Kurcaci Cantik Milik Indonesia part 5
Karya Ema Widiya
Day 23
Sesuai janjinya,
Haris hari ini akan pergi jalan-jalan dengan teman-temannya. Mengarungi
tempat-tempat yang menarik di sekitaran
Melbourne, dengan seorang tourgaet mereka yang sudah lumayan sering jalan-jalan
ke luar negeri. Dena hari ini bertugas menjadi gaet yang harus bisa diandalkan
teman-temannya.
“Udah ready nih?” tanya Dena
“Udah dong
pastinya” Sahut Jenny dan Calista
“Sayang banget
gak bisa ikut kalian” Gumam Hye Mi yang harus berlatih untuk kuisnya besok
“Fighting Hye Mi
sayang” Jenny merangkul Hye Mi
“Nanti kita
bawain oleh-oleh” janji May pada Hye Mi
“ Iam Waiting
for you all” Jawab Hye Mi
“See you soon
honey” Calista mencubit pipi Hye Mi lalu melambaikan tangannya diiringi dengan
suara pintu yang tertutup.
Sesuai rencana
yang sudah di beritahukan, para cowok telah menunggu di sebrang jalan tempat
apartemen para cewek berada. Seperti biasa, yang paling mencolok adalah Haris
di antara para cowok. Mantan pemain basket ini menunjukkan wajah datarnya,
Jenny sampai bingung saat ia mengingat raut senyum Haris kemarin sepertinya
adalah hantu Haris.
“Oiiiii kita
disini” Teriak Boni
“Iya Bon” Dena
melambaikan tangannya
“Okey, udah
kumpul semua ya” Ucap Dena
“Kita mau kemana
dulu nih?” tanya Ray yang sudah tak sabar
“oke, kita bakalan naik Melbourne Visitor Shuttle”
Ucap Dena
Suhu udara pagi ini berkisar 13
derajat Celcius, dinginnya tau sendiri kan gimana. Mereka memanfaatkan Melbourne
Visitor Shuttle, bis hop on hop off untuk berkeliling seputaran kota Melbourne.
Mereka menuju Fed Square tempat dimana Melbourne Visitor Centre berada. Lalu
membeli tiket Melbourne Visitor Shuttlenya disana.
“Terus kita berhenti dimana Den? “
Tanya Calista yang melihat tempat pemberhentian selanjutnya
“ Fitzroy Gardens, salah satu taman terindah di
Melbourne, gue jamin kalian bakalan suka sama tamannya” Dena menjelaskan dengan
antusias
Benar kata Dena, taman ini sangat luas dan menakjubkan.
Jenny yang sigap dengan kameranya langsung mengabadikan setiap sudut yang ia
anggap istimewa. Didalam taman seluas 26 hektar ini terdapat Cooks’
Cottage , didalamnya juga terdapat berbagai perabotan dari abad ke 18. Taman
di luar pondok ini juga ditanami tumbuh-tumbuhan dan tanaman obat yang sering
digunakan pada masa itu. Mereka membuat 4 kelompok terpisah untuk menyusuri
taman ini, dan pastinya Ray sudah mengajak Calista untuk berdua, Fadly dan
Boni, Dena dan May tentu saja Jenny harus terima jika ia dipasangkan
menjelajahi taman ini dengan Haris.
“Haris, tolong fotoin dong” Ucap Jenny
“Ntar jadi peri
Lu” Ucap Haris
Jenny terkikik
geli mendengar ucapan Haris, karena Jenny akan mengambil foto disekitaran Fairies’
Tree. Sebuah pohon mati yang dibatangnya terdapat ukiran peri, orang kerdil,
kurcaci, koala, rubah terbang dan berbagai binatang dan burung khas Australia.
Sepintas memang tidak ada yang istimewa dari pohon ini kecuali bahwa pohon ini
telah berusia 300 tahun.
“Eh cocok deh lu foto disana Jen” Kali ini Haris
sedikit tertawa setelah mencoba zoom gambar yang telah berhasil ia bidik.
“Ehh? Kok gitu?” tanya Jenny
“Iya, kurcaci sama kurcaci. Akhirnya lu ketemu
keluarga” tawa Haris pecah sambil menunjukkan sebuah foto gambar kurcaci.
“HAARRIIISSSS” Jenny memberikan sebuah pukulan keras ke
lengan Haris, namun Haris tetap saja tertawa.
“Hahaha, sorry-sorry abisnya lucu banget nih. Beneran
deh” Haris memicingkan matanya menatap Jenny dan gambar kurcaci itu bergantian
“Ngambek nih gue ngambek” Ancam Jenny
“Iya deh iya gak lagi. Yaudah foto aja dulu yuk”
Dekat sekali
dengan pohon Fairies’ Tree terdapat Tudor Village, sebuah miniatur
desa Inggris. Jenny dan Haris berfoto disana dengan bantuan turis lain, Kampung
Tudor ini terdiri dari kumpulan berbagai macam cottage seperti gereja, sekolah,
hotel, kandang dan beberapa fasilitas umum.
“Eh, Ada juga model rumah Shakespeare dan istrinya Anne
Hathaway ternyata” Gumam Jenny yang langsung membidikkan kameranya.
“Suka baca Shakespeare juga Jen?” tanya Haris
“Lumayanlah, tapi gak begitu tergila-gila” Ucap Jenny
yang masih fokus dengan kameranya
Di tempat lain, Dena dan May begitu asyik selfie
bersama Fadly dan Boni dengan gaya lucu mereka. Disinilah Boni kembali dikerjai
oleh Fadly untuk meminta berfoto bersama dengan turis lain.
“Hello sir?” Ucap Boni
“Yes? May I help you?” tanya turis tersebut
“Yes. Do you know? This is ?” Boni menunjuk kameranya
“I want to clicking clicking together with you and this
clicking” Boni menunjuk kameranya dan menekan tombol kameranya.
“Oh sorry sir, his mean is we want to take a picture
with you” Dena yang tak kuasa menahan tawanya langsung membantu Boni.
“Oh, allright come on” Sang turis merangkul mereka
berempat lalu berfoto bersama.
“Thankyou sir” Ucap May dan Dena bersamaan
“You’re welcome” sang turis tersenyum ramah.
“Badan bule emang gede-gede ya kayak Haris” Gumam Boni
yang berdecak kagum
“Kayak badan lu gak gede aja” Fadly menyenggol lengan
Boni.
Setelah puas menikmati keindahan Fitzroy Gardens dengan
jajaran pohon Elm-nya, mereka pun berjalan kaki menuju pemberhentian selanjutnya,
yaitu Chinatown Precint. Diantara Fitzroy Garden dan pemberhentian ini terdapat
gedung Parlemen yang biasa disebut Parliament House. Gedung parlemen tua ini masih
sangat bagus dan terawat membuat mereka menjadikannya obyek foto. Dengan
bantuan Tongsis, bersama-sama mereka mengambil gambar. Postur tubuh Haris lah
yang paling mendukung untuk memegang tongsis tersebut agar pemandangan gedung
itu terlihat.
“kita nanti berhenti di Queen Victoria Market, ini nih
pusat perbelanjaannya Melbourne. Sekalian cari makan lah, kan udah siang” Dena
menggumamkan tempat perbelanjaan khas Melbourne
Tujuan mereka selanjutnya adalah Queen Victoria Market,
salah satu landmark dan pasar paling terkenal di Melbourne. Dikenal juga
sebagai Queen Vic Markets atau Vic Market, pasar yang sudah berusia 134 tahun
ini dinamai sesuai nama ratu Victoria
yang memerintah Inggris dari tahun 1837 sampai 1901. Dengan luas sekitar 17
hektar, Vic Market merupakan pasar terbuka terbesar di daerah Selatan.
“Wah gak afdol emang ya kalau ke Melbourne tapi gak ke
sini juga” Ray melihat gedung didepannya ini
“Queen Victoria Market” Gumam Calista
“Keren Juga” Ucap Haris lirih
“Come on!! Here We go!!” May menarik tangan Dena dan
mengajaknya segera masuk ke dalam pusat perbelanjaan.
Begitu turun di pasar ini, Haris begitu terkesan dengan
kebersihan dan keanekaragaman barang yang dijual, hampir semua barang dijual
disini. Mulai dari bahan masakan segar sampai souvenir, baju sampai alat-alat
keperluan rumah tangga. Haris dan Jenny menemukan tempat penjualan daging
bernama The Deli Hall yang menjual berbagai macam daging dan sosis termasuk
daging buaya dan kangguru, keju (lokal dan impor), berbagai macam bumbu dapur
dan berbagai macam cakes, pastries, nougat dan coklat.
“Kangguru? Ih sayang banget” Gumam Jenny
“Kan kangguru disini udah kayak ayam Jen, diternak”
Jelas Haris
“Eh kesana yuk” Haris tak sadar telah menarik tangan
Jenny
“Kayaknya enak nih” gumam Haris masih dengan
genggamannya
“Donat?” tanya Jenny
“Iya donat selai”
“Eh Ris, tangan gue”
“Eh iya sorry, gue lagi pengen nyemil. Jadi semangat
banget kesininya Jen” Haris melepaskan genggamannya itu.
Haris membeli tiga buah donat di hot doughnut van,
yaitu warung mobil yang khusus berjualan jam donuts (donat selai). Sedangkan
Jenny hanya membeli satu buah donat, ia belum merasa lapar.
“Dikit banget, nih ambil satu punya gue” Haris
memberikan satu donat kepada Jenny
“Lu kali yang makan nya emang banyak” Gerutu Jenny
Di sudut General Merchandise Stalls. Ray dan Calista
sibuk memilih pernak pernik yang mungkin akan mereka bawa sebagai oleh-oleh.
“Bagus gak Ray?” tanya Calista sambil memasangkan
sebuah kalung di lehernya
“Bagusan pake ini deh” Sebuah cicin polos dengan
sedikit ukiran Ray pasangkan ke jari manis Calista.
“Ihh so sweet, kita beli couple ya?” Ajak Calista yang
sepertinya sudah memberi lampu hijau pada Ray
“Kasmaran” Gumam Fadly
“Kita juga bisa kasmaran” Boni merangkul Fadly dengan
cengirannya
“Gak Bon!! Ampuun dah gue masih normal” Fadly mengangkat
bahunya dan berlari mengejar Dena dan May
Dena dan May tertawa melihat tingkah Boni dan Fadly
yang sedang kejar-kejaran di sekitar mereka. Dena melihat jam di tangannya,
menunjukkan pukul 12 siang.
“Waktunya makan siang” Ucap Dena sambil menghubungi
Jenny dan Calista
“Kalau mau makan di food court takutnya agak jauhan,
jadi makan junkfood aja ya?” Tanya Dena
Tidak mau ambil pusing, semua anggota jalan-jalan kali
ini menyetujui usul Dena yang mengajak mereka makan di McD terdekat.
“Mau pesen Bigmacc lagi?” tawar Boni sambil mnyeringai
“Gak!!” Jawab Fadly dan Ray Kompak
Jenny,Calista,May dan Dena memesan paket Nasi dengan
dada ayam dan sebotol air mineral. Sedangkan Fadly, Haris, Boni dan Ray yang
mungkin punya porsi makan lebih besar dari mereka, memesan Nasi dengan dua
potong dada ayam sebagai pelengkapnya.
“So scared” Gumam May
“Ini namanya porsi kuli May” Ucap Fadly sambil tertawa
“Kuli banget” Gumam Calista menggelengkan kepalanya
sambil berdecak.
“Udah-udah, yuk makan dulu. Ntar takutnya keburu
ditinggal bus” ucap Dena
Setelah menghabiskan makan siang, mereka duduk santai
sekitar 15 menit untuk menetralisir makanan yang harus diproses di dalam tubuh
mereka.
“Yang semangat dong” Dena memukul bahu para cowok yang
terlihat kekenyangan itu
“Iya semangat banget nih Den” Ucap Haris yang memang
masih terlihat bugar
“Kenyang banget Den” Gerutu Ray sambil mengelus
perutnya
“Dasar, lu semua harus semangat. Karena tujuan kita
selanjutnya adalah Luna Park, mirip-mirip sama Dufan gitu tapi beneran asyik
deh” Dena udah kayak gaet asli, ketelatenannya dalam berbicara dan menjelaskan
berbagai tempat dengan teman-temannya lah yang membuatnya bersinar hari ini.
Akhirnya mereka sampai di Theme park pertama dan tertua
di Melbourne, yang dibuka dari tahun 1912, pintu gerbangnya sangat unik
berbentuk Mr. Moon dengan mulut terbuka lebar yang seolah-olah menelan semua
pengunjung.
“oh iya temen-temen, disini tiket masuknya gratis tapi
kalau mau naik wahana baru bayar. Harga tiket terusan maupun single ridenya
cukup mahal” Ucap Dena hati-hati
“Udah, jalan-jalan aja dulu” Ucap Ray
“Mirip Dufan ya” celetuk Calista
“Tapi kayaknya bagusan Dufan” sembur Jenny
“Apa itu Dufan?” Tanya May
“Udah yuk jalan” Potong Haris yang siap dengan kamera
nya dan siap untuk naik berbagai wahana yang tersedia
Sambil berkeliling menikmati banyaknya pemandangan dan
Wahana yang lumayan mengerikan, Jenny tak lupa mengabadikan foto nya di dekat
Roller Coaster.
“Kenapa gak naik?” tanya Haris
“Gak ah, serem” Ucap Jenny sambil bergidik
“Asyik deh kayaknya” Ujar Haris sambil menunjuk wahana
tersebut
“Lu aja, gue mah ogah” Jenny berlalu meninggalkan Haris
yang masih sibuk melihat wahana di sekeliling nya.
Karena biaya menaiki wahana yang lumayan mahal,
akhirnya mereka hanya duduk menikmati pemandangan. Dena melihat jam tangannya,
sudah jam 4 sore tapi matahari masih terik. Ia merasa lelah dan sedikit lapar.
“Ada yang laper?” tanya Dena
“Iya laper nih, capek keliling” Ujar Ray
“Perut karet” Gerutu Calista
“Kita ke food court yuk, terus balik?”
Akhirnya mereka menuju tempat makanan yang berlabel halal,
sebuah food court yang ada di Melbourne yang menyediakan berbagai makanan
dengan label halalnya. Mereka memesan kemudian kasir akan memberi mereka sebuah
kotak. Jika lampu pada kotak tersebut menyala berwarna hijau, maka itu berarti
makanan mereka sudah siap dan mereka harus mengambil makanan tersebut di tempat
kasir. Jenny sedang mengamati makanan yang ia pesan, ia ragu untuk menghabiskan
seporsi makanan yang sudah tersaji untuknya.
“Kalo gak habis, bisa dibungkus kok Jen” Bisik Dena
“Oh gitu ya”
Mereka pun melahap makanan dengan santai, sambil
menceritakan berbagai hasil foto yang sudah mereka simpan di kamera
masing-masing. Jenny beranjak dari kursinya.
“Kemana?” tanya Calista
“Toilet” Ucap Jenny sambil berlalu pergi
Jenny mencuci tangannya di wastafel setelah keluar dari
toilet, ia bercermin sambil membasuh mukanya yang lelah namun ada perasaan lega
bisa jalan-jalan di Melbourne. Ujung mata nya mengisyaratkan sesuatu, ia
melihat sesosok lelaki yang sepertinya ia kenal. Perlahan Jenny membalikkan
badan dan sontak ia kaget setelah melihat seorang pria yang membayar makanan di
kasir.
“Kak Aldo?” Gumam Jenny sambil tersenyum
Lelaki yang merasa diperhatikan oleh Jenny pun langsung
menoleh ke arah Jenny dan dengan senyuman yang hangat, ia menyapa Jenny.
“Hai Jen? Habis jalan-jalan ya?” tanya nya
“Iya kak, kakak lagi dinas kerja ya?” tanya Jenny
“Iya, ini lagi ngejer balik ke hotel dulu sambil beli
makan” Aldo menunjukkan bungkusan yang ada di tangan kanan nya.
“Sendirian?” tanya Aldo
“Lagi rame kak, tuh” Jenny menunjuk ke arah Dena dan
teman-teman yang lain
“Oh, rame banget. Salam aja buat mereka ya? Kakak lagi
buru-buru nih. Yaudah kakak duluan ya Jen” Ucap Aldo sambil melambaikan tangan
dan menuju mobil yang terparkir di depan Food court.
Jenny menghela nafas panjang nya dan tak berhenti
tersenyum sampai Dena membuka mulutnya dan bertanya.
“Lu kenapa? Senyum sendiri abis dari toilet” Sergap
Dena
“Kak Aldo Den, tadi gue ketemu kak aldo” Jenny semangat
menceritakan saat ia melihat seniornya di kampus itu.
“Jen , please deh” Calista ambil bicara
“Siapa Aldo?” tanya Haris yang tak sadar membuka
mulutnya
“Kakak tingkat kita di kampus ris, Gubernur mahasiswa
kita yang disukai banyak cewek. Kecuali gue”
“Gue juga”Calista menambahkan
Semua yang mendengarkan membentuk mulut mereka seperti
huruf O bulat dan panjang. Setelah selesai makan dan membungkus makanan, mereka
pulang menuju apartemen. Hari ini cukup melelahkan namun juga mengasyikan, dan
juga membahagiakan. Tak lupa mereka membelikan souvenir untuk Hye Mi yang sudah
mereka tinggalkan di apartemen karena testnya.
Dena, Jenny, Calista dan May bergantian memakai kamar
mandi untuk membersihkan diri….. masing-masing dari mereka masih merasa sedikit
lelah dan merebahkan tubuhnya di kamar masing-masing. Begitupun dengan Boni,
Ray , Fadly dan Haris, terlalu kenyang dan lelah berjalan-jalan membuat mereka
enggan bicara dulu.
Jenny mengecek ponsel nya, tak ada pesan dari siapa
pun. Entah apa yang ia harapkan, mungkin Jenny berharap Aldo mengiriminya pesan
saat itu. Selang beberapa waktu, ia pun terlelap sambil menggenggam handphone
nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar