Sabtu, 02 April 2016

Kurcaci cantik milik Indonesia part 5

Kurcaci Cantik Milik Indonesia part 5
Karya Ema Widiya

Day 23
Sesuai janjinya, Haris hari ini akan pergi jalan-jalan dengan teman-temannya. Mengarungi tempat-tempat yang  menarik di sekitaran Melbourne, dengan seorang tourgaet mereka yang sudah lumayan sering jalan-jalan ke luar negeri. Dena hari ini bertugas menjadi gaet yang harus bisa diandalkan teman-temannya.
 “Udah ready nih?” tanya Dena
“Udah dong pastinya” Sahut Jenny dan Calista
“Sayang banget gak bisa ikut kalian” Gumam Hye Mi yang harus berlatih untuk kuisnya besok
“Fighting Hye Mi sayang” Jenny merangkul Hye Mi
“Nanti kita bawain oleh-oleh” janji May pada Hye Mi
“ Iam Waiting for you all” Jawab Hye Mi
“See you soon honey” Calista mencubit pipi Hye Mi lalu melambaikan tangannya diiringi dengan suara pintu yang tertutup.
Sesuai rencana yang sudah di beritahukan, para cowok telah menunggu di sebrang jalan tempat apartemen para cewek berada. Seperti biasa, yang paling mencolok adalah Haris di antara para cowok. Mantan pemain basket ini menunjukkan wajah datarnya, Jenny sampai bingung saat ia mengingat raut senyum Haris kemarin sepertinya adalah hantu Haris.
“Oiiiii kita disini” Teriak Boni
“Iya Bon” Dena melambaikan tangannya
“Okey, udah kumpul semua ya” Ucap Dena
“Kita mau kemana dulu nih?” tanya Ray yang sudah tak sabar
“oke,  kita bakalan naik Melbourne Visitor Shuttle” Ucap Dena
Suhu udara pagi ini berkisar 13 derajat Celcius, dinginnya tau sendiri kan gimana. Mereka memanfaatkan Melbourne Visitor Shuttle, bis hop on hop off untuk berkeliling seputaran kota Melbourne. Mereka menuju Fed Square tempat dimana Melbourne Visitor Centre berada. Lalu membeli tiket Melbourne Visitor Shuttlenya disana.
“Terus kita berhenti dimana Den? “ Tanya Calista yang melihat tempat pemberhentian selanjutnya
“ Fitzroy Gardens, salah satu taman terindah di Melbourne, gue jamin kalian bakalan suka sama tamannya” Dena menjelaskan dengan antusias
Benar kata Dena, taman ini sangat luas dan menakjubkan. Jenny yang sigap dengan kameranya langsung mengabadikan setiap sudut yang ia anggap istimewa. Didalam taman seluas 26 hektar ini terdapat Cooks’ Cottage , didalamnya juga terdapat berbagai perabotan dari abad ke 18. Taman di luar pondok ini juga ditanami tumbuh-tumbuhan dan tanaman obat yang sering digunakan pada masa itu. Mereka membuat 4 kelompok terpisah untuk menyusuri taman ini, dan pastinya Ray sudah mengajak Calista untuk berdua, Fadly dan Boni, Dena dan May tentu saja Jenny harus terima jika ia dipasangkan menjelajahi taman ini dengan Haris.
“Haris, tolong fotoin dong” Ucap Jenny
“Ntar jadi peri Lu” Ucap Haris
Jenny terkikik geli mendengar ucapan Haris, karena Jenny akan mengambil foto disekitaran Fairies’ Tree. Sebuah pohon mati yang dibatangnya terdapat ukiran peri, orang kerdil, kurcaci, koala, rubah terbang dan berbagai binatang dan burung khas Australia. Sepintas memang tidak ada yang istimewa dari pohon ini kecuali bahwa pohon ini telah berusia 300 tahun.
“Eh cocok deh lu foto disana Jen” Kali ini Haris sedikit tertawa setelah mencoba zoom gambar yang telah berhasil ia bidik.
“Ehh? Kok gitu?” tanya Jenny
“Iya, kurcaci sama kurcaci. Akhirnya lu ketemu keluarga” tawa Haris pecah sambil menunjukkan sebuah foto gambar kurcaci.
“HAARRIIISSSS” Jenny memberikan sebuah pukulan keras ke lengan Haris, namun Haris tetap saja tertawa.
“Hahaha, sorry-sorry abisnya lucu banget nih. Beneran deh” Haris memicingkan matanya menatap Jenny dan gambar kurcaci itu bergantian
“Ngambek nih gue ngambek” Ancam Jenny
“Iya deh iya gak lagi. Yaudah foto aja dulu yuk”
 Dekat sekali dengan pohon Fairies’ Tree terdapat Tudor Village, sebuah miniatur desa Inggris. Jenny dan Haris berfoto disana dengan bantuan turis lain, Kampung Tudor ini terdiri dari kumpulan berbagai macam cottage seperti gereja, sekolah, hotel, kandang dan beberapa fasilitas umum.
“Eh, Ada juga model rumah Shakespeare dan istrinya Anne Hathaway ternyata” Gumam Jenny yang langsung membidikkan kameranya.
“Suka baca Shakespeare juga Jen?” tanya Haris
“Lumayanlah, tapi gak begitu tergila-gila” Ucap Jenny yang masih fokus dengan kameranya
Di tempat lain, Dena dan May begitu asyik selfie bersama Fadly dan Boni dengan gaya lucu mereka. Disinilah Boni kembali dikerjai oleh Fadly untuk meminta berfoto bersama dengan turis lain.
“Hello sir?” Ucap Boni
“Yes? May I help you?” tanya turis tersebut
“Yes. Do you know? This is ?” Boni menunjuk kameranya
“I want to clicking clicking together with you and this clicking” Boni menunjuk kameranya dan menekan tombol kameranya.
“Oh sorry sir, his mean is we want to take a picture with you” Dena yang tak kuasa menahan tawanya langsung membantu Boni.
“Oh, allright come on” Sang turis merangkul mereka berempat lalu berfoto bersama.
“Thankyou sir” Ucap May dan Dena bersamaan
“You’re welcome” sang turis tersenyum ramah.
“Badan bule emang gede-gede ya kayak Haris” Gumam Boni yang berdecak kagum
“Kayak badan lu gak gede aja” Fadly menyenggol lengan Boni.
Setelah puas menikmati keindahan Fitzroy Gardens dengan jajaran pohon Elm-nya, mereka pun berjalan kaki menuju pemberhentian selanjutnya, yaitu Chinatown Precint. Diantara Fitzroy Garden dan pemberhentian ini terdapat gedung Parlemen yang biasa disebut Parliament House. Gedung parlemen tua ini masih sangat bagus dan terawat membuat mereka menjadikannya obyek foto. Dengan bantuan Tongsis, bersama-sama mereka mengambil gambar. Postur tubuh Haris lah yang paling mendukung untuk memegang tongsis tersebut agar pemandangan gedung itu terlihat.
“kita nanti berhenti di Queen Victoria Market, ini nih pusat perbelanjaannya Melbourne. Sekalian cari makan lah, kan udah siang” Dena menggumamkan tempat perbelanjaan khas Melbourne
Tujuan mereka selanjutnya adalah Queen Victoria Market, salah satu landmark dan pasar paling terkenal di Melbourne. Dikenal juga sebagai Queen Vic Markets atau Vic Market, pasar yang sudah berusia 134 tahun ini  dinamai sesuai nama ratu Victoria yang memerintah Inggris dari tahun 1837 sampai 1901. Dengan luas sekitar 17 hektar, Vic Market merupakan pasar terbuka terbesar di daerah Selatan.
“Wah gak afdol emang ya kalau ke Melbourne tapi gak ke sini juga” Ray melihat gedung didepannya ini
“Queen Victoria Market” Gumam Calista
“Keren Juga” Ucap Haris lirih
“Come on!! Here We go!!” May menarik tangan Dena dan mengajaknya segera masuk ke dalam pusat perbelanjaan.
Begitu turun di pasar ini, Haris begitu terkesan dengan kebersihan dan keanekaragaman barang yang dijual, hampir semua barang dijual disini. Mulai dari bahan masakan segar sampai souvenir, baju sampai alat-alat keperluan rumah tangga. Haris dan Jenny menemukan tempat penjualan daging bernama The Deli Hall yang menjual berbagai macam daging dan sosis termasuk daging buaya dan kangguru, keju (lokal dan impor), berbagai macam bumbu dapur dan berbagai macam cakes, pastries, nougat dan coklat.
“Kangguru? Ih sayang banget” Gumam Jenny
“Kan kangguru disini udah kayak ayam Jen, diternak” Jelas Haris
“Eh kesana yuk” Haris tak sadar telah menarik tangan Jenny
“Kayaknya enak nih” gumam Haris masih dengan genggamannya
“Donat?” tanya Jenny
“Iya donat selai”
“Eh Ris, tangan gue”
“Eh iya sorry, gue lagi pengen nyemil. Jadi semangat banget kesininya Jen” Haris melepaskan genggamannya itu.
Haris membeli tiga buah donat di hot doughnut van, yaitu warung mobil yang khusus berjualan jam donuts (donat selai). Sedangkan Jenny hanya membeli satu buah donat, ia belum merasa lapar.
“Dikit banget, nih ambil satu punya gue” Haris memberikan satu donat kepada Jenny
“Lu kali yang makan nya emang banyak” Gerutu Jenny
Di sudut General Merchandise Stalls. Ray dan Calista sibuk memilih pernak pernik yang mungkin akan mereka bawa sebagai oleh-oleh.
“Bagus gak Ray?” tanya Calista sambil memasangkan sebuah kalung di lehernya
“Bagusan pake ini deh” Sebuah cicin polos dengan sedikit ukiran Ray pasangkan ke jari manis Calista.
“Ihh so sweet, kita beli couple ya?” Ajak Calista yang sepertinya sudah memberi lampu hijau pada Ray
“Kasmaran” Gumam Fadly
“Kita juga bisa kasmaran” Boni merangkul Fadly dengan cengirannya
“Gak Bon!! Ampuun dah gue masih normal” Fadly mengangkat bahunya dan berlari mengejar Dena dan May
Dena dan May tertawa melihat tingkah Boni dan Fadly yang sedang kejar-kejaran di sekitar mereka. Dena melihat jam di tangannya, menunjukkan pukul 12 siang.
“Waktunya makan siang” Ucap Dena sambil menghubungi Jenny dan Calista
“Kalau mau makan di food court takutnya agak jauhan, jadi makan junkfood aja ya?” Tanya Dena
Tidak mau ambil pusing, semua anggota jalan-jalan kali ini menyetujui usul Dena yang mengajak mereka makan di McD terdekat.
“Mau pesen Bigmacc lagi?” tawar Boni sambil mnyeringai
“Gak!!” Jawab Fadly dan Ray Kompak
Jenny,Calista,May dan Dena memesan paket Nasi dengan dada ayam dan sebotol air mineral. Sedangkan Fadly, Haris, Boni dan Ray yang mungkin punya porsi makan lebih besar dari mereka, memesan Nasi dengan dua potong dada ayam sebagai pelengkapnya.
“So scared” Gumam May
“Ini namanya porsi kuli May” Ucap Fadly sambil tertawa
“Kuli banget” Gumam Calista menggelengkan kepalanya sambil berdecak.
“Udah-udah, yuk makan dulu. Ntar takutnya keburu ditinggal bus” ucap Dena
Setelah menghabiskan makan siang, mereka duduk santai sekitar 15 menit untuk menetralisir makanan yang harus diproses di dalam tubuh mereka.
“Yang semangat dong” Dena memukul bahu para cowok yang terlihat kekenyangan itu
“Iya semangat banget nih Den” Ucap Haris yang memang masih terlihat bugar
“Kenyang banget Den” Gerutu Ray sambil mengelus perutnya
“Dasar, lu semua harus semangat. Karena tujuan kita selanjutnya adalah Luna Park, mirip-mirip sama Dufan gitu tapi beneran asyik deh” Dena udah kayak gaet asli, ketelatenannya dalam berbicara dan menjelaskan berbagai tempat dengan teman-temannya lah yang membuatnya bersinar hari ini.
Akhirnya mereka sampai di Theme park pertama dan tertua di Melbourne, yang dibuka dari tahun 1912, pintu gerbangnya sangat unik berbentuk Mr. Moon dengan mulut terbuka lebar yang seolah-olah menelan semua pengunjung.
“oh iya temen-temen, disini tiket masuknya gratis tapi kalau mau naik wahana baru bayar. Harga tiket terusan maupun single ridenya cukup mahal” Ucap Dena hati-hati
“Udah, jalan-jalan aja dulu” Ucap Ray
“Mirip Dufan ya” celetuk Calista
“Tapi kayaknya bagusan Dufan” sembur Jenny
“Apa itu Dufan?” Tanya May
“Udah yuk jalan” Potong Haris yang siap dengan kamera nya dan siap untuk naik berbagai wahana yang tersedia
Sambil berkeliling menikmati banyaknya pemandangan dan Wahana yang lumayan mengerikan, Jenny tak lupa mengabadikan foto nya di dekat Roller Coaster.
“Kenapa gak naik?” tanya Haris
“Gak ah, serem” Ucap Jenny sambil bergidik
“Asyik deh kayaknya” Ujar Haris sambil menunjuk wahana tersebut
“Lu aja, gue mah ogah” Jenny berlalu meninggalkan Haris yang masih sibuk melihat wahana di sekeliling nya.
Karena biaya menaiki wahana yang lumayan mahal, akhirnya mereka hanya duduk menikmati pemandangan. Dena melihat jam tangannya, sudah jam 4 sore tapi matahari masih terik. Ia merasa lelah dan sedikit lapar.
“Ada yang laper?” tanya Dena
“Iya laper nih, capek keliling” Ujar Ray
“Perut karet” Gerutu Calista
“Kita ke food court yuk, terus balik?”
Akhirnya mereka menuju tempat makanan yang berlabel halal, sebuah food court yang ada di Melbourne yang menyediakan berbagai makanan dengan label halalnya. Mereka memesan kemudian kasir akan memberi mereka sebuah kotak. Jika lampu pada kotak tersebut menyala berwarna hijau, maka itu berarti makanan mereka sudah siap dan mereka harus mengambil makanan tersebut di tempat kasir. Jenny sedang mengamati makanan yang ia pesan, ia ragu untuk menghabiskan seporsi makanan yang sudah tersaji untuknya.
“Kalo gak habis, bisa dibungkus kok Jen” Bisik Dena
“Oh gitu ya”
Mereka pun melahap makanan dengan santai, sambil menceritakan berbagai hasil foto yang sudah mereka simpan di kamera masing-masing. Jenny beranjak dari kursinya.
“Kemana?” tanya Calista
“Toilet” Ucap Jenny sambil berlalu pergi
Jenny mencuci tangannya di wastafel setelah keluar dari toilet, ia bercermin sambil membasuh mukanya yang lelah namun ada perasaan lega bisa jalan-jalan di Melbourne. Ujung mata nya mengisyaratkan sesuatu, ia melihat sesosok lelaki yang sepertinya ia kenal. Perlahan Jenny membalikkan badan dan sontak ia kaget setelah melihat seorang pria yang membayar makanan di kasir.
“Kak Aldo?” Gumam Jenny sambil tersenyum
Lelaki yang merasa diperhatikan oleh Jenny pun langsung menoleh ke arah Jenny dan dengan senyuman yang hangat, ia menyapa Jenny.
“Hai Jen? Habis jalan-jalan ya?” tanya nya
“Iya kak, kakak lagi dinas kerja ya?” tanya Jenny
“Iya, ini lagi ngejer balik ke hotel dulu sambil beli makan” Aldo menunjukkan bungkusan yang ada di tangan kanan nya.
“Sendirian?” tanya Aldo
“Lagi rame kak, tuh” Jenny menunjuk ke arah Dena dan teman-teman yang lain
“Oh, rame banget. Salam aja buat mereka ya? Kakak lagi buru-buru nih. Yaudah kakak duluan ya Jen” Ucap Aldo sambil melambaikan tangan dan menuju mobil yang terparkir di depan Food court.
Jenny menghela nafas panjang nya dan tak berhenti tersenyum sampai Dena membuka mulutnya dan bertanya.
“Lu kenapa? Senyum sendiri abis dari toilet” Sergap Dena
“Kak Aldo Den, tadi gue ketemu kak aldo” Jenny semangat menceritakan saat ia melihat seniornya di kampus itu.
“Jen , please deh” Calista ambil bicara
“Siapa Aldo?” tanya Haris yang tak sadar membuka mulutnya
“Kakak tingkat kita di kampus ris, Gubernur mahasiswa kita yang disukai banyak cewek. Kecuali gue”
“Gue juga”Calista menambahkan
Semua yang mendengarkan membentuk mulut mereka seperti huruf O bulat dan panjang. Setelah selesai makan dan membungkus makanan, mereka pulang menuju apartemen. Hari ini cukup melelahkan namun juga mengasyikan, dan juga membahagiakan. Tak lupa mereka membelikan souvenir untuk Hye Mi yang sudah mereka tinggalkan di apartemen karena testnya.
Dena, Jenny, Calista dan May bergantian memakai kamar mandi untuk membersihkan diri….. masing-masing dari mereka masih merasa sedikit lelah dan merebahkan tubuhnya di kamar masing-masing. Begitupun dengan Boni, Ray , Fadly dan Haris, terlalu kenyang dan lelah berjalan-jalan membuat mereka enggan bicara dulu.
Jenny mengecek ponsel nya, tak ada pesan dari siapa pun. Entah apa yang ia harapkan, mungkin Jenny berharap Aldo mengiriminya pesan saat itu. Selang beberapa waktu, ia pun terlelap sambil menggenggam handphone nya.

Tunggu kelanjutannya J

Victoria market
Tudor Village
Firies Tree


Tidak ada komentar:

Posting Komentar