang yang pernah ada di hati Haris pasti akan datang lagi dan bisa saja membuat Haris bimbang lagi, tapi Jenny sudah menjatuhkan hatinya, ia tak tahu harus berbuat apa. Tak mungkin ia akan bertanya pada Haris siapakah yanga kan Haris pilih saat itu juga. Cleo yang sudah membuatnya terluka atau Jenny yang berusaha mengobati luka di hatinya?
Tunggu Kelanjutannya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar