Kurcaci cantik Milik Indonesia part 11
By, Ema Widiya
Melbourne
Semester 2
Dena mengetukkan jarinya di
atas meja makan, sambil memainkan ponselnya ia senyum-senyum sendiri. Jenny dan
Calista menatapnya bergantian, mereka bingung apa yang terjadi dengan sahabat
mereka yang satu ini. Setiap akhir pekan Dena juga sering jalan-jalan keluar
dan dugaan mereka tentu saja Dena pergi dengan Chris.
“Jen, Ta, gue mau jalan-jalan
buat liburan mid semester ini” Ujar Dena
“Kemana? Ikut dong” Rengek
Calista
“gue jalan-jalannya bareng
Chis, tiga hari berturut-turut kita mau keliling Melbourne” Ucap Dena
“Ya elah , nih anak pacaran
mulu” Sambar Jenny
“Ya lumayan, liburan mid
semester Cuma satu minggu kan biar bisa kita lebih dekat” Dena melambaikan
tangannya lalu masuk ke kamarnya.
“Lu ta? Gak jalan sama Ray?”
tanya Jenny
“Mau jalan sih hehe, kita mau
nonton Jen. Lu mau ikut ?” tanya Calista
“Gak, makasih” Ucap Jenny
jutek, ia pun pergi meninggalkan Calista sendiri di meja makan
“Udah diajak malah nolak” Gumam
Calista
“Gue gak mau jadi obat nyamuk
lu” Jenny cepat-cepat menjawab Calista
“Eh? Masih nongol aja nih anak”
Ujar Calista yang kembali sibuk dengan ponselnya.
Jenny mengambil beberapa buku
yang belum selesai ia baca, beberapa ada novel, buku ensiklopedia dan juga ada
beberapa buku materi perkuliahan untuk membantunya mencari judul thesis. Selama
ia sedang tidak bosan menulis beberapa kerangka untuk bahan thesis nya ia belum
mau menyentuh novel yang bisa membuatnya melupakan thesisnya. Jenny mulai
mengamati buku petunjuk pembuatan thesis miliknya dan mulai mencoret-coret kertas yang sudah ia
siapkan, sampai akhirnya ia tertidur pulas…
Dena telah bersiap siap dengan
style nya yang santai, ia akan mengunjungi beberapa tempat di melbourne siang
ini bersama Chris.
“Gue pulang sore kok, tenang
aja” Ujar Dena
“Lho, gue juga mau jalannya
hari ini” Gumam Calista
“Where are you going?” Tanya
Hye Mi
“Imaxx” Jawab Calista
“I want to date” Ucap Dena
sambil menyeringai geli
“I want to sleep” Jenny yang
sudah menyantap makan siang nya langsung masuk ke kamarnya
“Have fun guys” Ucap Hye Mi
sambil mengunyah makanannya
“Okay” Jawab Dena dan Calista
serentak
Dena dan Calista pergi dengan
kegiatan masing-masing, Hye Mi dan May berencana menonton film di laptop
mereka. Jenny yang sedang serius menggarap kerangka thesisnya sedang tidak mau
diganggu. Sampai akhirnya ia lelah sendiri, lalu mengambil ponselnya yang
sedari tadi sudah bergetar.
“Free?” tanya sebuah suara
“Ya, free sih” jawab Jenny
“Sore ini mau ikut gue ama Boni
latihan basket?” tanya Haris
“Boleh juga” Ujar Jenny setuju.
“Ok, gue tunggu di kampus ya,
kita main basket asik-asikan aja” Haris menutup telpon nya
Jenny bergegas mengganti
pakaiannya dan pergi ke kampus untuk menemui Haris dan Boni yang sedang
berlatih basket disana, rambutnya ia ikat ekor kuda. Jenny segera memasang
sepatu running nya dan mengunci pintu
lalu pergi berlalu. Di lapangan basket sudah ada Boni, Haris dan beberapa
mahasiswa lainnya yang sedang sibuk di sekeliling lapangan untuk sekedar
bermain basket secara iseng dan ada juga yang berlatin dengan serius.
“Jen, disini” Ujar Boni sambil
melambaikan tangannya
“iya Bon” Jenny berlari kecil
mendekati Boni dan Haris
“mau ikut main Jen?” tanya Boni
“Iya nih, bosen gak ada
kerjaan”
“Kita main iseng-iseng aja ya
Jen” Ujar Haris sambil tersenyum geli
“Ya iya lah, kalo serius juga
gue pasti kalah”
“Mau serius atau iseng lu pasti
kalah lah” Haris menepuk pundak Boni sambil mengedipkan mata
“wah, ada maksud apaan nih? Mau
ngerjain gue ya?” Jenny menunjuk Boni dan Haris secara bergantian.
“Wah, aku ndak ikut-ikut lho”
Boni mengangkat kedua tangannya
“Udah yuk buruan main” Haris
melemparkan bolas basket tersebut ke arah Boni.
Jenny , Haris dan Boni bermain
basket namun seperti dugaan Jenny, kini ia kewalahan mengambil bola yang dioper
sana sini oleh Haris dan Boni. Sampai akhirnya ia berhenti dan terduduk di
tengah lapangan sambil mendengus kesal.
“Lu bedua pendek dikit kenapa?
Sudah kan ngerebut bola nya” Ucap Jenny sambil mengatur nafasnya
“Kecapekan lu?” Goda Haris
“Apaan sih, kalian itu curang
tau” Jenny meluruskan kakinya dengan nafas yang tersengal
“Aaah, lumayan juga main sama
nih anak Bon” Ucap Haris sambil duduk disebelah Jenny
“Kasihan tuh ris, aku beli minum
dulu ya” Boni melenggang pergi untuk membeli minum
“Nih” Haris memberikan sebuah
handuk kecil ke Jenny
“Eh? Iya , makasih Ris. Gue
lupa bawa handuk” Jenny tertunduk smbil tersenyum
“Tapi itu bekas gue…” Haris
tertawa lalu berlari disusul oleh Jenny sambil melemparkan handuk yang sudah ia
pakai tadi
“gilak lu, jahat banget bris.
Sini lu” Jenny dan Haris masih bermain kejar-kejaran di area lapangan sampai
akhirnya Haris menyerah kewalahan.
Libur satu pekan ini sudah
berjalan hingga akhir liburan habis, Jenny, Dena, Calista, Haris, Boni,Fadly
dan Ray kini kembali disibukkan oleh perkuliahan mereka. Di waktu senggang
mereka akan menceritakan pengalaman liburan mereka, terutama Dena yang sibuk
menceritakan bagaimana Chris begitu romantis saat mereka jalan-jalan di taman
Botanic. Dena menjelaskan betapa menariknya sebuah perpustakaan yang ia
kunjungi bersama Chris beberapa hari yang lalu. Sampai akhirnya Dena
menceritakan bahwa Chris akan mengajaknya makan malam di akhir semester ini
yang berarti Chris mungkin akan serius dengannya.
“Jadi lu mau?” tanya Jenny
“Gue belum jawab, gue bilang
wait until this semester end” Dena mendongakkan kepalanya seakan sombong
“Wah gantung nih” Ujar Ray
“Kayak Calista dong, gak
gantungin gue lagi” tambahnya
“Ih, kok jadi bawa-bawa gue sih?”
tanya Calista
“Jadi, kalian udah..?”
“Udah udah, yuk makan dulu. Gue
laper” sambar Haris
“Ih anak satu ini gak bisa
banget denger kabar bahagia orang” Ujar Ray manyun…
Setelah menyelesaikan makan
siang, mereka kembali berjalan bersama untuk pulang. Fadly memisahkan dirinya
dari rombongan, akhir-akhir ini Fadly sering sekali pergi entah kemana tanpa
spengetahuan Haris dan yang lainnya.. tapi mereka yakin, Fadly tak mungkin
melakukan hal-hal buruk.
Jakarta
Sebuah album foto tergeletak
rapi, foto Haris senyumannya yang membuat nyaman orang yang memandang foto
tersebut. Sebuah foto terbingkai rapi di sudut kamar bercat Ungu muda, sepasang
mata nya mengarah melihat Haris penuh tawa. Haris dan Cleo yang tampak bahagia
saat itu kini masih terbingkai rapi di sudut dinding.
Sebuah jemari mencoba menggapai
foto tersebut, dengan lembut diusapnya foto itu. Cleo merindukan Haris, Haris
yang selalu ingin membuatnya tersenyum bahagia. Ia memandangi wajah Haris yang
tertawa bahagia saat merangkulnya di lapangan basket, Haris begitu antusias
saat melakukan Three point dan langsung mengguncang badan Cleo seakan ia ingin
menunjukkan keberhasilannya itu.
“Ris, gue.. gue kangen lu Ris”
Gumamnya
Rahma yang diam-diam ada di
belakang Cleo, kini hanya bisa tertegun melihat sahabatnya itu. Ia tau, Cleo
sangat merindukan Haris, tapi ia juga menolak untuk bertemu Haris dengan
gampangnya. Ia ingin membuat Haris menyesal, tapi ia terlalu jauh berbuat. Ia
benar-benar melepaskan Haris, tapi hatinya tetap merindukan Haris untuk ada
disampingnya.
Diam-diam Rahma keluar dari
kamar itu dan menitikkan air mata nya, ia ingin sekali melihat Haris dan Cleo
bersama. Tapi, apakah bisa? Rahma hanya bisa membatin berdoa agar Cleo kembali
menghubungi Haris seperti dahulu.
“Rahma, lu kenapa gak?.. lu
liat gue nangis ya?” tanya Cleo
“Sorry C, Gue gak sengaja
tadi.” Ucap Rahma
“Gak apa-apa kok, eh iya
kenapa?” tanya Cleo
“Ini, kata mama lu. Kemarin
dokter udah nganjurin lu terapi buat bisa jalan, tapi setelah bisa jalan nanti,
lu gak boleh nari atau jalan terlalu jauh” Ujar Rahma
“Mama emang selalu ngeusahain
biar gue bisa jalan, tapi mama gak pernah memperhatiin gue. Sampai-sampai, lu yang diajakin mama buat
tinggal disini dan ngejaga gue. Makasih banyak ya Ma” Cleo merentangkan
tangannya dan memeluk Rahma
“Sama-sama C, gue gak masalah
kok harus ngerawat sahabat gue dari SMP ini” Ucap Rahma
“Eh, ngomong-ngomong dokternya
siapa? Rumah Sakit mana dan jadwalnya mulai kapan?” tanya Cleo
“Ehm, tulisannya sih di salah
satu Rumah Sakit Melbourne, mulai nya bulan depan pas banget pertengahan bulan
C” Rahma membaca tulisan dokter
“Terus rujukannya mana?” tanya
Cleo
“Eh iya, bisa diambil tiga hari
sebelum berangkat” Ucap Rahma
“Gue bakalan bisa jalan” Gumam
Cleo sembari tersenyum
Cleo begitu bersemangat ingin
segera menemui dokter yang akan melakukan terapi untuknya, kali ini ia akan
bisa berjalan. Dan ia bertekad, jika ia bisa berjalan. Maka ia akan kembali
menghubungi Haris.
Melbourne
Haris menggaruk kepalanya
sambil membaca beberapa materi yang baru saja ia catat di kampus, satu bulan
lagi mereka akan mengikuti ujian akhir semester dua. Boni sibuk melatih essay
bahasa inggrisnya agar ia tak mendapat kelas tambahan disaat teman-temannya
sibuk menggarap thesis mereka.
Jenny menyusuri perpustakaan
seperti biasanya, ia mencari sosok Haris yang biasanya duduk di sudut ruangan
perpustakaan. Selagi mata nya mencari, Haris sudah mengagetkannya yang muncul
tiba-tiba di hadapannya.
“Cari apa Jen?”
“Cari. Ehm itu buku” Jenny
langsung mengambil sembarang buku, ia tak tahu buku apa yang ia ambil. Haris
mengikutinya duduk di suduy ruangan.
“How to planting of Rose, mau
coba tanam bunga mawar Jen?” Haris mengamati buku yang Jenny pegang
“Eh? Mawar?” tanya Jenny
“Itu buku yang lu pegang?”
“Eh, nggak, ini gue baca-baca
doang” Jenny menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Haris tak lupa membawakan dua
cangkir minuman seperti biasa, akhir-akhir ini ia dan Jenny suka menghabiskan
waktu di perpustakaan entah untuk belajar atau hanya sekedar bertemu dan
ngobrol santai karena perpustakaan adalah tempat yang nyaman bagi mereka. Jenny
yang sudah terbiasa berbincang dengan Haris yang “asli” mulai merasa nyaman dan
membuatnya tak berhenti tersenyum setiap melihat atau mendengar nama Haris.
“Jen, minggu depan udah ujian
kan?” tanya Haris
“Iya, ujian akhir terus ambil
berkas buat Thesis, kenapa ris?”
“Selesai ujian ntar jalan yuk
ke perth?”
“Serius Ris?”
“Iya, mau ajak anak-anak yang
lain atau berdua aja?”
“maksud lu? Terserah sih” Kedua
pipi Jenny terasa hangat seakan Haris mengajaknya kencan saat ini.
“Yaudah ntar liat keadaan dulu
ya Jen?”
“Eh ajak aja yang lain juga
Ris, biar seru” entah kenapa Jenny merasa canggung dan takut salah tingkah jika
kali ini hanya berdua dengan Haris
Haris mengangguk lalu kembali
membaca buku nya, kali ini Jenny benar-benar kehilangan fokus karena Haris
terus berada di dekatnya. Haris adalah orang yang sangat bak dan pengertian
menurut Jenny, sikap cuek namun perhatiannya membuat Jenny mungkin saat ini
adalah “Jatuh Cinta”. ---
Calista membolak balikkan buku
catatannya, ia mulai sibuk belajar di temani Ray yang pasti akan iseng
mengganggunya. Namun Calista senang-senang saja jika Ray selalu menemaninya
seperti ini, ya hitung-hitung sebagai penghapus rasa bosan dan jenuhnya setelah
belajar siang ini seharian.
“Ta, boring nih, jalan yuk?”
ajak Ray
“No!! besok itu ujian akhir
semester Ray. Kamu belajar gih”
“Iya ntar malem deh gue
belajar” Ray memainkan rubik yang menemaninya seharian ini
“Belajar sekarang aja Ray” ajak
Calista
“Duh ta males, ngantuk” Ray
tersenyum sambil menopang dagu di depn Calista
“Ih kan, gue kalah deh kalau lu
sok imut gini” Calista mencubit kedua pipi kekasihnya itu
Ray yang terkenal playboy itu
pun sebenarnya bukan lah seorang playboy, dia mungkin hanya orang yang mudah
akrab dengan banyak orang, sehingga kebanyakan wanita mungkin akan baper dengan
perhatian dari Ray.
Ujian akhir semester sudah
dimulai, sesuai janjinya, Haris mengajak teman-temannya untuk travelling ke
Perth sebagai bayaran refreshing mereka, dan kali ini Dena juga bersedia ikut
ditemani Chris yang sudah menempel padanya.
“Oke, Besok lusa kita siap-siap
ya buat jalan-jalan liat kangguru?” ajak Haris
“Waah gak sabar gue” Ucap Fadly
menggosok kedua tangannya
“Kali ini perjalanan nya agak
jauh” Dena menyikut kedua temannya itu yang tersenyum kegirangan
“Tapi sebelum itu gue izin ya
pagi nya mau ngajuin surat permohonan penelitian gue” Haris menggaruk kepalanya
rasanya ia tidak enak hati
“Santai ris, kita izinin kok.
Apa perlu gue temenin?” Tanya Ray
“Gak deh, makasih banget hahaha”
Sontak mereka tertawa puas
walau hasil ujian belum keluar, mereka ingin membuat otak mereka tidak
memikirkan hal-hal menyangkut ujian dan liburan sebelum penelitian untuk Thesis
mereka dimulai.
Melbourne
Hari yang ditunggu sudah tiba,
mereka sudah berada di stasiun untuk menaiki bis yang menuju Australia. Jenny
sudah tak sabar bertemu dengan kawanan Kangguru yang tentunya ia tak sabar
membuat sebuah galeri foto dengan Haris yang mungkin sudah bisa meluluhkan
hatinya.
“udah kumpul semua nih?” tanya
Ray sambil menggandeng pacarnya
“Ih apaan sih main gandeng aja”
Ujar Calista manyun
“Hahaha udah udah yuk kita
masuk ke dalem bis” Ajak Dena
“Eh bentar Den” Fadly memeriksa
ponselnya yang berdering dari tadi
“Ray, Haris mana?” tanya Jenny
“Gak tau, tadi sih katanya mau
nganterin Surat izin penelitian ke RS gitu” Ujar ray sambil mengangkat kedua
bahunya
“Guys, sorry banget Haris
kayknya gak ikut” Fadly sedikit ragu untuk meneruskan kalimatnya
“Kenapa Fad?” tanya Jenny heran
“Itu.. Anu.. Jen si Haris masih
di RS”
“Oh, masih ada urusan? Suruh nyusul
aja” Ujar Calista
“atau gak gue tunggu Haris aja,
kalian duluan deh” Jenny meyakinkan
“Whats wrong?” tanya Chris
“Haris to be late” Ucap Dena
“Oh my god, where is he?”
“At Hospital, and maybe he’s
have many jobs” Dena mengangkat kedua bahunya
“Jen bukan masalahnya beda,
ehm.. Haris tadi di sana.. di..”
“Apa ? Haris kenapa Fad?” Jenny
mulai panik
“Haris ketemu Cleo dan kayaknya
Cleo ngajak Haris bicara” Fadly tak tega melihat raut wajah Jenny
Jenny yang menyadari situasi
saat ini bahwa ia menjadi pusat perhatian teman-temannya dengan wajah khawatir
sontak ia mengubah ekspresi di raut wajahnya. Ia tersenyum namun senyuman pahit
yang ia paksakan.
“Are you okay?” tanya Dena
“Yes, iam. Yuk cabut” Ajak
Jenny menggandeng tangan kedua temannya, kini ia duduk bersama Boni yang sibuk
melihat jalanan.
Jenny menyandarkan kepalanya ke
jendela bis yang ada d sebelah kanan nya, Boni sibuk menunjuk beberapa tempat
yang mereka lewati. Namun Jenny tak menghiraukannya, kini ia fokus pada
perasaan nya yang entah akan ia sebut apa ini, cemburu? Kecewa? Atau marah? Namun
Jenny meyakinkan dirinya sendiri bahwa seharusnya ia tak mempunyai perasaan apa-apa
dengan Haris. Ia mulai menundukkan kepalanya dan kini kedua pipinya terasa
hangat, rasanya ia ingin berlari ke jalanan, tak ingin meneruskan acara
jalan-jalan yang ia buat bersama Haris.
Jenny menangis, ia ingin
menangis dengan kencang. Namun keadaannya saat ini membuatnya harus menahan
isakan tangisnya, Jenny menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Jenny
menangis terisak namun sebisa mungkin ia menyembunyikannya, bahunya berguncang
dengan cepat, Fadly menyadari halitu. Boni yang bingung saat itu mau saja
diajak Fadly bertukar tempat duduk. Jenny masih tengelam dalam isak tangisnya,
ia mencoba menahannya namun sia-sia, ia telah berharap banyak dengan Haris yang
selama ini berada disampingnya menjaganya dan menghiburnya.
“Jen? Lu baik-baik aja kan?”
Fadly mengusap kepala Jenny dengan lembut
Tak ada jawaban apa pun dari
Jenny, bahunya masih berguncang namun kali ini lebih cepat. Fadly bertambah
khawatir dengan Jenny yang menangis hampir setengah hari ini, kini Fadly
berdiam diri tetap mengusap kelapa gadis cantik disebelahnya ini, Ingin rasanya
ia memeluk Jenny dan mendekam tangisnya dalam pelukan, tapi Fadly tak berani
melakukan hal sejauh itu.
Jenny mengatur nafasnya, ia
telah menangis hampir seharian karena penyesalan perasaan yang ia pendam untuk
Haris yang jelas-jelas ia tahu bahwa cowok satu itu takkan pernah bisa
melupakan Cleo.
“Fad, Sorry” Ucapnya lirih
dengan mata sedikit bengkak
“Minum dulu deh, lu gak salah
apa-apa kok. Gue seharusnya tadi gak bilang sama lu” Fadly menyodorkan sebotol
air mineral dan tisu
“Gue kayak cewek bego ya?”
Jenny bergumam lirih
“Gak Jen, gak ada yang bego. Cuma
wak tu aja yang bakal jawab semua doa-doa lu” Fadly berusaha membuat Jenny
bangkit.
“Fad, gue.. gue baperan kali
ya, gue pikir Haris juga suka sama gue” Jenny tersenym namun pandangannya
terlihatb kosong entah ia mungkin mengingat masa liburannya di Jakarta beberapa
bulan lalu.
Jenny menatap ke langit dan
kembali tersenyum namun matanya kembali berair, ia ingat langit di Melbourne
dimana ia berada dalam dekapan Haris yang sedang menangis mengingat
kesalahannya pad Cleo. Jenny segera menghapus air mata nya ia seolah sadar
bahwa Cleo benar-benar wanita yang beruntung selama ini.
Jenny berfikir lebih dalam,
seharusnya ia sadar bahwa seketika saja orang yang pernah ada di hati Haris
pasti akan datang lagi dan bisa saja membuat Haris bimbang lagi, tapi Jenny
sudah menjatuhkan hatinya, ia tak tahu harus berbuat apa. Tak mungkin ia akan
bertanya pada Haris siapakah yanga kan Haris pilih saat itu juga. Cleo yang
sudah membuatnya terluka atau Jenny yang berusaha mengobati luka di hatinya?
Tunggu Kelanjutannya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar