genre : Thiller
by : ema widiya
Suara aneh itu datang lagi malam ini, sepertinya ia mengincar sesuatu… angin yang lembut menerpa wajah gadis berjubah merah yang kini diam-diam menyusup kedalam apartemen di dekat hutan…
by : ema widiya
Suara aneh itu datang lagi malam ini, sepertinya ia mengincar sesuatu… angin yang lembut menerpa wajah gadis berjubah merah yang kini diam-diam menyusup kedalam apartemen di dekat hutan…
“Molly,
habiskan susu mu lalu pergi tidur” suara ibu membuat bayangan dongeng yang
kubaca menjadi hancur berantakan.
“Ibu
bisakah kau tidak beteriak saat melewati kamar ku?”
“Tidak,jika
ibu tidak berteriak maka kau tak akan mendengar nya”
Kini
lampu kamar mereka sudah padam, ta ada lagi suara televisi dan suara radio yang
biasa nya di putar setiap pukul 10 malam. Entah kenapa beberapa hari ini ibu
agak sedikit aneh, tidur lebih awal, sibuk dengan komputernya dan selalu
mengomeli aku yang kerap kali membaca dongeng horor.
“Apa
ibu sudah tidur?” tanya ku yang diam-diam mengintip kamar ibu
Tak
ada jawaban, sudah pasti ibu sudah tidur jika tak ada sahutan sama sekali. Aku melirik
jam dinding, sudah tengah malam tepat pukul 12 bel tengah malam pun berbunyi
dengan seram nya, aku menyusuri ruang tamu dan menuju ke dapur untuk menaruh
gelasku.
Apartemen
tempat kami tinggal sudah lumayan tua, tapi tak ada yang aneh di sini sampai
pada malam ini, aku mendengar sebuah suara seperti seseorang yang mengepak
barang nya.
“Siapa
disana?” tanya ku, tanpa pikir panjang aku mengintip lewat pintu dan melihat
sesosok wanita dengan jubah merahnya. Ia sibuk mengepak barang, memasukkan
sebuah kardus ke kamar sebelah.
“Hai
nona, apakah kau tetangga baru kami?” tanya ku dengan sopan
Ia
mengangkat kepala nya namun tak sempat aku melihat wajah nya, ibu sudah
menarikku masuk ke dalam rumah.
“Ibu,
kau belum tidur?” tanyaku kaget
“Sedang
apa kau tengah malam begini? Cepat tidur, kau harus sekolah besok” ibu kembali
mengomeliku, lalu mengunci pintu dan kembali ke kamar nya.
“Aku
hanya ingin menyapa tetangga baru kita” gumamku
---
Pagi
ini aku bergegas keluar apartemen untuk menyapa tetangga baru ku itu, tapi tampak
nya ia sedag pergi. Aku hanya menemukan pak Jean yang sedang membersihkan
halaman sekitar.
“Selamat
pagi pak” sapa ku
“Pagi
molly, berkelana lagi hari ini?”
“Ya!!
Aku pasti akan menemukan misteri apartemen ini”
“Jangan
terlalu berkhayal nak, apartemen ini aman”
“Dia
banyak berkhayal” Ibu mengantarku sampai ke gerbang sekolah, aku melambaikan
tangan ketika ibu memutar mobilnya untuk menuju tempat kerja nya. Kini aku
duduk di bangku kelas yang membosankan, hingga aku lulus SMP nanti, aku akan
memilih jurusan sastra di bangku SMA.
“Molly,
apakah ada hal yang seru lagi di apartemen mu?”
Ini
Clara, teman baikku. Aku dan Clara selalu bertukar dongeng horor buatan kami.
Clara adalah penulis dongeng yang bisa ku acungi 4 jempol sekaligus.
Gadis berjubah merah itu datang lagi, ia
menyusup melewati koridor mencari mangsa… ia terkenal menjadi seorang pembunuh
berantai, banyak orang yang mengatakan bahwa jubah nya berwarna merah karena
darah…
----
Malam
ini aku mengetuk pintu apartemen sebelah, memastikan nona berjubah merah itu
bukanlah seseorang yang menyeramkan. Aku mengetuk pintu nya berulang kali namun
tak ada jawaban.
Hari
berikutnya hal yang sama aku lakukan, tapi kali ini aku berhasil melihat nona
berjubah merah itu menatap ku sinis, tapi ia tersenyum ramah.
“Silahkan
masuk” ucap nya
Aku
masuk ke dalm apartemennya dan melihat betapa sedikitnya barang di dalam
apertemen nya. Ia bahkan tak mempunyai kasur untuk tidur.
“Nona,
boleh aku bertanya sesuatu?”
“Sebentar,
aku kehabisan air minum, biar aku beli dulu”
Ku
pikir, jarak dari supermarket ke apartemen tidaklah jauh, namun sudah satu jam
aku menunggu di ruangan ini. Dan samar-samar aku mendengar suara ibu.
“Molly,
ayo pulang” aku langsung menbgikuti ibu dan kembali ke kamarku tanpa menunggu
nona berjubah merah itu datang.
Hari
berikutnya aku kembali mencari tetangga ku itu, namun gagal. Aku tak melihatnya
beberapa hari ini, sudah tiga hari tepatnya. Namun malam ini aku bertekad
menunggunya di depan pintu untuk menanyakan hal yang mungkin tidak masuk akal.
Berjalan lah gadis berjubah merah, ia
membawa sebuah pisau dan korek api, senyumnya mengembang seakan melihat mangsa…
ia lelah setelah berjalan jauh mengitari hutan mencari mangsa selanjutnya…
----
“Hai
nona” sapa ku
“kenapa
kau pergi saat aku membeli minuman?”
“Aku
hanya mengikuti perintah ibu”
“Tak
usah pikirkan ibu mu”
“Tapi,
aku hanya penasaran padamu, apakah kau seorang pembunuh berantai?” tanya ku
spontan
Malam
yang gelap itu membuatku takut, seakan nona berjubah merah ini mengintaiku dan
ingin memburuku. Aku takut, aku kehilangan nafas, ia mengeluarkan pisaunya lalu
siap untuk mencabik-cabik tubuhku, aku ingin berteriak namun sepertinya
sia-sia. Ibu tak bisa mendengarku dari ini, tangannya sudah menggapai
kerongkoganku, seakan tak bisa melawan aku hanya melihat cahaya kecil sebelum
aku benar-benar kehabisan nafas.
Ia tersenyum kepadaku , gadis berjubah merah
itu melambaikan tangannya. Aku ingat, dia adalah sahabatku yang dulu hilang di
hutan dan dibunuh dengan kejam oleh pamannya. Aku merasa bersalah karena mengajaknya
bermain dihutan saat itu, aku merindukannya namun tak bisa menjaga nya…
Ibu
mendekapku dengan erat, ia meneteskan banyak airmata. Aku berada di ruang ICU
dengan sekelompok dokter berjubah [utih dengan tulisan “psikiater”
“Ibu”
panggil ku
“Molly
, sadarlah dan ibu mohon kembali lah. Kau tak bersalah”
aku terdiam dan hanya menatap ibu, dahiku berkerut penuh tanya, dokter pun mulai menjelaskan apa yang terjadi padaku.
“Molly,
untuk satu bulan kedepan, kau harus menjalahi terapi. Kau mengalami gangguan
psikosis schizophrenia tingkat halusinasi”
“Ibu,
apa yang dokter ini bicarakan?”
Belum
sempat aku mendengar jawaban ibu ku, mataku sudah tertutup dan aku tak sadarkan
diri karena bius.
theend....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar