Sabtu, 09 April 2016

Kurcaci Cantik Milik Indonesia part 8

Kurcaci cantik milik Indonesia part 8
karya Ema Widiya


Minggu ke tiga di bulan ke 5
Australia, Melbourne
St.Kilda
Seperti yang sudah direncanakan Dena dan Calista, mereka mengajak Fadly, Ray, Haris dan Boni untuk datang ke  acara pertunangan Aldo dan Gita kali ini. Karena ulah Jenny yang mungkin bicara seenaknya saja saat hatinya hancur.
“Udah siap nih?” Tanya Dena
“Udah” Ucap Calista sambil membetulkan make up nya
“Jen, buruan gih keluar” Dena mengetuk pintu kamar Jenny
“Iya-iya bentar , lagi benerin rambut” Jenny mengikat setengah rambutnya dan sisanya ia biarkan terjuntai rapi
“Sini deh” Calista mengambil alat pengeriting rambut dan mulai melilitkan sisa rambut Jenny yang tak ia ikat.
“Kan kece kalau di keriting gantung gini, bergelombang gimana gitu” Calista selesai dengan alat dandannya dan rambut Jenny
“Waaah cantik juga nih anak” Goda Dena sambil menggaet tangan Jenny
“Apaan sih Den” Jenny menatap dirinya di depan cermin, kali ini ia mengenakan baju berlengan panjang dengan model brukat berwarna putih, di padukan dengan rok lembut berwarna biru laut. Ia memakai highheels milik Calista.
“Pinjem dulu ya ta” Ucap Jenny sambil memasang heels tersebut
“Lu sih, bawa sneakers tiga. Tapi gak bawa heels satu pun “ Gerutu Calista sambil tersenyum
“Hahaha, kan gue gak begitu suka pakai Heels Ta” Balas Jenny
“Udah yuk, buruan turun” Ajak Dena yang sudah menunggu di depan pintu
Mereka turun dengan hati-hati, ternyata di lobby sudah ada empat pangeran yang menunggu mereka. Setelan mereka pun sama dengan jas hitam, dan celana hitam tapi tidak terlalu formal. Kemaja mereka saja yang berbeda warna, Boni dengan kemeja merah tua, Fadly dengan kemeja Biru tua, Haris dengan Kemeja Hitam, dan Ray dengan kemeja pink sesuai permintaan Calista agar warna baju mereka sama.
“eeh udah rame aja” Gumam Jenny sambil mengerutkan Dahi
“Nah, kali ini kita naik taksi ya? Kan gak lucu mau kondangan tapi naik shuttle” Ucap Dena yang membuat mereka serentak tertawa.
Dua buah taksi sudah bertengger menunggu para penumpangnya ini, lalu Dena menggumamkan alamat tempat tujuan mereka. Lalu memberikan instruksi kepada yang lain untuk segera menaiki taksi.
Selang beberapa menit, mungkin sekitar 30 menit mereka sudah masuk ke tempat tujuan mereka. Pesta yang bertema outdoor ini sangat mengagumkan, jalanan St.Kilda dipinggir lautan membuat acara semakin menakjubkan dan dibuat beberapa tempat seperti garden party. Banyak sekali meja-meja tertata rapi yang siap untuk diduduki para tamu undangan.
Tak hanya orang Indonesia ada juga beberapa bule yang tak mereka kenal datang di acara itu, mungkin rekan kerja Aldo. Orang-orang sibuk mengobrol dengan sepasang kekasih yang telah menanti kebahagiaan mereka hari ini. Ada juga yang mengobrol dengan satu sama lain sambil memegang gelas minuman mereka.
Makanan yang disediakanpun tak kalah banyak dari tamu yang hadir, bahkan ada es yang di bentuk dengan huruf A dan G di dalam sebuah mangkuk kaca yang besar. Sungguh manis pesta kali ini. Dena dan yang lainnya berjalan mendekati Gita dan Aldo yang berdiri di depan sambil tersenyum ramah ke para tamu undangan.
“Gitaaaaaa” Teriak Dena yang merupakan teman satu SMA nya.
“Dena!!! Ih cantik banget” Ujar Gita langsung membalas pelukan Dena
“Ah, lu lebih cantik kok” Dena melepaskan pelukannya lalu menoleh kebelakang
“Waah bawa paukan nih” Ujar Aldo
“Iya nih kak, ini ada Ray, Fadly, Boni dan Haris” Dena mengenalkan empat cowok itu. Aldo bersalaman dengan mereka lalu mereka saling melempar senyum.
“Ih, kak Aldo makin ganteng nih” Ucap Calista sambil sedikit meringis
“Hahaha bisa aja kamu ta” Sahut Aldo sambil sedikit menoleh ke belakang Calista
“Eh itu Jenny ya?” tanya Aldo
“Eh, iya kak. Ini aku” Jenny melangkah keluar dari balik Calista
“Wah, cantik banget Jen” Ujar Aldo sambil tersenyum
“eh?iya makasih kak. Selamat ya kak” Jenny melemparkan senyumnya ke aldo dan menyalami tangan Gita dan Aldo.
“Yaudah, dicicipin gih makanan nya” Ujar Gita sambil menunjuk meja panjang yang menyediakan berbagai jenis makanan diatas nya.
“Eh, Jen.. jadi yang mana nih pasangan lu?” Gita menarik tangan Jenny yang ingin pergi menuju meja hidangan.
“Eh?? Gue? Ehm.. itu dia yang itu” Jenny menunjuk kearah empat cowok yang datang bersama mereka.
“Yang mana? Ada empat lho” tanya gita penasaran
“Eh,, itu ta. Yang paling tinggi” Jenny menggaruk kepala nya lalu sambil tersenyum pahit
“Oh, si Haris itu ya? Ya ampun lucu ya . kalo udah cocok buruan deh merit” Ucap Gita sambil menyenggol pundak Jenny
“Hahaha, iya iya lucu. Eh gue mau ambil makanan dulu ya” Jenny segera berlari kecil dan menuju meja hidangan.
“Gila ya, terserah deh mau ngomong apa gita sama kak aldo ntar” Gerutu Jenny
Sambil menikmati hidangan pembuka, para tamu undangan dipersilahkan duduk karena acara pertunangan itu akan segera dimulai. Gita dan Aldo disandingkan di depan para tamu undangan. Ada juga kedua orang tua mereka yang terlihat bahagia melihat kedua anak mereka yang akan segera menciptakan keluarga kecil mereka yang baru. Lantunan music piano terdengar mengiringi prosesi tukar cincin dari sepasang kekasih itu. Acara yang haru namun membahagiakan. Jenny sempat menitikkan airmata nya, ia bahagia melihat Aldo dan gita yang sama-sama tersenyum bahagia didepan sana. Setelah prosesi tukar cincin, selanjutnya mereka memberikan kesempatan kepada tamu undangan untuk berfoto bersama dan menikmati menu makan siang yang sudah disiapkan.
“Ya ampun, suasana nya romantic banget ya” Ujar Calista
“Iya yah, nanti kita gini juga?” tanya Ray sambil tersenyum genit
“Idiih he-er banget lu” Ujar Fadly
“Kan Calista bakalan sama gue ntar bro” Ray menepuk pundak Fadly sambil menatap Calista
“Ih apaan sih, geli tauk dengernya” Ucap Calista sambil mengangkat kedua bahu nya
“Hahaha, udah deh. Jodoh mah siapa yang tau” Sambar Haris
“Eh, dia ngomong tumben bener” Tambah Ray
“Gila lu, tega sama temen sendiri” Jawab Haris lalu mereka berjalan menuju meja yang menyediakan makan siang.
“Ihi kalau lebih, aku mau bawa pulang” Ujar Boni yang memecahkan keheningan diantara mereka. Sontak saja mereka tertawa mendengar pernyataan Boni itu
“Wah boleh juga Bon, irit ya” Tambah Ray
“Kita juga mau bungkus nih?” Dena tertawa geli saat mengucapkannya
“Boleh juga nih, pengiritan“ Jenny menambahkan
“Ih, lu pada ya mau ngirit semua. Udah sikat aja semua nya” Fadly ikut menambahkan gurauan.
“Udah-udah yuk makan dulu gih” Ajak Dena
Setelah menikmati makan siang kali itu, mereka menyempatkan untuk mengobrol dengan para tamu lain yang mereka kenal. Ada beberapa tamu yang merupakan salah satu alumni kampus mereka dulu. Sambil bertegur sapa dan saling menanyakan kabar, mereka larut dlam acara yang santai namun juga khitmat itu.
Jenny duduk di salah satu kursi tamu yang memang sudah disiapkan, kali ini sambil memijat pergelangan kakinya perlahan. Dengan sedikit meringis, Jenny mengamati pergelangan kakinya yang masih dibalut perban karena terkhilir beberapa hari yang lalu.
“Masih sakit?”
Jenny mengangkat kepala nya dan mendapati Haris yang sedang sedikit merunduk untuk melihat pergelangan kakinya.
“Lumayan, tapi gak sakit-sakit amat” Jenny mengelus perban yang membaluti pergelangan kakinya.
“Mau ikut gue gak?” tanya Haris
“Kemana?”
“Ngilang” Haris tersenyum jahil
“Apaan sih gak jelas banget ris, serius ih” Jenny mengerutkan dahinya
“Iya , kita ngilang dari pestanya Aldo dan Gita” Jelas Haris
“Hm, boleh juga” Jenny mengangkan jempolnya tanda setuju.
Lalu haris dan Jenny berjalan mengendap-ngendap diantara kerumunan tamu, tanpa berpamitan dengan yang punya pesta. Haris mengajak Jenny menaiki taksi dan menuju Williamstown, langit sudah menunjukkan warna senja nya. Haris dan Jenny berjalan menuju Forster street menuju Esplanade.Sesampai di Esplanade, mereka berdua duduk-duduk di pantainya yang berpasir putih halus sambil melihat burung-burung camar yang berenang-renang disekitar tempat itu.
Pantainya sepi sekali hanya mereka berdua yang ada disana, burung-burung camar dan matahari yang sebentar lagi terbenam. Benar-benar momen yang sempurna untuk menutup hari, sore yang tenang di pantai yang tenang. Haris mengajak Jenny untuk berjalan menikmati pesisir pantai, Jenny pun berdiri dan menyetujuinya. Namun pergelangan kakinya tak bisa seantusias dirinya, berjalan dari foster street ke esplanade membuat pergelangan kakinya sedikit bertambah sakit. Bukan hanya pergelangan kakinya, mungkin hatinya ikut merasakan kesakitan saat ini.

“Jen, lu gak kenapa-napa?” Tanya Haris
“Gak.. ya gak sedikit kenapa-napa. Gue gue sakit ris”
“Udah Jen, mungkin Aldo emang bukan yang terbaik buat lu..”
“Gue bahagia kok udah sempet jatuh cinta sama kak Aldo” air matanya kini membasahi pipi, sadar akan hal itu. Cepat-cepat Jenny menghapus air mata nya
“Kenapa Jen? Sakit banget ya ?” Haris memegangi tangan Jenny agar gadis mungil itu tak jatuh.
“Iya nih, kayaknya gara-gara kebanyakan jalan” ujar Jenny sambil memalingkan muka dan mengamati pergelangan kakinya itu
“Lu sih kebanyakan gaya pake heels” Ujar Haris yang membaca situasi dengan cepat, ia mengalihkan pembicaraan yang sempat membuat Jenny menangis.
“Ih apaan sih malah ngeledek” rengek Jenny
“Gue tinggal ya, gue duluan byee” Haris melambaikan tangannya, sontak saja Jenny mencoba berlari mengejar Haris yang tertawa puas
“Harriiisss tungguin dong” Teriak Jenny yang hampir saja terjatuh, namun dengan cepat Haris menangkap tangannya.
“Lu gak apa Jen?”
“Gak apa ris”
“Beneran? Becanda gue kelewatan lagi ya?” tanya Haris khawatir
“Gak kok Ris, kenapa sih? Gue juga kan jatuh sendiri. Bukan karena lu”
“Lu jatuh gara-gara gue Jen, maaf banget ya”
“Ris, udah lah. Gak usah gitu deh, gue jadi gak enak nih” Jenny menatap Haris penuh tanya.
“Hmm.. yaudah deh, gini aja” Haris menopang dagunya sambil berfikir lalu yang membuat Jenny bingung dan kaget adalah Haris yang tiba-tiba melepaskan jasnya kemudian melingkarkannya ke pinggul Jenny dan mengikatnya di bagian depan,Haris menggulung sebagian lengan kemejanya. Haris berlutut di depan Jenny, melepaskan heels yang bertengger  di kaki Jenny kemudian barulah Haris membalikkan badannya, ia berlutut membelakangi Jenny.
“Ngapain lu?” tanya Jenny
“Naik gih” Ucap Haris sambil menunjuk punggung nya
“Tapi ris..”
“Udah naik aja, berat lu gak seberapa kok” Ucap Haris sambil tertawa
Jenny menaiki punggung Haris yang lebar itu lalu haris berdiri sambil menggendong Jenny, beberapa saat Jenny hanya bisa terdiam menikmati wanginya parfum milik Haris yang tercium dengan jelas oleh Jenny. Tengkuk lehernya menyibakkan aroma yang membuat Jenny nyaman untuk mencium wangi tersebut.
“Ris” Panggil Jenny
“Hm?”
“Makasih ya”
“Buat?”
“Semuanya”
Hening diantara mereka, sambil menyusuri pantai dikala sore itu. Matahari mulai menenggelamkan diri, sebuah pemandangan yang sangat indah untuk dilihat. Haris mengagumi sang surya yang kini kembali ke tempatnya, langit dengan irama warna yang senada dengan senja kala itu membuat sang surya nampak lebih indah.
Williams Town














“Aaah cantiknya” Ujar Jenny
“Cantikkan matahari kan dari pada lu” Haris menambahkan
“Ih apaan sih lu” Jenny memukul lembut pundak milik cowok berbadan kekar ini.
“Hahaha gue jujur kali jen” Ucap Haris sambil tertawa
“Udah gih jalan keluar , biar cepet dapet taksi”
Haris berjalan menuju Jalan raya yang kini sudah disinari lampu jalan yang terang, ia melihat sisi kanan dan kiri sambil tangannya menggendong Jenny yang sekarang bersandar di pundaknya. Haris sudah berjalan kaki cukup jauh dan sempat menaiki shuttle untuk sampai ke daerah Federation Square. Terletak persis di belakang Federation Square, Federation Wharf ini merupakan tempat yang ideal untuk sekedar bersantai menikmati keindahan sungai Yarra dan Melbourne Waterfront di waktu malam.
Di sepanjang pinggiran sungainya terdapat tempat untuk duduk-duduk dan jalur untuk jalan kaki, bersepeda dan berolahraga, Haris memilih untuk duduk-duduk sebentar menikmati pemandangan yang ada di sekitaran sana. Jenny yang tertidur dibahunya segera sadar saat Haris menindahkannya untuk duduk disampingnya, matanya mengerjap seakan ia melihat pemandangan yang paling mengesankan untuknya, yaitu pantulan gemerlap lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi di sepanjang sungai Yarra dipadu dengan lampu-lampu dari jembatan Princess Bridge.
Melbourne Waterfront











“Ris, kok gak bangunin gue? Terus kok gak langsung pulang naik taksi?” tanya Jenny
“Lumayan Jen, liat pemandangan dulu” Ujar Haris
“Udah mau jam tujuh nih” Gumam Jenny
“Udah Laper?” tanya Haris
“Hm, lumayan sih.”
“Nanti aja kita cari makan ya?” tanya Haris
“Makan mie instan aja di minimarket” Ujar Jenny bersemangat
“Oke” Haris menganguk setuju
“Ris, kenapa sih lu tiap becanda kadang suka khawatir?” tanya Jenny hati-hati
“Gue trauma sama becandaan gue Jen” Haris menjawabnya, namun dengan suara agak parau. Tenggorokkannya tercekat mengingat masa lalu yang disesalinya.
“Sorry, kayaknya gue gak seharusnya nanya” Jenny menggaruk kepalanya., ia merasa bersalah telah bertanya kepada Haris.
“Gak apa kok Jen, gue bakal certain ini ke lu” Ujar Haris.
Haris pun mulai menceritakan bagaimana sosok seorang gadis yang ia cintai sekarang tak bisa mencapai mimpinya karena gurauannya yang membawa petaka. Saat Haris masih mengejar pendidikan S1 nya, ia mempunyai pacar bernama Cleo. Seorang gadis yang mengikuti organisasi tari di kampus, Haris sangat menyayangi Cleo. Sampai suatu saat hubungan yang mereka jalani lebih dari satu tahun itu kandas karena kesalahan Haris yang bercanda dengan kekasihnya itu.
Hari itu hari ulang tahun Cleo, dimana ia mendapatkan banyak kejutan. Mulai dari ia terpilih untuk mewakili kampusnya melakukan lomba tari di Malaysia sampai kejutan kecil dari Haris. Keisengan Haris yang tak diduganya membuatnya ingin membalas Haris dengan memberikan sebagian tepung dan telur yang sudah lengket di tubuhnya. Haris mengajak teman-teman basketnya untuk menbgerjai kekasihnya itu di sekitaran jalan raya, alhasil Haris harus berlari dari Kejaran Cleo.
Mengingat itu semua Haris tertuduk tak dapat membayangkan semua kesalahannya, saat ia berlari diiringi tawanya dan tawa Cleo. Sebuah mobil tak sengaja menyambar Cleo yang menyebrangi jalan dengan niat mengejar Haris yang sudah menunggunya di sebrang. Cleo yang sibuk dengan tawa nya tak menyadari adanya kendaraan yang datang dari arah lain, kakinya tergelincir sampai tertindih salah satu ban mobil. Ia mengerang dan menangis,selang beberapa waktu Cleo hanya bisa menangis dan menangis di rumah sakit. Haris masuk ke ruangan tempat Cleo dirawat, ia menangis di depan Cleo berusaha meminta maaf. Ia benar-benar merasa bersalah terhadap Cleo.
“C, maafin gue” Haris bersimpuh di samping Cleo dengan mata yang sudah basah
“Kamu sengaja kan ris? Kamu mau aku emang kayak ginin kan?” Cleo menatap pergelangan kakinya yang divonis patah oleh sang dokter
“C, gue bener-bener gak tau apa yang terjadi tadi”
“Gak tau? Tapi lu gak nolongin gue? Lu Cuma berdiri natap gue, dan yang nolongin gue Cuma Fadly sama Ray” Kali ini Cleo sedikit mengeraskan suara nya
“Gue gak bisa ikut lomba ris, mimpi gue hilang. Dan lu masih bisa main basket” Cleo menatapnya seolah ia melihat sesuatu yang menjijikan
“Tapi C, gue lagi becanda dan gak tau bakal kecelakaan kayak gitu. Gue takut buat ngeliat lu jatuh. Gue takut C, gue gak berani ngeliat lu yang kesakitan tadi” Jelas Haris, kali ini ia benar-benar menangis di depan kekasihnya itu
“Ris, cukup ya. Candaan lu itu bakaln bawa masalah, jadi lebih baik lu gak usah punya temen sekalian” Cleo melemparkan bunga yang Haris letakkan di pangkuannya
“Pergi lu dari sini, gue gak mau liat muka lu lagi. Lu dan candaan lu adalah hal yang gue sesali, gue nyesel udah mau sama lu” Cleo menangis kencang, ia memeluk teman satu tim tari nya yang kini akan merawatnya.
“C, maafin gue” Sambil memungut bunga yang berjatuhan, Haris keluar dari ruangan itu. Ia tetap inginmnejenguk Cleo di hari-hari berikutnya sampai Cleo sudah bisa keluar dari rumah sakit dan kini menggunakan kursi roda, Haris tetap berusaha menjenguknya. Namun yang ia dapat hanya makian dan makian.
“Ris, lu gak apa?” Tanya Jenny lembut, menyadarkan Haris
“Iya, sorry Jen, gue gue bener-bener kalap kalo udah becanda. Jadi gue takut kehilangan teman, sahabat bahkan keluarga gue gara-gara becandaan gue”
“Ris, yang salah itu bukan becandaan lu. Sebenernya gak ada yang perlu disalahin, itu kecelakaan Ris. Termasuk kaki gue yang terkhirir ini juga kecelakaan, bukan karena becandaan atau emosi orang lain” Jenny menceritakan saat ia ditinggalkan oleh Fadly malam itu.
“Tapi Jen, Cleo bilang..”
“Ris, kita gak tau apa yang bakal terjadi nanti. Mungkin karena saat itu lu yang sedang sama Cleo, jadi emosinya tertuju ke lu” Jenny menatap Haris yang masih tertunduk lesu
“Come on,gue rasa lu bukan Haris yang dingin dan jutek, guerasa lu adalah Haris yang penuh kasih sayang dan humoris” Kali ini Haris tak kuasa menahan tangisnya, sebenarnya ia malu. Maka dari itu ia menarik Jenny dan memeluknya, sontak saja Jenny kaget dan ingin melepaskan pelukan itu. Namun haris lebih kuat dan lbih besar darinya.
“Gue gak mau keliatan lemah Jen” Haris menggumam yang membuat Jenny mengerti maksud Haris itu.
Malam itu, Haris menangis bersembunyi di balik tubuh mungil Jenny. Selang beberapa menit, Haris mengatur nafasnya dan kembali menatap Jenny yang sepertinya sudah kaku setelah ia peluk untuk melindungi diri.
“Laper ris” Jenny menyeringai sambil menunjukkan jam tangannya
“Jam delapan ya, yuk cari taksi” Haris kembali menggendong Jenny dan sekaligus menutupi agar Jenny tak melihat matanya yang masih merah sehabis menangis.
Malam itu hening di dalam taksi sampai akhirnya Haris dan Jenny memilih mini market di dekat kampus mereka untuk memakan semangkuk mie instan disana. Jenny tersenyum senang telah mengurangu beberapa beban Haris.
“Jen makasih ya” Ucap Haris
“Sama-sama Ris” Jenny kembali melahap makannya
Malam itu agak sedikit dingin, atau mungkin karena suasana yang baru saja terjadi diantara mereka membuat hawa nya menjadi sedikit dingin. Malam itu bintang sepertinya ingin menghibur Haris dan Jenny juga. Dalam diam Jenny membatin, apakan langit di Melbourne sama dengan langit Jakarta???

Tunggu Kelanjutannya J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar